Aspek Sosial pada anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Menurut
Landau
dkk (dalam Hersen,
2002) menyatakan bahwa sebagian besar anak dengan
Attention-DeficitHiperactivity Disorder, untuk selanjutnya akan disingkat
dengan
ADHD, mengalami defisit pada keterampilan sosial. Peters dan Douglas (dalam Goldstein, 1995). Mendeskripsikan
ADHD
sebagai gangguan yang menyebabkan individu memiliki kecenderungan untuk
mengalami masalah pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu
mencari stimulasi.
Anak
dengan ADHD tidak hanya menghadapi masalah penolakan akan tetapi juga menghadapi
hambatan dalam berbagai aspek dalam fungsi sosialnya dengan teman sebaya (Hoza
dkk, 2005). Anak dengan ADHD dapat tertinggal satu atau dua tahun dalam
perkembangan sosial mereka.
Para
ahli menyatakan bahwa keterlambatan perkembangan sosial yang dialami anak
dengan ADHD berhubungan dengan ketidakmampuan anak dalam menangkap
isyarat- isyarat sosial dan pesan-pesan nonverbal yang ada pada konteks-konteks
sosial. Anak dengan ADHD cenderung memiliki sedikit pilihan respon untuk
menghadapi situasi sosial dan lebih memilih respon agresif untuk menghadapi situasi sosial.
Pola penolakan sosial biasanya akan muncul pada pertengahan masa kanak-kanak
akibat rendahnya keterampilan sosial yang dimiliki anak dengan ADHD.
Ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial, maka faktor
yang berpengaruh pada defisit keterampilan sosial anak dengan ADHD yaitu
faktor defisit kognitif dan defisit perilaku.
Anak
dengan ADHD memiliki kekurangan dalam pemrosesan informasi dalam suatu
interaksi sosial yaitu pada tahap encode dan
pemahaman informasi. Proses encode
informasi yang
datang, anak harus memperhatikan perbuatan yang dilakukan oleh orang lain. Anak
harus memperhatikan petunjuk-petunjuk sosial baik petunjuk sosial verbal maupun
non-verbal.
Anak dengan ADHD
tidak terlalu memperhatikan pasangannya dalam suatu interaksi sosial yang
dihadapinya. Pada saat mengartikan informasi sosial, anak harus memahami
petunjuk-petunjuk sosial yang diberikan orang-orang yang terlibat dalam
interaksi sosial. Anak dengan ADHD memiliki permasalahan pada tahap
pertama dan kedua pemrosesan informasi, sehingga respon yang dipilihnya kurang
tepat. Pemilihan respon yang tidak tepat juga dipengaruhi oleh minimnya pilihan
respon yang diketahui anak dan perilaku impulsif yang membuat anak memberikan
respon yang tidak sesuai.
Sekitar 50-60% penderita ADHD didapatkan sedkitnya satu gangguan perilaku
penyerta lainnya. Gangguan perilaku tersebut adalah gangguan belajar,
restless-legs syndrome,
ophthalmic convergence insufficiency, depresi,
gangguan kecemasan, kepribadian antisosia, substance abuse, gangguan konduksi dan perilaku
obsesif- kompulsif.
Penderita
ADHD terjadi disorganisasi afektif, penurunan kontrol diri dan aktifitas yang
berlebihan secara nyata. Mereka biasanya bertindak ‘nekat’ dan impulsif, kurang
sopan, dan suka menyela pembicaraan serta mencampuri urusan orang lain. Sering
kurang memperhatikan, tidak mampu berkonsentrasi dan sering tidak tuntas dalam
mengerjakan sesuatu serta berusaha menghindari pekeijaan yang membutuhkan daya
konsentrasi tinggi, tidak menghiraukan mainan atau sesuatu miliknya, mudah
marah, sulit bergaul dan sering tidak disukai teman sebayanya. Tidak jarang
mereka dengan kelainan ini disertai adanya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, tetapi tidak didapatkan kelainan otak yang spesifik. Pada umumnya
prestasi akademik mereka tergolong rendah dan minder. Mereka sering menunjukkan
tidakan anti sosial dengan berbagai alasan sehingga orangtua, guru dan
lingkungannya memperlakukan dengan tidak tepat dan tidak menyelesaikan masalah.
Masyarakat
sering keliru memahami anak dengan ADHD. ADHD bukan gangguan jiwa. Perilaku yang ditampilkan
anak ADHD yang tidak lazim dikarenakan mengalami kesulitan dalam menilai
situasi akibat hambatan dalam perkembangan kognitif dan memiliki hambatan dalam
perilaku adaptif. Bagi anak ADHD itu sendiri keberadaan dalam masyarakat tidak
jarang menimbulkan ejekan, hinaan dari orang-orang disekitar yang akan
mengakibatkan timbulnya rasa sedih, tidak aman, minder dan frustasi.
Comments
Post a Comment