Aspek Koping Pada Anak
dengan Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD)
National Jewish Health (2008) mengatakan bahwa setiap
keluarga dengan atau tanpa anak yang berkebutuhan khusus seperti ADHD selalu
memiliki masalah yang biasanya muncul dalam keluarga. Masalah itu antara lain:
persaingan antar saudara kandung, perhatian terhadap anak-anak, proses menjadi
orangtua dan tekanan dalam pernikahan, kemampuan untuk mengatasi periode
penting dalam perkembangan anak, dan keluarga dituntut untuk mempertahankan
kehidupan sosialnya. Ketika anak menderita ADHD, tugas dan tanggung jawab yang
secara normal dihadapi keluarga akan bertambah dan kemungkinan akan menyulitkan
anggota keluarga untuk menghadapinya dengan normal.
Banyak
stressor
yang mempengaruhi
peningkatan risiko stress
dan depresi pada
keluarga dengan anak ADHD. Adanya perasaan bingung karena ketidakpastian
kondisi sakit dan hasil pengobatan, konflik sehari-hari, isolasi sosial,
aturan-aturan yang membatasi, dan tekanan financial adalah stressor yang selalu dijumpai (King dkk, 2001). Hal ini akan menambah
beban psikologis pada anak dan keluarga, menurunkan kemampuan keluarga untuk
meningkatkan kesehatan anak-anak, dan berdampak dalam mencari dan pemanfaatan
pelayanan medis secara berlebihan (Farmer, 2004).
Selain itu keluarga juga sering mengalami masalah dalam memberikan perawatan
dan menyediakan kesehatan mental, pendidikan dan kebutuhan sosial (King dkk, 2001).
Pada
saat mengetahui bahwa kondisi anak yang dimilikinya tergolong berkebutuhan
khusus yaitu ADHD reaksi orangtua yang ditimbulkan menurut Kubler Ross yaitu
orangtua akan mengalami lima tahap berduka yaitu tahap denial (penyangkalan), angry (kemarahan), bargaining (tawar-menawar), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan). Penyangkalan dapat
berupa respon shock
dan ketidakpercayaan
mengeanai kehilangan. Kemarahan dapat diekspresikan individu kepada Tuhan,
keluarga, teman, lingkungan atau masyarakat. Tawar-menawar terjadi ketika
individu menawar untuk mendapatkan yang lebih baik daripada sekarang. Depresi
terjadi ketika kesadaran akan penderita gangguan pemusatan perhatian pada anak
mereka, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengkonsultasikan persoalan
yang dialami anaknya kepada ahli terapi atau psikolog anak. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa yang bisa
dilakukan di rumah dan untuk memperbaiki sikap orangtua agar tidak terlalu
menuntut anaknya secara berlebihan, kehilangan menjadi akut. Penerimaan terjadi
ketika individu telah memperlihatkan tanda-tanda bahwa dirinya menerima keadaan
keluarganya yang telah dianggap sebagai ujian dari Tuhan (Nugraha, 2011).
Kelima
tahap tersebut diatas tidak harus terjadi secara berurutan. Bisa saja ada satu
atau lebih yang terlompati atau kembali muncul jika ada hal-hal yang mengingatkan
ketidaksempurnaan anak mereka. Demikian pula pada tahap awal yang dirasakan
orangtua. Ada juga orangtua yang telah begitu lama mencari diagnosa dan
penyembuhan. Begitu mereka mendapatkan diagnosa dan metode yang dapat membantu
mereka, perasaan legalah yang mereka dapatkan, bukan menolak menerima kenyataan
(Saraswati, 2004 dalam Rahmatia 2010). Keberadaan anak ADHD dalam keluarga
membutuhkan dukungan baik dari internal keluarga maupun sistem sosial yang
lebih besar. Dukungan sosial merupakan suatu kenyamanan fisik dan emosional
yang diberikan kepada seseorang dan berasal dari keluarga, teman kerja dan
orang lain dilingkungan sekitar kita (Prescott, 2005
dalam Fitryasari, 2009). Keluarga yang dapat menerima keadaan dirinya mempunyai
anak ADHD akan tetap memberikan dukungan sosial misalnya perhatian dan kasih
sayang yang cukup dari system
keluarga maupun system sosial (Napolion, 2010).
Keluarga
yang memiliki anak dengan ADHD merasa malu dan tertekan oleh stigma dari
lingkungannya. Stigma menurut Jones
(1984 dalam
Fitryasari, 2009) merupakan sebuah penilaian masyarakat terhadap perilaku atau
karakter yang tidak sewajarnya. Munculnya stigma masyarakat yang ditampilkan
dengan perilaku masyarakat yang menghindari interaksi keluarga dengan anak
ADHD, itu dikarenakan oleh masalah dimana anak dengan ADHD tidak dapat
melaksanakan tugasnya sebagai anggota masyarakat sebagaimana mestinya.
Masyarakat
sering keliru memahami anak dengan ADHD. ADHD bukan gangguan jiwa. Perilaku
yang ditampilkan anak ADHD yang tidak lazim dikarenakan mengalami kesulitan
dalam menilai situasi akibat hambatan dalam perkembangan kognitif dan memiliki
hambatan dalam perilaku adaptif. Bagi anak ADHD itu sendiri keberadaan dalam
masyarakat tidak jarang menimbulkan ejekan, hinaan dari orang-orang disekitar
yang akan mengakibatkan timbulnya rasa sedih, tidak aman, minder dan frustasi.
Sebab
itu, jangan melakukan beberapa hal ini ketika merawat anak ADHD:
- Jangan bersikap negatif. Hal pertama yang perlu Anda lakukan
ketika merawat anak dengan ADHD adalah, jangan bersikap negatif. Tanamkan
prinsip bahwa Anda mendapatkan tugas spesial merawat anak dengan kebutuhan
khusus. Ketika Anda sudah menanamkan prinsip positif, maka berbagai hal yang
Anda lakukan akan berjalan dengan lebih mudah.
- Kontrol diri Anda. Jangan pernah lepas kontrol akan apa yang
Anda katakan dan lakukan. Merawat anak dengan ADHD bisa menjadi beban
tersendiri. Tak jarang hal ini dapat menyebabkan Anda lepas kendali. Kendalikan
emosi dan ucapan Anda. Ingatlah bahwa anak ADHD adalah anak dengan kebutuhan
khusus. Merawat anak ADHD memerlukan usaha ekstra dan kesabaran yang lebih.
- Jangan memperbesar masalah yang kecil. Merawat anak dengan ADHD
memerlukan banyak kompromi. Terkadang anak dengan ADHD akan membuat berbagai
masalah. Karena itu, kompromi diperlukan khususnya terhadap hal-hal kecil.
Apabila anak Anda berhasil mengerjakan sebuah tugas, berikan pujian. Jika anak
Anda belum dapat mengerjakan tugas tertentu, jangan pusing karena semuanya
adalah sebuah proses pembelajaran. Merawat anak ADHD memang memerlukan
kesabaran dan teknik khusus agar Anda tidak putus asa dan jatuh ke dalam fase
depresi (stres). Teknik yang tepat, dapat membantu tumbung kembangnya secara
optimal.
Untuk
mendidik anak ADHD, anda boleh disiplin tetapi jangan pernah menghukum
berlebihan jika mereka membuat kesalahan. Anda bisa membuat perjanjian atau
kesepakatan tentang apa yang benar, baik dan apa yang tidak bersama anak.
Perhatikan betul cara anda berkomunikasi dengan anak, jangan sampai anak
tersinggung. Jadi sebagai orangtua, memang harus ekstra sabar, terus memberi
kasih sayang tanpa batas, serta perhatian yang besar dalam mengontrol tingkah
laku anak.
Percayalah,
masih ada masa depan cerah baginya. Lihat saja Albert Einstein, John F Kennedy,
Thomas Edison, Michael Jordan, sampai Bill Gates. Jangan pernah menganggap ADHD
sebagai penyakit. Anak anda juga tidak nakal, dia hanya membutuhkan Penanganan
Tehadap Anak ADHD yang tepat dan bersahabat.
Comments
Post a Comment