Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH DAN DAFTAR TILIK DISTOSIA BAHU

 


MAKALAH DAN DAFTAR TILIK DISTOSIA BAHU

 

A.    Definisi

Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lama lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering terjadi apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir. Kelainan persalinan ini adalah konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendiri atau berkombinasi:

a)        Kelainan  gaya dorong (ekspulsi) baik akibat gaya uterus yang kurang kuat atau kurangnya koordinasi untuk melakukan pendataran dan dilatasi serviks (disfungsi uterus), maupun kurangnya upaya otot volunteer selama persalinan kala dua,

b)        Kelainan  tulang panggul ibu yaitu panggul sempit,

c)        Kelainan  presentasi, posisi atau perkembangan janin dan kelainan jaringan lunak saluran reproduksi yang membentuk halangan bagi turunnya janin. (Cunningham, Gary: 2005)

Antonim bahasa Yunani untuk eutosia, atau persalinan normal adalah distosia yang menandakan persalinan yang abnormal atau sulit. distosia dapat terjadi akibat beberapa kelainan tertentu yang melibatkan serviks, uterus, janin, tulang panggul ibu, atau obstruksi lain di jalan lahir. Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan.(Bobak: 2004) Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar darisatu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelahketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janintegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi padaletak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomendan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul. Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macetdiatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor).

 

B.     Klasifikasi Distosia

1.        Distosia karena kelainan tenaga

2.        Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.

3.        Distosia karena kelainan panggul

4.        Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).

 

C.    Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala dari distosia bahu adalah:

1.        Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Namun, pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal.

2.        Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu juga dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga mengalami obesitas.

3.        Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan bahu.

4.        Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva

5.        Dagu tertarik dan menekan perineum

6.        Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.

 

D.    Etiologi

Secara umum, keadaan berikut yang dapat menyebabkan distosia adalah:

1.        Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan atau powers).

2.        Perubahan struktur pelvis (jalan lahir atau passage). Walaupun kekuatan gaya ekspulsifnya mungkin normal, memiliki kelainan struktur atau karakter jalan lahir yang menimbulkan hambatan mekanis terhadap turunnya bagian terbawah janin yang tidak teratasi

3.        Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi (penumpang atau passengers)

4.        Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5.        Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung. Penyebab dari distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul (misalnya pada makrosomia) yang disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipatpada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

 

E.     Patofisiologi

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah rambut pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetapberada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahudepan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

 

F.     Prognosis

Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada anensefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia. Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat perlukaanpada nervus brokhialis & muskulus sternokleidomastoidelis.

 

G.    Komplikasi

1.      Infeksi intrapartum

Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partuslama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. bakteri di dalam cairan amnion danmenginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsispada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yangterinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tanganakan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasiselama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia.

2.      Ruptur uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selamapartus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesaria. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat terengang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.

3.      Cincin retraksi patologis

Cincin ini sering timbul akibat persalianan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini, cincin dapat terlihat jelas sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturya segmen bawah uterus.

 

4.      Pembentukan fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengn munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal atau rektovaginal.

5.      Cedera otot dasar panggul

Saat pelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomis diotot, saraf dan jaringan ikat.

6.      Efek pada janin

Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul infeksi intrapartum bukan sajamerupakan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab penting kematian dan neonates. Hal ini disebabkan karena bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakterimia pada ibu dan janin. Pneumoni janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya.

 

H.    Faktor Resiko

Sejumlah karakteristik ibu, janin dan intrapartum sering menyertai distosiabahu. beberapa faktor risiko pada ibu, termasuk obesitas, multiparitas dan diabetes berpengaruh terhadap distosia bahu akibat pengaruhnya pada peningkatan berat lahir. Hubungan antara kehamilan lewat waktu dengan distosia bahu tampaknya disebabkan karena banyak janin terus tumbuh setelah usia 42 minggu. Penyulit intrapartum yang dihubungkan dengan distosia bahu adalah pelahiran dengan forceps tengah serta persalinan kala satu dank ala dua yang memanjang.

I.       Penatalaksanaan

Metode Persalinan Distosia Bahu

1.        Manuver Mc. Roberts :

·           Posisi Walcher: Hiperfleksi kaki kearah perut sehingga terjadi pelebaran jalan lahir dan mengubah sudut inklinasi dari 25 derajat menjadi 10 derajat.

·           Kepala janin tarik curam kebawah sehingga memudahkan persalinan bahu depan


Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara bersamaan (panah vertikal).

2.        Manuver Hibbard dan Resnick

·           Lakukan episiotomi luas untuk melebarkan jalan lahir

·           Kepala ditarik curam kebawah, sehingga bahu depan lebih mudah masuk PAP

·           Tekan bahu depan diatas simfisis, sehingga dapat masuk PAP

3.        Manuver Woods Cork Screw

·           Fundus uteri didorong kebawah sehingga lebih menekan bagian terendah janin, untuk masuk PAP

·           Bahu belakang diputar menjadi bahu depan sehingga secara spontan lahir.


Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis.

4.        Melahirkan bahu belakang


·           Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerusposterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi siku

·           Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin

·           Lengan posterior dilahirkan

5.        Maneuver Rubin

Terdiri dari 2 langkah :

·           Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :

·           Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan darisimfisis pubis.


6.        Manuver Zevanelli

·           Kepala janin sudah berada diluar, dimasukkan kembali kedalam vagina Diikuti dengan persalinan seksio sesarea

·           Bahaya besar karena akan terjadi ekstensi luka operasi di SBR dan menimbulkan trauma jalan lahir lebih besar.

7.        Teknik Kleidotomi

·           Dilakukan pemotongan tulang klavikula bawah sehingga volumebahu mengecil dan selanjutnya persalinan dapat berlangsung

·           Bila diperlukan dapat dilakukan pemotongan tulang klavikula depan

8.        Simfisiotomi

Untuk melebarkan jalan lahir sehingga bahu dapat lahir.

Komplikasi simfiotomi :

·           Ketidaknyamanan yang berkepanjangan dan nyeri

·           Ruptura vesika urinaria

(Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri ; Ginekologi dan KB ;455)

 

DAFTAR TILIK DISTOSIA BAHU

 

PENILAIAN

1.        Tidak ada penilaian    : Langkah tidak dikerjakan sama sekali

2.        Perlu perbaikan          : Langkah tidak dikerjakan dengan benar dan tidak berurutan.

3.        Mampu                         : Langkah dikerjakan dengan dengan benar dan berurutan,   namun kurang tepat dan pembimbing perlu mengingatkan hal-hal tertentu.

4.        Mahir                           : Langkah dikerjakan dengan benar sesuai dengan urutan, tanpa ragu-ragu dan  tanpa bantuan.

 

Beri tanda ceklist (√ ) pada kolom penilaian

NO

LANGKAH / TUGAS

NILAI

1

2

3

4

Persiapan Penjahitan

 

 

 

 

1.

Persiapan peralatan  :

§  Gunting episiotomi

 

 

 

 

2.

Persiapan petugas :

§  Apron plastik, masker, kacamata pelindung

§  Sarung tangan DTT/steril

§  Alas kaki/sepatu boot karet

 

 

 

 

3.

Pakai sarung tangan DTT atau steril

 

 

 

 

4.

Lakukan episiotomi secukupnya

 

 

 

 

5.

Lakukan manuver McRobert’s  :

a.       Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta dua asisten untuk membantu ibu

b.      Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (ke arah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di bawah simfisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada kepala bayi karena mungkin akan melukainya

c.       Secara bersamaan mintalah salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan suprapubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan lalukan dorongan pada fundus, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptura uteri

 

 

 

 

6.

Jika bahu tetap tidak lahir :

a.       Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior, ke arah sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu.

b.      Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum

 

 

 

 

7.

Jika bahu masih tetap tidak lahir :

a.       Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi posterior

b.      Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi

 

 

 

 

8.

Jika bahu masih tetap tidak lahir setelah melakukan manuver-manuver di atas, minta ibu untuk berganti posisi merangkak. Coba bantu kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlahan-lahan pada bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati; segera setelah bahu anterior lahir, lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan-lahan ke arah bawah dengan hati-hati. Jika tetap tidak berhasil, rujuk ibu

 

 

 

 

 

 

 


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)