Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH OLIGOHIDRAMNION

 

MAKALAH OLIGOHIDRAMNION

 

1.        Pengertian Oligohidramnion

Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan USG ditemukan bahwa index kantong amnion 5 cm atau kurang dan insiden oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu. Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc (manuaba, 2007), atau juga didefinisikan dengan indeks cairan amnion 5 cm atau kurang dari 12% dari 511 kehamilan dengan usia kehamilan 41 minggu atau lebih. (Dexa Media no.3 tahun 2007).

Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu air seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran atau siklus yang berulang.

Cairan amnion biasanya diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion pada kondisi terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion.

Normal volume cairan amnion bertambah dari50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahangestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlahcairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.

Menurut  Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1 liter, pada multigravida  sebanyak 1,5 liter, dan sebanyak – banyaknya yang masih dalam batas normal adalah 2 liter.

 

2.        Etiologi

 Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Etiologi primer  lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini (premature rupture of the membrane = PROM).

Penyebab sekunder biasanya dikaitkan dengan :

-          Pecahnya membran ketuban

-          Penurunan fungsi ginjal  atau terjadinya kelinan ginjal bawaan pada janin sehingga produksi urin janin berkurang, padahal urin janin termasuk salah satu sumber terbentuknya air ketuban

-          Kehamilan post-term sehingga terjadinya penurunan fungsi plasenta.

-          Gangguan pertumbuhan janin

-          Penyakit yang diderita ibu seperti Hipertensi, Dibetes mellitus, gangguan pembekuan darah, serta adanya penyakit autoimmune seperti Lupus.

Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohidramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung / membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami oligohidramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.

 Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah padaplasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan nama angiotensin-converting enxyme inhibitor (miscaptopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohidramnion parah dan kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka.

Jika dilihat dari  segi Fetal, penyebabnya bisa karena :

-          Kelainan Kromosom

-          Cacat Kongenital

-          Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim

-          Kehamilan postterm

-          Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)

Jika dilihat dari sisi Maternal, penyebabnya :

-          Dehidrasi

-          Insufisiensi uteroplasental

-          Hipertensi / Preeklamsia

-          Diabetes Mellitus

-          Hypoxia kronis

Induksi Obat :

-          Seperti obat antihipertensi

Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi karena ukuran tubuh janin semakin besar.  Oligohydramnion dapat terjadi di masa kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat serius dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir.

 

3.        Epidemiologi Oligohidramnion 

Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit.Olygohydramnion dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau padaumumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Sekitar 12% wanitayang masa kehamilannya melampaui batas waktu perkiraan lahir (usia kehamilan42 minggu) juga mengalami olygohydrasmnion, karena jumlah cairan ketubanyang berkurang hamper setengah dari jumlah normal pada masa kehamilan

 

4.        Patofisiologi

 Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekanorgan-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru,tungkai dan lengan. Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian janin.

Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.

Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru ( paru-paru hipoplastik ), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.

Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.

 

Gejala Sindroma Potter berupa :

-          Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).

-          Tidak terbentuk air kemih

-          Gawat pernafasan,           

Pada kehamilan sangat muda, air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma maternal dan dibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban dibetuk oleh difusi ekstraselular melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip dengan plasma janin. Selanjutnya setelah trimester II, terjadi pembentukan zat tanduk kulit janin dan menghalangi disfusi plasma janin sehingga sebagian besar air ketubannya dibentuk oleh sel amnionnya dan air kencingnya.

Ginjal janin mengeluarkan urin sejak usia 12 minggu dan setelah mencapai usia 18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-14 cc/hari. Janin aterm mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 250 cc dalam sehari.

Sirkulasi air ketuban sangat penting, sehingga jumlahnya dapat dipertahankan dengan tetap. Pengaturannya dilakukan oleh tiga komponen penting berikut:

a.         Produksi yang dihasilkan oleh sel amnion.

b.         Jumlah produksi air kencing.

c.         Jumlah air ketuban yang ditelan janin.

 Setelah trimester II sirkulasinya makin meningkat sesuai dengan tuanya kehamilan sehingga mendekati aterm mencapai 500 cc/hari.

Produksinya akan berkurang jika terjadi insufisiensi plasenta, kehamilan post term, gangguan organ perkemihan, janin terlalu banyak minum, sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban intrauteri “ologohidramnion” dengan kriteria:

a.       Jumlah kurang dari 200 cc

b.      Kental.

c.       Bercampur mekonium.

Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor.

Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali

Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.

Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 : 274)

 

5.        Wanita Dengan Kondisi Berikut Memiliki Insiden Oligohidramnion Yang Tinggi.

-          Anomaly congenital ( misalnya agenosis ginjal, sindroma potter )

-          Retradasi pertumbuhan intra uterin

-          Ketuban pecah sebelum waktunya ( usia kehamilan 24 – 26 minggu )

-          Sindroma paska maturitas

-          Terdapat riwayat Hipertensi atau preeklampsia

-          Riwayat obstetric yang jelek                                           

6.        Gambaran klinis

-          Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

-          Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

-          Sering berakhir dengan partus prematurus.

-          Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.

-          Persalinan lebih lama dari biasanya.

-          Sewaktu his akan sakit sekali.

-          Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

 

7.        Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

a.       USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)

b.      Cara memeriksanya yaitu dengan memeriksa indeks cairan amnion, yakni jumklah pengukuran kedalaman air ketuban di empat sisi kuadran perut ibu. Nilai normal adalah antara 10 – 20 cm. bila kurang dari 10 cm disebut air ketuban telah berkurang, jika kurang dari 5 cm maka inilah yang disebut dengan oligohidramnion.

c.       Rontgen perut bayi

d.      Rontgen paru-paru bayi

e.       Analisa gas darah.

 

8.        Akibat oligohidramnion

a.       Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.

b.      Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery appereance).

c.       Jika terjadi pada saat menjelang persalinan, akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi selama kelahiran, seperti tidak efektifnya kontraksi rahim akibat tekanan di dalam rahim yang tidak seragam kesegala arah, sehingga proses persalinan akan melemah atau berhenti.

 

9.        Komplikasi dari oligohidramnion

a.         Dari sudut maternal

Komplikasi oligohidramnion pada maternal praktis tidak ada, kecuali akibat

Persalinannya oleh karena :

-          Sebagian persalinannya dilakukan dengan induksi

-          Persalinan dilakukan dengan sc Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi persalinan dengan tindakan

b.         Komplikasi terhadap janin

Oligohidramnion menyebabkan tekanan langsung pada janin:

-          Deformitas janin

-          Leher telalu menekuk miring

-          Bentuk tulang kepala janin tidak bulat

-          Deformitas ekstremitas

-          Talipes kaki terpelintir keluar

-          Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal distress.

-          Fetal distres menyebabkan makin terangsangnya nervus vagus dengan dikeluarkannya mekonium semakin mengentalkan air ketuban.

-          Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi kesulitan bernafas, karena paru mengalami hipoplasia sampai atelektase paru.

-          Sirkulus yang sulit diatasi ini akhirnya menyebabkan kematian janin intrauteri.

-          Amniotic band Karena sediktnya air ketuban, dapat menyebabkan terjadi hubungan langsung antara membrane dengan janin sehingga dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin intrauteri. Dapat dijumpai ekstremitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan dengan membrannya.

 

10.    Tindakan konservatif

a.       Tirah baring.

b.      Hidrasi.

c.       Perbaikan nutrisi.

d.      Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).

e.       Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.

f.       Amnion infusion.

g.      Induksi dan kelahiran.

 


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)