Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Hubungan Sumber Informasi Remaja Terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa

 

Hubungan Sumber Informasi Remaja Terhadap Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa Kelas X SMK XXX tahun 2019

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sasaran pembangunan millennium berkelanjutan yang berisikan target untuk mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2030. Salah satu Goals pada SDGs yang berhubungan dengan kesehatan adalah tujuan ke 3 yaitu menggalakan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia. Beberapa target pada tujuan ke 3 SDG’s diantaranya mengakhiri epidemic AIDS dan penyakit menular seksual pada tahun 2030, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan narkotika dan alkohol yang membahayakan (Depkes, 2017)

Sejak tahun 2000 infeksi baru HIV turun sebesar 35%. Sementara kasus kematian sehubungan AIDS di dunia juga mengalami penurunan sebesar 24%,  Dalam laporannya, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga akhir 2014 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2014 tercatat sebesar 1,2 juta orang meninggal karena virus tersebut. Hingga akhir 2014 jumlah penderita orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di dunia sebesar 36,9 juta orang. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui penggunaan obat terlarang. (Depkes, 2009)

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja akan beradaptasi dengan perubahan tubuhnya serta belajar menerima perbedaan denga individu lain. Baik fisik maupun ideologi. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan hormonal merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbulnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi (kespro), kehamilan remaja dengan segala kosekuensinya yaitu hubungan seks pranikah, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS serta narkotika (Margaretha, 2012).

Remaja menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi diperoleh dengan teman sebaya dan guru, sedangkan pada perempuan menyukai sumber informasi dari orangtua, tenaga kesehatan dan guru (Sri, 2016).

Menurut BKKBN, program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan prilaku hidup reproduksi sehat bertanggung jawab melalui advokasi, promosi, KIE, konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus. Materi kesehatan reproduksi remaja mencakup aspek kehidupan remaja yang terkait dengan pengetahuan, sikap dan prilaku kehidupan seksual serta berkeluarga (PKBI, 2010).

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi relatif masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak mengetahui kapan memiliki hari atau masa subur. Sebaliknya dari survei yang sama, pengetahuan dari renaja laki-laki yang mengetahui masa subur perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan remaja perempuan (29%). Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi (24,4%) dibanding dengan remaja perempuan (16,8%). Pengetahuan remaja laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibanding dengan remaja perempuan (76,2%). (BKKBN, 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarni (2015) dengan judul Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMUN 1 Jetis Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menunjukan sumber informasi remaja tentang TRIAD KRR (SeksualitS, Napza, HIV / AIDS) 57,4% ( 27 remaja ) yang mengetahui sumber informasi kesehatan reproduksi dan 42,6% ( 20 remaja) kurang mengetaui sumber informasi kesehatan reproduksi.

Berdasarkan studi pendahulan yang dilakukan di SMK XXX pada tanggal 20 April 2019 terhadap 2 siswa yang tidak mengetahui tentang kesahatan reproduksi remaja seperti tentang seksualitas, napza dan HIV karena tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang pengaruh sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X SMK XXX.

 

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas X  SMK XXX.

 

1.3    Tujuan Penelitian

1.3.1        Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sumber informasi remaja terhadap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX tahun 2019.

1.3.2        Tujuan Khusus

1.        Mengetahui distribusi frekuensi sumber informasi utama yang didapatkan oleh remaja tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX

2.        Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi pada kelas X SMK XXX

3.        Mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang  kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX.

 

1.4    Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini akan membahas tantang mengetahui hubungan sumber informasi remaja dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kelas X SMK XXX. Karena masih adanya remaja yang tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK XXX tahun 2019. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini menggunakan metode survey analatik dengan pendekatan cross sectional.

 

1.5    Kegunaan Penelitian

1.5.1        Kegunaan Teoritis

1.        Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai wawasan bagi institusi pendidikan dalam proses belajar khususnya dalam metodologi riset statistik kebidanan dan dapat juga dijadikan sumber bahan bacaan kesehatan dan metodologi penelitian kebidanan tentang kesehatan reproduksi remaja.

2.        Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan dan khususnya tentang masalah kebidanan dan dapat menambah pengalaman secara langsung mengenai pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

1.5.2        Kegunaan Praktis

1.        Bagi Responden

Untuk menambah wawasan remaja mengenai kesehatan reproduksi sehingga berkurangnya kasus-kasus reproduksi khususnya kasus seklualitas, HIV dan Napza

2.        Bagi SMK XXX

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja melalui sumber-sumber infromasi yang bias digunakan di sekolah.

 


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)