Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Aspek Koping Pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)



Aspek Koping Pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)



National Jewish Health (2008) mengatakan bahwa setiap keluarga dengan atau tanpa anak yang berkebutuhan khusus seperti ADHD selalu memiliki masalah yang biasanya muncul dalam keluarga. Masalah itu antara lain: persaingan antar saudara kandung, perhatian terhadap anak-anak, proses menjadi orangtua dan tekanan dalam pernikahan, kemampuan untuk mengatasi periode penting dalam perkembangan anak, dan keluarga dituntut untuk mempertahankan kehidupan sosialnya. Ketika anak menderita ADHD, tugas dan tanggung jawab yang secara normal dihadapi keluarga akan bertambah dan kemungkinan akan menyulitkan anggota keluarga untuk menghadapinya dengan normal.
Banyak stressor yang mempengaruhi peningkatan risiko stress dan depresi pada keluarga dengan anak ADHD. Adanya perasaan bingung karena ketidakpastian kondisi sakit dan hasil pengobatan, konflik sehari-hari, isolasi sosial, aturan-aturan yang membatasi, dan tekanan financial adalah stressor yang selalu dijumpai (King dkk, 2001). Hal ini akan menambah beban psikologis pada anak dan keluarga, menurunkan kemampuan keluarga untuk meningkatkan kesehatan anak-anak, dan berdampak dalam mencari dan pemanfaatan pelayanan medis secara berlebihan (Farmer, 2004). Selain itu keluarga juga sering mengalami masalah dalam memberikan perawatan dan menyediakan kesehatan mental, pendidikan dan kebutuhan sosial (King dkk, 2001).
Pada saat mengetahui bahwa kondisi anak yang dimilikinya tergolong berkebutuhan khusus yaitu ADHD reaksi orangtua yang ditimbulkan menurut Kubler Ross yaitu orangtua akan mengalami lima tahap berduka yaitu tahap denial (penyangkalan), angry (kemarahan), bargaining (tawar-menawar), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan). Penyangkalan dapat berupa respon shock dan ketidakpercayaan mengeanai kehilangan. Kemarahan dapat diekspresikan individu kepada Tuhan, keluarga, teman, lingkungan atau masyarakat. Tawar-menawar terjadi ketika individu menawar untuk mendapatkan yang lebih baik daripada sekarang. Depresi terjadi ketika kesadaran akan penderita gangguan pemusatan perhatian pada anak mereka, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengkonsultasikan persoalan yang dialami anaknya kepada ahli terapi atau psikolog anak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa yang bisa dilakukan di rumah dan untuk memperbaiki sikap orangtua agar tidak terlalu menuntut anaknya secara berlebihan, kehilangan menjadi akut. Penerimaan terjadi ketika individu telah memperlihatkan tanda-tanda bahwa dirinya menerima keadaan keluarganya yang telah dianggap sebagai ujian dari Tuhan (Nugraha, 2011).
Kelima tahap tersebut diatas tidak harus terjadi secara berurutan. Bisa saja ada satu atau lebih yang terlompati atau kembali muncul jika ada hal-hal yang mengingatkan ketidaksempurnaan anak mereka. Demikian pula pada tahap awal yang dirasakan orangtua. Ada juga orangtua yang telah begitu lama mencari diagnosa dan penyembuhan. Begitu mereka mendapatkan diagnosa dan metode yang dapat membantu mereka, perasaan legalah yang mereka dapatkan, bukan menolak menerima kenyataan (Saraswati, 2004 dalam Rahmatia 2010). Keberadaan anak ADHD dalam keluarga membutuhkan dukungan baik dari internal keluarga maupun sistem sosial yang lebih besar. Dukungan sosial merupakan suatu kenyamanan fisik dan emosional yang diberikan kepada seseorang dan berasal dari keluarga, teman kerja dan orang lain dilingkungan sekitar kita (Prescott, 2005 dalam Fitryasari, 2009). Keluarga yang dapat menerima keadaan dirinya mempunyai anak ADHD akan tetap memberikan dukungan sosial misalnya perhatian dan kasih sayang yang cukup dari system keluarga maupun system sosial (Napolion, 2010).
Keluarga yang memiliki anak dengan ADHD merasa malu dan tertekan oleh stigma dari lingkungannya. Stigma menurut Jones (1984 dalam Fitryasari, 2009) merupakan sebuah penilaian masyarakat terhadap perilaku atau karakter yang tidak sewajarnya. Munculnya stigma masyarakat yang ditampilkan dengan perilaku masyarakat yang menghindari interaksi keluarga dengan anak ADHD, itu dikarenakan oleh masalah dimana anak dengan ADHD tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai anggota masyarakat sebagaimana mestinya.
Masyarakat sering keliru memahami anak dengan ADHD. ADHD bukan gangguan jiwa. Perilaku yang ditampilkan anak ADHD yang tidak lazim dikarenakan mengalami kesulitan dalam menilai situasi akibat hambatan dalam perkembangan kognitif dan memiliki hambatan dalam perilaku adaptif. Bagi anak ADHD itu sendiri keberadaan dalam masyarakat tidak jarang menimbulkan ejekan, hinaan dari orang-orang disekitar yang akan mengakibatkan timbulnya rasa sedih, tidak aman, minder dan frustasi.
Sebab itu, jangan melakukan beberapa hal ini ketika merawat anak ADHD:

  1. Jangan bersikap negatif. Hal pertama yang perlu Anda lakukan ketika merawat anak dengan ADHD adalah, jangan bersikap negatif. Tanamkan prinsip bahwa Anda mendapatkan tugas spesial merawat anak dengan kebutuhan khusus. Ketika Anda sudah menanamkan prinsip positif, maka berbagai hal yang Anda lakukan akan berjalan dengan lebih mudah.
  2. Kontrol diri Anda. Jangan pernah lepas kontrol akan apa yang Anda katakan dan lakukan. Merawat anak dengan ADHD bisa menjadi beban tersendiri. Tak jarang hal ini dapat menyebabkan Anda lepas kendali. Kendalikan emosi dan ucapan Anda. Ingatlah bahwa anak ADHD adalah anak dengan kebutuhan khusus. Merawat anak ADHD memerlukan usaha ekstra dan kesabaran yang lebih.
  3. Jangan memperbesar masalah yang kecil. Merawat anak dengan ADHD memerlukan banyak kompromi. Terkadang anak dengan ADHD akan membuat berbagai masalah. Karena itu, kompromi diperlukan khususnya terhadap hal-hal kecil. Apabila anak Anda berhasil mengerjakan sebuah tugas, berikan pujian. Jika anak Anda belum dapat mengerjakan tugas tertentu, jangan pusing karena semuanya adalah sebuah proses pembelajaran. Merawat anak ADHD memang memerlukan kesabaran dan teknik khusus agar Anda tidak putus asa dan jatuh ke dalam fase depresi (stres). Teknik yang tepat, dapat membantu tumbung kembangnya secara optimal.

Untuk mendidik anak ADHD, anda boleh disiplin tetapi jangan pernah menghukum berlebihan jika mereka membuat kesalahan. Anda bisa membuat perjanjian atau kesepakatan tentang apa yang benar, baik dan apa yang tidak bersama anak. Perhatikan betul cara anda berkomunikasi dengan anak, jangan sampai anak tersinggung. Jadi sebagai orangtua, memang harus ekstra sabar, terus memberi kasih sayang tanpa batas, serta perhatian yang besar dalam mengontrol tingkah laku anak.
Percayalah, masih ada masa depan cerah baginya. Lihat saja Albert Einstein, John F Kennedy, Thomas Edison, Michael Jordan, sampai Bill Gates. Jangan pernah menganggap ADHD sebagai penyakit. Anak anda juga tidak nakal, dia hanya membutuhkan Penanganan Tehadap Anak ADHD yang tepat dan bersahabat.
 


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)