Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

KESEJAHTERAAN IBU DALAM KEHAMILAN DAN PROSES PERSALINAN

KESEJAHTERAAN IBU DALAM KEHAMILAN DAN PROSES PERSALINAN




Pengertian kesejahteraan
1.      Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.

2.      Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial.
3.      Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera.
4.      Di Amerika Serikat, sejahtera menunjuk ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang keadaannya pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak berkecukupan. Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain, seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya untuk dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan bekerja, dan dikenal sebagai workfare.

Kesejahteraan ibu
a.      Nutrisi
praktek membatasi asupan oral ibu selama persalinan telah tersebar luas, meskipun berpariasi, di inggris (singata dan tranmer, 2003). Tradisi ini didasarkan pada risiko aspirasi isi lambung selama penggunaan anestsi umum, suatu komplikasi fatal yang mungkin terjadi. Namun demikian, risiko ini telah semakin berkurang karena semakin majunya tekhnik anestesi dan pilihan anestesi regional. Tidak menelan cairan dan makanan tidak menjamin bahwa lambung kosong (O’Sulivan,1994), tetapi meningkatkan risiko ketosis selama persalinan, terutama pada ibu primipara (Broach dan Newton,1988) menentang konsp bahwa ketosis dalam persalinan adalah suatu keadaan yang patologis, dengan menyatakan bahwa keadaan tersebut adalah suatu keadaan respons fisiologis yang tidak perlu diterapi. Suatu skala kecil (Scruttonet al,1999) menemukan bahwa mengkonsumsi makanan ringan slama persalinan mencegah terbentuknya ketosis, ttapi meningatkan volme residu lambung. Enkin,et al,(2000) menyatakan bahwa makanan dalam jumlah kecil dengan sedikit residu adalah alternatif yang lebh baik daripada berpuasa. Seiring majunya persalinan, keinginan ibu untuk makan semakin berkurang, tetapi ia harus mendapatkan cairan secara teratur, tergantung rasa haus. Pedoman asuhan intrapatum NICE (2007) mendukun asupan makanan ringan dan cairan per oral sepanjng persalinan. Harus benar-benar dipastikan bahwa ibu tidak memaksa dirinya untuk mengkonsumsi air dalam jumlah berlebih dan melewati rasa hausnya. Meskipun jumlahnya sedikit, ada beberapa kasus yng dilaporkan dalam iteratur yang menjelaskan tentang ibu dan bayi mereka yang mengalami komplikasi serius akibat intoksikasi air selama persalinan (Johansson et al, 2002). Pedoman NICE menyatakan bahwa minuman isotonik mungkin lebih bermanfaat dari pada air, selama persalinan.
Tidak terdapat bukti untuk mendukung penggunaan antasida tau antagonis reseptor–H2 secara rutin bagi ibu beresiko rendah selama persalinan (NICE 2007). Namun demikian, penggunaan apioid selama persalinan dikaitkan dengan lambatnya mortilitas lambung (Jordan,2002) dan ibu tidak boleh disarankan untuk makan, jika ia telah mendapatkan analgecia farmaklogis semacam itu, baik secara intramuscular atau melalui epidural (NICE,2007) :penggunaan antasida atau antagonis reseptor –H2 haarus dipertimbangkan dalam situasi ini

b.      Perawatan kandung kemih
Seorang persalinan disarankan untuk mengosongkan kandung kemih secara teratur. Ada tiga alasan untuk menganjurkan ibu berkemih setidaknya setiap 2 jam.
1.      Berkemih dapat menjadi selingan yang sangat baik,untuk menghabiskan waktu dan sedikit berjalan-jalan.
2.      Kandung kemih yang penuh dapat menghalangi turunnya bagian presentasi janin.
3.      Urine dapat diperiksa terhadap adanya protein dan keton,jika diperlukan.

c.       Observasi
Observasi dan asuhan yang diberikan,ditulis dalam sebuah dokumen besar yang disebut partogram. Dokumen ini memberikan gambaran visual mengenai kemajuan persalinan dan ikhtisar obat-obatan dan/atau asuhan yang telah diberikan. Jika tidak ada faktor -faktor risiko ibu dan janin,pemantauan dasar dapat dibatasi pada ( NICE,2007;27).
1)      Tekanan darah setiap 4 jam
2)      Suhu ibu setiap 4 jam
3)      Denyut nadi setiap jam
Abnormalitas apa pun yang terdeteksi harus didokumentasikan, dilaporkan pada bidan senior,dan dipertimbangkan dalam pengubahan rencana pelahiran,dengan batasan-batasan yang jelas kapan tindakan lebih lanjut akan dilaksanakan.

d.      Memantau kemajuan persalinan
Seiring dengan majunya persalinan, kontraksi uterus menjadi semakin sering, semakin nyeri, dan bertaha lebih lama. Ibu akan membutuhkan lebih banyak dukungan dan motivasi karena berkurangnya waktu antar kontraksi dan semakin sulitnya hal tersebut diatasi. Tetap mendampingi ibu memungkinkan mahasiswi kebidanan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan kebidanan esensial untuk menilai durasi, kekuatan, dan frekuensi kontraksi (menggunakan tangan yang diletakkan dengan lemah lembut di atas fundus uteri) dan bagaimana kontraksi tersebut mempengaruhi perilaku ibu. Frekuensi kontraksi harus didokumentasikan setiap setengah jam (NICE,2007). Menerjemahkan apa yang dilihat dan dirasakan ke dalam partogram, seperti halnya semua keterampilan, akan semakin mudah bila dipraktikkan.
Pemeriksaan vagina (periksa dalam) juga dilakukan untuk menilai kemajuan persalinan, tetapi penggunaannya harus dibatasi. Pedoman asuhan intrapartum NICE merekomendasikan pemeriksaan vagina setiap 4 jam, atau lebih sering, sesuai dengan situasi klinis atau permintaan ibu. Pemeriksaan ini harus selalu didahului oleh palpasi abdomen untuk mengidentifikasi letak, presentasi dan engagement, posisi dan denyut jantung janin.
Alasan terpenting untuk melakukan pemeriksaan vagina adalah untuk memberikan umpan balik kepada ibu mengenai kemajuan persalinannya. Ia harus selalu menjadi orang yang pertama kali tahu apa yang ditemukan. Ini adalah informasi mengenai dirinya. Indikasi lain terkadang digunakan, meliputi : untuk memastikanpresentasi, untuk menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat setelah pecahnya selaput ketuban; untuk mempersiapkan pemberian obat pereda nyeri; untuk memastikan dilatasi penuh; dan /atau untuk memasang elektroda kulit kepala janin. Banyak dari indikasi ini yanng diragukan kepentingannya (Hanson,2003), dan tidak boleh digunaka sebagai peluang untuk “hanya ingin mengetahui apa yang terjadi”. Para bidan harus selalu melihat tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa persalinan berjalan dengan baik dan tidak terlalu bergantung pada pemeriksaan invasif ini untuk mendapatkan informasi (Hoadley,2007). Karena pemeriksaan vagina merupakan cara yang tidak akurat jika dilakukan oleh berbagai praktisi yang berbeda, jika memungkinkan, bidan yang sama yang harus melakukan pemeriksaan berikutnya.
Seorang bidan harus selalu mengawasi mahasiswi menjalankan pemeriksaan vagina, sehingga ia dapat menjelaskan temuan-temuannya dan menerima bimbingan serta instruksi. Prosedur ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa malu bagi ibu, dan mudah sekali bagi mahasiswi kebidanan yang berusahakeras menginterpretasi apa yang ia rasakan untuk mengabaikan fakta bahwa ibu yang sedang diperiksa seriksnya memiliki perasaan dan pikiran sendiri.
Temuan-temuan dari palpasi abdomen dan pemeriksaan vagina harus ditulis dalam partogram. Partogram akan mengingatkan praktisi jika kemajuan dalam persalinan fase aktif menyimpang dan dilatasi serviks 1 cm setiap satu jam. Salah satu uji coba terkendali secara acak skala besar (WHO,1994), direkomendasikan bahwa tindakan untuk menunda persalinan hanya boleh dilakukan jika kemajuan jatuh 4 cm disebelah kanan garis waspada, karena hal ini mengurangi angka bedah sesar, augmentasi persalinan, dan mengurangi kejadian persalinan memanjang. Uji coba berikutnya (Lavender et al, 2006) memastikan bahwa mengambil tindakan setelah 2 jam, meningkatkan angka intervensi tanpa memperbaiki hasil akhir ibu atau neonatus, jika dibandingkan dengan 3 atau 4 jam garis tindakan. NICE (2007) merekomendasikan penggunaan 4 jam garis tindakan. 


BACA JUGA : KESEJAHTERAAN JANIN

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)