Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Orang Dewasa


 

Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Orang Dewasa

 

Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain pertukaran ide atau pemikiran.

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN

A.    Pendahuluan .................................................................................................. 1

B.     Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

C.     Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

 

BAB II PEMBAHASAN

A.    Komunikasi Terapeutik ................................................................................. 3

B.     Komunikasi Terapeutik Pada Orang Dewasa................................................ 8

C.     Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa...................................................... 9

D.    Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa............................................. 10

E.     Contoh Komunikasi terapeutik Pada Orang Dewasa.................................... 14

 

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan ................................................................................................... 15

B.     Saran ............................................................................................................. 15

 

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 16

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Pendahuluan

Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita, dan ain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gestru (non verbal)

Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang menyampaikan dan mendapat respons. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua tujuan, yaitu mempengaruhi orang lain dan untuk mendapat informasi. Akan tetapi komunikasi dapat digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan). Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik tiu hub ungan yang kompleks maupun yang sederhana melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimilki oleh seseorang menggambarkan secara utuh dirinya, perasaanya dan apa yang ia sukai dan tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan.

Effendy O.U (2002) dalam suryani (2005) menyatakan lima komponen dalam komunikasi yaitu komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikator (pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau melalui media kepada komunikas (penerima pesan) sehingga timbul efek atau akibat terhadap pesan yang telah diterima. Selain itu, komunikasi juga dapat memberikan umpan balik kepada komunikator sehingga terciptalah suatu komunikasi yang lebih lanjut.

 

B.       Rumusan Masalah

1.      Bagaimana konsep komunikasi terapeutik?

2.      Bagaimana cara komunikasi terapeutik pada orang dewasa?

 

C.      Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui tentang komunikasi terapeutik

2.      Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada orang dewasa

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Komunikasi Terapeutik

1.      Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.

Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi untuk stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.

Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan personal antara perawa dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.

S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.

Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.

Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan.

Sedangkan Arwana (2003) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terpeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan pootif.

 

2.      Tujuan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :

1.      Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri

Memulai komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.

2.      Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.

Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping.

3.      Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang reistis.

Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.

4.      Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang reistis.

Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.

 

3.        Fungsi Komunikasi Terapeutik

Fungsi Komunikasi Terapeutik

a.       Merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan.

b.      Mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien.

c.       Mengetahui keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan.

d.      Sebagai tolok ukur kepuasan pasien.

e.       Sebagai tolok ukur komplain tindakan dan rehabilitasi.

Komunikasi sebagai elemen terapi mempunyai makna bahwa komunikasi yang dilakukan oleh perawat adalah mempunyai tujuan terapi atau memberikan efek penyembuhan buat klien. Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial bagi perawat. Dengan komunikasi (verbal ataupun nonverbal), perawat dapat memberikan kesembuhan buat klien. Senyum perawat, kesabaran, kelembutan, kata-kata yang tegas dan menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat mempengaruhi perilaku klien untuk berbuat lebih baik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya.

Pernahkah Anda melihat seorang perawat jiwa melakukan komunikasi dengan pasien untuk mengubah atau memperbaiki perilakunya yang menyimpang? Lakukanlah pengamatan pada perawat jiwa yang sedang berinteraksi dengan pasien!

Komunikasi sebagai elemen terapi sangat nyata sekali dilakukan dalam perawatan pada pasien yang mengalami masalah psikososial atau mengalami gangguan jiwa. Untuk mengubah dan membantu proses adaptasi pasien gangguan jiwa, satu-satunya alat kerja yang efektif untuk mencapai kesembuhan pasien adalah komunikasi yang dilakukan perawat. Komunikasi yang dilakukan perawat, baik verbal maupun nonverbal, dapat memberikan kesembuhan buat klien.

Fungsi Komunikasi Terapeutik dalam manajemen keperawatan:

a.      Memberikan informasi yang akurat

Fungsi komunikasi dalam manajemen keperawatan yang pertama adalah untuk memberikan informasi yang akurat sesuai dengan fakta dan bersifat valid kepada pasien maupun anggota keluarga pasien.

b.      Tata cara berkomunkasi dengan pasien

Fungsi yang kedua adalah untuk memberikan tata cara dalam menyapa pasien dan menjawab pertanyaan pasien dengan lengkap. Komunikasi dalam manajemen keperawatan ini bertujuan untuk menghindari perawat dari jawaban singkat, yang tampak seperti tidak tertarik memberikan informasi kepada pasiennya.

c.       Mengoptimalkan pekerjaan seorang perawat

Untuk mengoptimalkan pekerjaan perawat yang sebagaimana tugas seorang perawat adalah membantu pasiennya dari pasien sakit sampai pasien dinyatakan sembuh. Selain berhubungan langsung dengan pasien, seorang perawat juga akan berhubungan dengan anggota keluarga pasien. Komunikasi dalam manajemen keperawatan ini sangat penting untuk kelancaran dan mengoptimalkan tugas perawat tersebut.

d.      Menghindari respon yang tidak baik terhadap pasien

Untuk menghindari perawat dari respon yang tidak baik kepada pasien maupun keluarga pasien. Seorang perawat dilarang untuk interupsi dalam pembicaraan dengan keluarga pasien. Jika terjadi hal yang demikian maka sistem komunikasi dalam manajemen kerperawatan tidak berfungsi dengan baik. Komunikasi dalam manajemen keperawatan merupakan suatu pedoman seorang perawat saat melaksanakan perkerjaannya.

e.       Menjaga kerahasiaan informasi pasien

Komunikasi dalam manajemen keperawatan yang menjadi pedoman bagi seorang perawat ini berfungsi untuk menjaga kerahasiaan informasi mengenai pasien yang ditanganinya. Kerahasiaan informasi akan dijaga oleh seorang perawat sesuai dengan perintah pasien atau keluarga pasien.

f.       Menciptakan rasa nyaman kepada pasien

Komunikasi dalam manajemen keperawatan juga berfungsi sebagai kekuatan seorang perawat untuk menciptakan rasa nyaman kepada pasien. Seorang perawat diminta untuk berkomunikasi secara informatif dan perusasif dengan tujuan agar seorang pasien dapat terpengaruh bujukan seorang perawat. Misalnya, seorang pasien yang tidak mau minum obat atau pasien yang takut dengan jarum suntik. Tugas seorang perawat adalah membujuk pasien tersebut dengan caranya masing-masing agar pasien mau melakukannya.

g.      Memudahkan proses komunikasi

Komunikasi dalam manajemen keperawatan ini memudahkan seorang perawat berkomunikasi dengan teman kerjanya dan mempermudah dalam proses kerjasama tim baik dengan sesama perawat maupun dokter. Komunikasi yang dilakukan dalam suatu pekerjaan akan terstruktur dan tentu saja mudah dimengerti oleh lawan bicaranya.

h.      Menciptakan komunikasi yang harmonis

Seorang perawat akan berinteraksi langsung dengan seorang pasien maupun keluarga pasien. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat dan terkesan tidak terlalu formal menjadi kunci utama dalam menjalin kedekatan dengan pasien. Melalui komunikasi dalam manajemen keperawatan ini, seorang perawat dengan mudah dapat memahami teknik-teknik dan cara yang tepat untuk tetap menjaga keharmonisan pada saat berkomunikasi dengan pasien maupun keluarga pasien.

 

B.     Komunikasi Terapeutik Pada Orang Dewasa

Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba untuk menerapkan model konsep kornunikasi yang tepat pada klien dewasa.

Menurut Ericsson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih, minat, masalah dengan orang lain.

Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk mengubahnya. Juga Pengetahuan yang selarna ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu unfuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri ingin belajar, terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suaru perilaku lain di masa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.

Dari segi psikologis, orang dewasa dalarn situasi. Komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu yairu :

1.      Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir.

2.      Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya perasaan dan pikiran.

3.      Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

 

C.    Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa

Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :

1.      Suasana hormat menghormati

Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan pikirannya.

2.      Suasana saling menghargai

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai. Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.

3.      Suasana saling percaya

Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan.

4.      Suasana saling terbuka

Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain. seperti pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara. memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.

Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pegalaman yang mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi.

Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari immobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

 

D.    Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa

1.      Model Shanon & Weaver

Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatan nya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima. Dengan kata lain model shannon & weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk di komunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.

Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang dapat menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber informasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihat nya hubungan tansaksional diantara sumber pesan dan penerima.

Ø  Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :

Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi kejelasan informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.

 

 

2.      Model Komunikasi Leary

Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini menggabungkan multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang, dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi .

Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ; pesan komunikasi dapat terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan -Submission, dan 2) Hate – love.

Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama beberapa tahun pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mondominasi peran dan klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalam menerima dan memberi antara pasien dan profesional.

Ø  Penerapan Pada Klien Dewasa :

Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalarn keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu yang singkat. Feran Love yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap klien dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan profesional yang dilakukan lebih kearah hubungan pribadi. Model ini menekankan pentingnya "Relationship" dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi therapeutik adalah ketrampilan untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain. Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard). Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien melalui model kornunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih efektif. Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis.

3.      Model lnteraksi King

Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat - klien. King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana profesional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien sZSecara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.

Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan perawat - klien. Transaksi adalah hubungan relationship yang timbal balik antaraperawar-klien seiama berpartisipasi. Feedback dalam model ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-klien.

Ø  Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:

Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya persepsi yang salah terhadap pesan yang disampaikan.

4.      Model Komunikasi Kesehatan

Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan - klien. 3 (tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi, dar 3) Konteks.

Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain (significant order) penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.

Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalarn proses komunikasi tersebut. Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi

Ø  Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :

Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena profesional kesehatan ( perawat ) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatan klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti; sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, faktor budaya, nilai yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar ttdak terjadi kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa diupayakan agar perawat menerima pasien sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu dengan yang lain. Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model komunikasi kesehatan. Karena pada kedua model komunikasi ini menunjukkan hubungan relationship yang rnemperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerirna, serta adanya umpan balik untuk mengevaluasi tujuan komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep komunitasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai. Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi King dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling memberi dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah informasi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

 

E.     Contoh Komunikasi terapeutik Pada Orang Dewasa

PERAWAT          : Permisi, Selamat Siang Bu

PASIEN               : Selamat Siang Sus

PERAWAT          : Bagaimana bu, sebaiknya ibu harus banyak istirahat dan menjaga kesehatan ibu dan dan jangan terlalu kelelahan.

PASIEN               : Baik sus, akhir-akhir ini saya memang sibuk dengan pekerjaan saya,sehingga kurang istirahat. Baiklah sus saya akan menjaga kesehatan saya.

PERAWAT          : Baiklah bu,jika anda sudah mengerti kalau begitu saya permisi dulu bu.jika ada yang bisa saya bantu ibu dapat menghubungi saya di ruang jaga perawat. Permisi bu.

PASIEN               : Iya sus. Terima kasih sus.

PERAWAT          : Sama-sama bu. Permisi

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.

Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba untuk menerapkan model konsep kornunikasi yang tepat pada klien dewasa.

 

B.       Saran

Diharapkan kepada dosen pengampu agar lebih banyak memberikan materi tentang komunikasi terapeutik yang akan mempermudah dalam proses pembelajaran. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat lebih membantu mahasiswa dalam tambahan referensi mengenai komunikasi terapeutik.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu.

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)