Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Makalah Anemia Pada Kahamilan, Persalinan Dan Nifas

 

MAKALAH ANEMIA PADA KAHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS

 

A.      Pengertian

Anemia adalah penurunan kadar darah dalam membawa oksigen akibat penurunan produksi sel darah merah, dan penurunan hemoglobin dalam darah (Fraser, Diane M. at. el, 2009)

Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin dibawah nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan kurang darah, kadar sel darah merah dibawah nilai normal (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010).

Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga padajanin yang dikandungnya (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009).

Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin < 11 g% pada trimester I dan III atau < 10,5 g% pada trimester II.

Jadi anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin yang menurun dibawah batas normal, ini karena penurunan kadar darah dalam membawa oksigen akibat produksi sel darah merah. Dan ibu hamil didiagnosis anemia jika kadar hemoglobinya kurang dari 11%.

 

B.       Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia menurut Hermawan Wibisono (2009), yaitu:

Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan ciri-ciri dibawahini, dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam darah. Ciri-ciri tersebut antaralain :

a.       Pucat pada bibir, konjungtiva, lidah, gusi, kulit.

b.      Lemah

c.       Letih

d.      Lesu

e.       Lunglai

f.       Nafas terengah-engah

g.      Nyeri dada

h.      Ikterus

 

C.      Macam-macam anemia pada ibu hamil menurut Arisman (2007), yaitu:

1.      Anemia defisiensi besi/ karena kekurangan zat besi

Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi besi dankehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena pengeluaran darahyang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi pada suatukehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi besi pada kehamilan berikutnya.

Padagestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilannya rata-ratamendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila tersedia, untuk ekspansi massa hemoglobin ibu sekitar200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg jelas melebihicadangan besi pada sebagian besar wanita. Kecuali apabila perbedaan antara jumlah cadanganbesi ibu dan kebutuhan besi selama kehamilan normal yang disebutkan diatas dikompensasi olehpenyerapan besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi besi.

Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester kedua, makakekurangan besi sering bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi hemoglobin.Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak terlalu besar, kebutuhanakan besi tetap meningkat karena peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut dan banyak besiyang sekarang disalurkan kepada janin. Karena jumlah besi tidak jauh berbeda dari jumlah yangsecara normal dialihkan, neonatus dari ibu dengan anemia berat tidak menderita anemiadefisiensi besi (Arisman, 2007).

 

2.      Anemia karena perdarahan

Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat menjadisumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada awal kehamilan,anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan molahidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi segera untuk memulihkan danmempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun jumlah darah yang diganti umumnyatidak mengatasi difisit hemoglobin akibat perdarahan secara tuntas, secara umum apabilahipovolemia yang berbahaya telah teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang tersisaseyogyanya diterapi dengan besi. Untuk wanita dengan anemia sedang yang hemoglobinnyalebih dari 7 g/dl, kondisinya stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapatberobat jalan tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi besi selama setidaknya 3bulan merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan transfusi darah (Sarwono, 2008).

  1. Anemia karena radang/ keganasan

Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman duludikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan neoplasmamenyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat, biasanya dengan eritrosit yansedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya tuberculosis, endokarditis, atauesteomielitis sering menjadi penyebab, tetapi terapi antimikroba telah secara bermaknamenurunkan insiden penyakit-penyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal kronik, kanker dankemoterapi, infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), dan peradangan kronik merupakan penyebab tersering anemia bentuk ini.

Berbagai penyakit kronik dapat menyebabkan anemia selama dalam masa kehamilan. Beberapadiantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan usus (inflammatorybowel disease), lupus eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa, keganasan, dan arthritisremotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring dengan meningkatnya volume plasma melebihiekspansi massa sel darah merah. Wanita dengan pielonfritis akut berat sering mengalami anemianyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat meningkatnya destruksi eritosit dengan produksieritropoietin normal (D.S Soewito M, 2010).

4.      Anemia aplastik karena kerusakan sumsum tulang.

Anemia aplastik adalah suatu penyulit yangparah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya disertai trombositopenia, leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler (). Pada sekitar sepertigakasus, anemua dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasim, leukemia, dan gangguanimunologis.

Penurunan mencolok sel induk yangterikat di sumsum tulang adalah kelainan fungsional mendasar. Banyak bukti yang menyatakan bahwa penyakit ini diperantarai olehproses imunologis (Wibisono Hermawan, 2009). Pada penyakit yang parah, yangdidefinisikan sebagai hiposelularitas sumsum tulang yang kurang dari 25 persen, angkakelangsungan hidup 1 tahun hanya 20 persen (Suhemi, 2007).

5.      Anemia hemolitik karena usia sel darah merah yang pendek

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang lebih cepatdari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :

a.       Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia, anemia selsickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I danparaksismal nokturnal hemoglobinuria

b.      Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat logam, dan dapatbeserta obat-obatan, leukemia, penyakit hodgkin dan lain-lain.

Gejala utama adalah anemia dengan kelaina-kelainan gambaran darah, kelelahan,kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vitalPengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan olehinfeksi maka infeksinya di berantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, padabeberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang berulangdapat membantu penderita ini.

  1. Anemia megaloblastik karena gangguan pencernaan

Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 selama kehamilansangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12 karena tidak adanyafaktor intrinsik. Ini adalah suatu penyakit autoimun yang sangat jarang pada wanita dengankelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih mungkin dijumapai pada merekayang menjalani reseksi lambung parsial atau total. Kausa lain adalah penyakit Crohn, reseksiileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus halus.

Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama kehamilan, kadarnonhamil karena berkurangnya konsentrasi protein pengangkut B12 transkobalamin. Wanitayang telah menjalani gastrektomi total harus diberi 1000 mg sianokobalamin (vitamin B12)intramuscular setiap bulan. Mereka yang menjalani gastrektomi parsial biasanya tidakmemerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak adaalasan untuk menunda pemberian asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiranbahwa akan terjadi gangguan integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secarabersamaan mengidap anemia pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidakdiobati).

7.      Anemia karena penyakit keturunan misalnya anemia sel sabit

Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengansel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, seldarah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi sepertisabit.

Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal,otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organtersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah, menyebabkananemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin kematian.

Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulansabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa lubang (lingkaran, pipih dibagian tengahnya), sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudahdan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulansabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit,karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dankerusakan organ tubuh.

 

D.      Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil menurut Sodikin (2009) yaitu:

Penatalaksanaan dan pencegahan yang umum dilakukan adalah dengan pemberian suplemenzat besi sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan. Pemeriksaankadar Hb semua ibu hamil dilakukan pada kunjungan ANC pertama dan pada minggu ke-28.

Apabila ditemukan ibu hamil dengan anemia berikan tablet Fe 2-3 kali 1 tablet perhari dandisarankan untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan. Pada ibu hamiltrimester 3 dengan anemia perlu diberi zat besi dan asam folat secara IM dan disarankan untukbersalin di rumah sakit.

Pencegahan juga bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi makanan yangmengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dan memperbanyak konsumsi makanan-makanan yang kaya akan zat besi seperti hati ayam (disarankan hati ayam kampung) ataupunsapi, sayur bayam dan juga buah-buahan (disarankan hati hewan, sayur dan buah organik).

Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi yang sangat diperlukan oleh sel-seldarah merah dapat terpenuhi secara maksimal dan dapat terhindar dari. Periksakan sedinimungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia, agar langkah-langkah antisipasi bisa segeradilakukan.

 

E.       Cara meminum Tablet zat besi menurut Ai Yeyeh Rukiyah (2014) yaitu:

1.      Sehari minum 1 tablet Fe pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi rasa mual

2.      Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin B12, misalnya dengan jusjeruk atau air lemon untuk membantu proses penyerapan.

3.      Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh, alkohol dan susu karena dapatmenghambat proses penyerapan.

 

F.       Bahaya Anemia dalam Kehamilan, Persalian, Nifas dan Janin

1.      Bahaya Anemia dalam Kehamialan

a.       Resiko terjadi abortus

b.      Persalinan permaturus

c.       Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

d.      Mudah menjadi infeksi

e.       Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr %)

f.       Mengancam jiwa dan kehidupan ibu

g.      Mola hidatidosa

h.      Hiperemesis gravidarum

i.        Perdarahan anterpartum

j.        Ketuban pecah dini (KPD)

 

2.      Bahaya Anemia dalam Persalinan

a.       Gangguan kekuatan his

b.      Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar

c.       Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.

d.      Kala tiga dapat di ikuti retensio placenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri.

e.       Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.

 

3.      Bahaya Anemia dalam Masa Nifas

a.       Perdarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri memudahkan infeksi puerperium

b.      Pengeluaran ASI berkurang

c.       mpensasi kordis mendadak setelah persalinan

d.      Mudah terjadi infeksi mammae.

 

4.      Bahaya Anemia Bagi Janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai keutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolism tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dan bentuk :

a.       Kematian intra uteri

b.      Persalinan prematuritas tinggi

c.       Berat badan lahir rendah (BBLR)

d.      Kelahiran dengan anemia

e.       Dapat terjadi cacat bawaan

f.       Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

g.      Intelegensi rendah, oleh karena kekurangan oksigen dan nutrisi yang menghambat pertumbuhan janin.

 

G.      Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu nifas

1.      Faktor dasar

a.       Sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi memainkan peranan  yang penting. Tingkat kemiskinan di Negara berkembang menerangkan penyebab anemia berat dan efeknya yang serius pada sebagian besar Negara didunia. Kesukaran yang ditimbulkan oleh gizi buruk, kekurangan air, tabu terhadap makanan, produksi dan cadangan makanan yang tidak cukup dan tidak adanya sistem jaminan yang efektif secara bersama-sama menurunkan kesehatan dan menyebabkan anemia pada para wanita.

b.      Pengetahuan

Tingkat pengetahuan gizi yang rendah dapat juga mendukung terjadinya kesalahan dalam penyusunan menu makanan setiap hari, sehingga jumlah yang dikonsumsi lebih kecil dari kebutuhan, keadaan ini akan lebih berat bagi wanita dalam masa nifas, karena selama nifas terjadi peningkatan kebutuhan zat-zat makanan. Ibu nifas dengan pengetahuan gizi rendah mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi anemia gizi, dibandingkan ibu nifas yang mempunyai pengetahuan gizi tinggi.

c.       Pendidikan

Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar. Biasanya seorang ibu khususnya ibu nifas yang berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsinya, apabila pola konsumsinya telah sesuai, maka asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi, maka kemungkinan besar bisa terhindar dari masalah anemia.

d.      Budaya

Biasanya pada ibu nifas, masih menganut budaya/ kebiasaan pada zaman dulu yaitu dengan pantang makan. Dengan demikian pola konsumsinya tidak akan sesuai dan kebutuhan zat gizinya tidak tercukupi. Sehingga kemungkinan besar ibu dapat terkena anemia.

2.      Faktor langsung

a.       Penyakit infeksi

Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga merupakan penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya produksi eritrosit.

b.      Perdarahan

Penyebab anemia gizi besi juga dikarenakan terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya pada perdarahan.

3.      Faktor tidak langsung

a.       Paritas

Adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar kandungan (28 minggu).

b.      Umur

Terdapat bukti di negara barat bahwa sekitar 20-30 % wanita usia subur telah mengabaikan simpanan zat bsi, meskipun terdaat hanya sekitar 2-8 % individu mengalami anemia defisiensi zat besi.

 


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)