Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Typoid Dengan Kejadian Typoid

 

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Typoid Dengan Kejadian Typoid Di Ruang XXX RS XXX Kota XXX Tahun 2019

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Demam typoid merupakan suatu penyakit infeksi pada usus halus yang di sebabkan oleh Salmonella thypoid dimana penularannya terjadi melalui makanan,minuman dan mulut yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thyposa. Gejala yang timbul pada kasus demam typoid sangat bervariasi, Dalam minggu pertama keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut seperti muncul gejala demam ,nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut dan batuk. Pada minggu kedua gejala timbul lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah kotor, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran bahkan menyebabkan kematian. (Riyadi dan Suharsono,2010).

Demam typoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai Negara sedang berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2013 memperkirakan angka kejadian di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit ini dan 70% kematiannya terjadi di Asia. Diperkirakan angka kejadian dari 150/100.000 per tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000 per tahun di Asia. Salah satu Negara di Asia Tenggara dengan kasus demam typoid yang tinggi adalah Kamboja, di Kamboja demam thypoid banyak ditemukan pada anak. Prevalensi kasus demam typoid dari 11,36 per 1.000 penduduk, terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun. (Ilmiah 2016).

Demam typoid ini bersifat endemik (penyakit yang selalu ada di masyarakat sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang kecil). Di Indonesia prevalensi nasional untuk demam typoid (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan) adalah 1,60%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi demam typoid diatas prevalensi nasional yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (2,96%), Bengkulu (1,60%), Jawa Barat (2,14%), Jawa Tengah (1,61%), Banten (2,24%), NTB (1,93%), NTT (2,33%), Kalimantan Selatan (1,95%), Kalimantan Timur (1,80%), Sulawesi Selatan (1,80%), Sulawesi Tengah (1,65%), Gorontalo (2,25%), Papua Barat (2,39%), dan Papua (2,11%). Prevalensi demam typoid banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah (5-24 tahun) yaitu 1,9%, dan tertendah pada bayi yaitu 0,8%. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

Menurut DEPKES RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia) penyakit ini menduduki urutan kedua sebagai penyebab kematian pada kelompok umur 5-14 tahun di daerah perkotaan (Irawati & Hanriko, 2016). Dari survei kasus dibeberapa rumah sakit besar, kasus tersangka demam typoid menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan kematian antara 0,6%-5,0% (Rampengan, 2013). Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat Departemen kesehatan RI tahun 2010, melaporkan demam typoid menempati urutan ke-3 dari 10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia (41.081 kasus) (Setiatiet al., 2014). Total  kasus demam typoid mencapai 41.081 penderita yaitu 19.706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 permpuan 274 penderita meninggal dunia. Case fatality rate (CFR) demam typoid pada tahun 2010 sebesar 0,6% (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan provinsi Jawa Barat pada tahun 2009, insidens rate demam typoid pada masyarakat di daerah semi urban adalah 357,6 per 100.000 penduduk per tahun. Insiden demam typoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan. Di daerah Jawa Barat terdapat 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan di daerah urban di temukan 760-810 per 100.000 penduduk. (Simanjuntak,C.H., 2009).

Berdasarkan penelitian Siti Nur Cholifah tahun 2018, angka kejadian demam typoid di puskesmas balerejo kabupaten madiun yang dilakukan pada 20 responden menunjukan bahwa 15 responden (75%) sudah terkena demam typoid. Hasil analisa kuesioner menunjukan bahwa 15 responden tersebut terjadi demam typoid karena kurangnya informasi dan belum melakukan pencegahan, dan sebagian kecil sebanyak 5 responden (25%) tidak terjadi demam typoid. Sedangkan hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan dengan kejadian demam typoid pada orang dewasa di puskesmas balerejo kabupaten madiun menunjukan bahwa tingkat pengetahuan rendah terjadi demam typoid sebanyak 80,0%. Tingkat pengetahuan sedang terjadi demam typoid sebanyak 84,6% dan tingkat pengetahuan tinggi 100% tidak mengalami kejadian demam typoid (Monjelat et al., 2018).

Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kota XXX tahun 2018 tentang demam typoid dapat diketahui bahwa demam typoid pada tahun 2018 termasuk 10 terbesar pada seluruh kalangan usia dengan jumlah 5.656 jiwa, dari jumlah total 64.448 jiwa. Sedangkan pada kalangan usia anak demam typoid dengan jumlah 1.482 jiwa. (Data dinkes kota XXX, 2018).

Data rekafitulasi Laporan yang di peroleh dari RS XXX kota XXX tahun 2019 tentang demam typoid  yaitu, pada bulan januari dan februari tahun 2019 termasuk ke dalam 10 penyakit terbesar di urutan ke-3. Di dapatkan data jumlah penderita demam typoid pada bulan januari-februari tahun 2019 sebanyak 436 jiwa dari semua kalangan usia yaitu dari jumlah total 3.033 jiwa, pada tahun 2018 sebanyak 4.117 jiwa dalam semua kalangan usia. Sedangkan demam typoid pada anak yang terjadi di ruang XXX dari bulan januari-maret tahun 2019 sebanyak 138 jiwa.

Berdasarkan studi pendahuluan pertama di ruang XXX RS XXX kota XXX tahun 2019, dari hasil wawancara dengan kepala ruangan XXX mengatakan, demam typoid merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak dengan peringkat ke-1 dari 10 terbesar penyakit pada anak di ruang XXX. Menurut survei yang dilakukan di ruang XXX dengan melihat status bulan Januari-maret 2019 didapatkan data 138 jiwa yang positif menderita demam typoid. pada bulan januari terdapat 44 kasus, bulan februari 50 kasus dan bulan maret 44 kasus. (Rekam Medik ruang XXX, 2019). Setelah dilakukan wawancara langsung pada tanggal 09 April 2019 terhadap 7 responden yang anaknya dirawat di ruang XXX, dari 7 responden di dapatkan 5 responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang demam typoid, 1 responden memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 1 responden memiliki tingkat pengetahuan baik.

Undang-undang nomor 6 tahun 1962 telah mencantumkan demam typoid tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan infeksi yang mudah menular kepada banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Berdasarkan kelompok umur, beberapa buku menjelaskan bahwa angka kejadian demam typoid sebagian besar terjadi pada usia 3-9 tahun. Kelompok umur ini merupakan kelompok khusus di masyarakat yaitu anak sekolah,yang kemungkinan besar sering jajan di sekolah atau di tempat lain diluar rumah. (Anonimous, 2012).

Penularan demam typoid yaitu melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mogasale, 2016). salah satu faktor risiko penyakit demam typoid adalah kontak langsung dengan pasien typoid, sanitasi lingkungan termasuk minum air yang kurang bersih dan memakan berbagai makanan seperti es krim dan makanan jajanan dipinggir jalan yang kurang higienis dalam pengolahan maupun lingkungannya. Selain itu juga saluran pembuangan limbah maupun pembuangan air kotor yang tidak memenuhi syarat kesehatan juga merupakan faktor utama terkena penyakit demam typoid. Hal ini perlu penanganan khusus karena dapat mengakibatkan masalah pada anak-anak maupun pada orang dewasa untuk mudah tekena penyakit typoid. Peningkatan hygiene perorangan adalah salah satu dari program pencegahan yakni perlindungan diri terhadap penularan typoid. (Depkes RI 2010 dalam Nurvina, 2013).

Dalam hal pencegahan tertular demam typoid pada anak, sangat dibutuhkan partisipasi orangtua dalam menjaga perilaku dan kebiasaan anak terkait dengan faktor resiko untuk terjangkit demam typoid tersebut. Teori pembelajaran sosial menunjukan bahwa perilaku orangtua menjadi contoh bagi anak mereka sehingga mereka mengaplikasikannya ke dalam pola yang sama dengan perilaku kesehatan yang di turunkan kepada mereka, oleh karena itu, untuk menunjang perilaku positif orangtua terutama ibu untuk menjaga anak mereka dari kebiasaan buruk seperti jajan sembarangan, sekaligus memberikan pembelajaran mengenai pencegahan demam typoid maka seharusnya orangtua terutama ibu diperlukan pengetahuan yang cukup tentang demam typoid.

Salah satu upaya pencegahan demam typoid yakni dengan memberikan penyuluhan kesehatan pada orangtua terutama ibu. Informasi yang terkait pencegahan dengan penyuluhan Kesehatan pada ibu dapat dilakukan dengan berbagai metode. Salah satu upaya dalam pencegahan penyakit typoid memberikan pengetahuan yang cukup baik tentang penyakit typoid pada ibu, untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu. Penggunaan metode ceramah juga sering dipakai dalam penyampaian materi penyuluhan Kesehatan. Metode ceramah bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.

Beberapa buku menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan seseorang di pengaruhi oleh beberapa hal antara lain adalah pekerjaan, pengalaman, pendidikan,sosial ekonomi dan keterdapatan informasi. (Rachmawati E dan Arikunto,S 2009), sedangkan uji statistik penelitian sebelumnya menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu adalah tingkat pendidikan ibu. Sedangkan yang tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu adalah umur dan status pekerjaan ibu. (sastroasmoro S, Ismael S 2009).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Typoid Dengan Kejadian Typoid Di Ruang XXX RS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

 

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang demam typoid dengan kejadian typoid di ruang XXX RS XXX kota XXX tahun 2019?”

 

1.3    Tujuan Penelitian

1.3.1        Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang demam typoid dengan kejadian typoid di ruang XXX RS XXX kota XXX tahun 2019.

1.3.2        Tujuan khusus

a.       Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang demam typoid di ruang XXX RS XXX kota XXX tahun 2019.

b.      Untuk mengetahui kejadian demam typoid di ruang XXX RS XXX kota XXX tahun 2019.

c.       Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang demam typoid dengan kejadian typoid di ruang XXX RS XXX kota XXX tahun 2019.

 

1.4    Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya untuk mengetahui sejauh mana hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang demam typoid dengan kejadian typoid di ruang XXX RS XXX kota XXX tahun 2019. Sebagian ibu mengatakan tidak mengetahui tentang demam typoid. Penelitian ini dilakukan di ruang XXX RS XXX kota XXX pada bulan April-Juni tahun 2019, populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang anaknya di rawat di ruang XXX, Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan sample menggunakan teknik total sampling..

 

1.5    Kegunaan penelitian

1.5.1        Guna teoritis

1.      Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebagai bahan referensi yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dalam metode yang berbeda khususnya bagi mahasiswa program studi DIII Keperawatan Poltekes Yapkesbi XXX.

2.      Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya dengan penangganan tingkat terjadinya demam typoid.

1.5.2        Guna praktis

1.      Bagi responden

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah informasi mengenai demam typoid khususnya pada ibu yang mempunyai anak sekolah yang berada di ruang XXX RS XXX kota XXX, dan di jadikan acuan bagi ibu  untuk lebih meningkatkan pengetahuan ibu tentang pencegahan  dan penangganan demam typoid khususnya dalam pengawasan makanan.

2.      Bagi RS

Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pelayanan di bidang perawatan kesehatan dan meningkatkan bagi perawat untuk merencanakan pemberian pendidikan kepada masyarakat, khususnya bagi para ibu tentang kesehatan pada anaknya dengan pencegahan demam typoid, melalui penyuluhan pada ibu atau masyarakat di ruang agar mampu melakukan kesehatan kepada anaknya. Selain itu, sebagai tindakan preventif dan promotif untuk mencegah tingginya tingkat terjadinya demam typoid.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)