Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Lansia

 

Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Lansia di Wisma XXX Kota XXX

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati, 2009).

Semakin meningkatnya populasi lansia, maka akan meningkatkan adanya permasalahan-permasalahan kesehatan lebih banyak terjadi pada lansia, salah satunya adalah rematik pada lansia.

Rematik adalah penyakit auto imun yang disebabkan karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan sendi dan nyeri. Nyeri dapat muncul apabila adanya suatu rangsangan yang mengenai reseptor nyeri. Penyebab aethritis rheumatoid belum diketahui secara pasti, biasanya hanya kombinasi dari genetic, lingkungan, hormonal, dan factor system produksi. Namun factor pencetus terbesar adalah factor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Yuliati, et.a., 2013).

Penyakit rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Penyakit rematik sering kali dihubungkan dengan terminology arthritis yang berhubungan lebih dari 100 penyakit termasuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gouty arthritis, spondiloarthritis, lopus eritematosus, dan lain-lain (American College of Rheumatology, 2013).

Kompres hangat merupakan pemberian sensasi hangat dengan suhu 37ºc- 40ºc dengan tujuan memberikan relaksasi otot, mengurangi rasa sakit dan dilakukan selama 5-10 menit (Potter dan Perry, 2010).

Menurut Tamsurin nyeri dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya bila seseorang pernah mengalaminya. Dalam hirarki kebutuhan Maslow kenyaman merupakan kebutuhan dasar, setelah kebutuhan fisik, sehingga pemenuhan kebutuhan rasa nyaman terganggu apabila seseorang mengalami nyeri.

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit rematik menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen dan tulang. Penyakit ini dapat dikategorikan secara luas berupa penyakit sendi, keterbatasan fisik, gangguan tulang belakang dan kondisi yang disebabkan oleh trauma. Penderita Rheumatoid arthritis di seluruh dunia sudah mencapai angka 335 juta, dan di perkirakan jumlah penderita akan terus mengalami peningkatan (WHO, 2016)

Di Indonesia jumlah penderita rematik pada tahun 2011 di perkirakan prevelensinya mencapai 29,35% pada tahun 2014 prevelensi di Sulawesi Utara sebanyak 24,7%. Berdasarkan data proyeksi penduduk, tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi tahun 2020 (27,08 juta) (Kementerian Kesehatan RI)

Peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup atau angka harapan hidup merupakan rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang yang telah mencapai usia tertentu dan pada tahun tertentu dalam situasi mortalitas yang berlaku dilingkungan masyarakat. Peningkatan umur harapan hidup mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan yang merupakan akibat dari peningkatan jumlah angka kesakitan penyakit degeneratif (Kemenkes RI. 2013)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2013, prevelensi penyakit sendi adalah 24,7%. Prevelensi di Jawa Tengah 11,2%, Yogyakarta 5,6% dan Jawa Timur 11,1%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) pada tahun 2018 umur 55-64 adalah 15,5% , umur 65-74 adalah 18,6% , dan umur 75 ke atas adalah 18,9%. Untuk penderita penyakit paling banyak adalah perempuan 8,5% dan laki-laki 6,1%. (RiskesDes RI)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 April 2019 di Wisma XXX Kota XXX terdapat 53 orang lansia.

Di dapatkan 6 penyakit terbesar diantaranya, yang mengidap penyakit Gastritis pada bulan Januari terdapat 17 lansia, Februari 15 lansia, Maret 13 lansia dan April terdapat 18 lansia. Penyakit Osteoporosis pada bulan Januari terdapat 15 lansia, Februari 12 lansia, Maret 12 lansia dan pada bulan April terdapat 16 lansia yang mengidap Osteoporosis. Penyakit Katarak pada bulan Januari terdapat 15 lansia, Februari 12 lansia, Maret 9 lansia dan pada bulan April terdapat 16 lansia. Penyakit Hipertensi pada bulan Januari terdapat 25 lansia, Februari 23 lansia, Maret 21 lansia dan pada bulan April yang mengidap penyakit Hipertensi ada 26 lansia. Insomnia pada bulan Januari terdapat 11 lansia, Februari 10 lansia, Maret 8 lansia dan pada bulan April 13 lansia. Penyakit Rematik pada bulan Januari terdapat 11 lansia, Februari 10 lansia, Maret 10 lansia sedangkan pada bulan April terdapat 13 lansia yang mengidap penyakit Rematik.

Meskipun rematik bukan penyakit yang terbesar di Wisma XXX, namun pada studi pendahuluan peneliti menemukan lansia yang menderita rematik ini mengalami nyeri sendi hingga mengakibatkan kesulitan untuk beraktivitas.

Peneliti akan melakukan sebuah observasi eksperimen yaitu kompres hangat terhadap 13 lansia untuk penurunan skala nyeri rematik. Oleh karena itu peneliti tertarik mengambil judul “ Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Lansia di Wisma XXX Kota XXX”  

 

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Adakah pengaruh kompres hangat terhadap perubahan skala nyeri rematik pada lansia di Wisma XXX Kota  XXX’?.

 

1.3    Tujuan Penelitian

1.3.1        Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri rematik pada lansia di Wisma XXX Kota XXX 2019

1.3.2        Tujuan Khusus

1.        Untuk mengetahui skala nyeri sebelum dilakukan kompres hangat pada lansia di Wisma XXX Kota XXX.

2.        Untuk mengetahui skala nyeri setelah dilakukan kompres hangat pada lansia di Wisma XXX Kota XXX.

3.        Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri rematik pada lansia di Wisma XXX Kota XXX.

 

1.4    Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri rematik pada lansia di Wisma XXX Kota XXX. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2019, populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami rematik di Wisma XXX Kota  XXX.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2010).  Pemilihan sampel dengan purposive sampling dengan populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

 

1.5    Manfaat Peneliti

1.5.1        Teoritis

1.        Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini menambah wawasan sejauh mana pengetahuan tentang pengaruh kompres hangat terhadap penyakit rematik dan sebagai pengalaman dalam melaksanakan dan mengaplikasikan teori dengan praktek di lapangan.

 

2.        Bagi Institusi

Hasil penelitian ini menjadi dasar ilmu pengetahuan dan menambah beragam hasil dalam dunia pendidikan serta dapat dijadikan referensi bagi pembaca yang lain.

1.5.2        Praktisi

1.        Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan dan dapat mempraktekan untuk lahan tentang kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri rematik lansia

2.        Bagi Lansia

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mempraktekan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri rematik


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)