Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan

 

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu unsur penting yang cukup berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/2009 tentang kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. (Kemenkes RI, 2009)

Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina. Ada dua jenis keputihan yaitu keputihan yang bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal, keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau, jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya akan sangat mengganggu. Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja puteri. (Eny, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) masalah kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia salah satunya adalah keputihan dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan 75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Setiani, 2015).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum nikah atau remaja puteri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini menunjukkan remaja lebih beresiko terjadinya keputihan (Faiz, 2015).

Banyaknya remaja putri yang tidak tahu tentang keputihan sehingga mereka menganggap sebagai hal sepele, disamping itu rasa malu ketika mengalami keputihan kerap membuat para remaja enggan berkonsultasi ke tenaga kesehatan. Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat berakibat sangat fatal bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan kemandulan, radang panggul serta kanker leher rahim. 95% keputihan merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Shadine, 2012).

Menurut Menthari H. Mokodongan, dkk (2015, vol 3 no 1 hlm 274), didapatkan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan produk pembersih wanita, 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genetalia eksterna setelah BAK atau BAB, 25,76% remaja yang membersihkan genetalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, 17% remaja sering menggunakan celana dalam ketat, 8,2% remaja yang memakai celana dalam yang bukan berbahan katun dan 2,5% remaja sering memakai pakaian dalam bersama.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 April 2019 di MTS XXX Kota XXX terhadap 10 orang remaja putri, 90% diantaranya kurang mengetahui vulva hygiene yang benar serta mengalami keputihan.

Dengan melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.

 

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”.


1.3    Tujuan Penelitian

1.3.1        Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

1.3.2        Tujuan Khusus

1.        Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

2.        Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

3.        Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

 

1.4    Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang vulva hygiene dengan kejadian keputihan di MTS XXX Kota XXX tahun 2019. Populasi pada penelitian  ini yaitu seluruh remaja putri kelas VII dan VIII di MTS XXX Kota XXX yang berjumlah 36 orang dengan teknik total sampling. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.


1.5    Manfaat Penelitian

1.5.1        Manfaat Teoritis

1.      Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan atau referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya.

2.      Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai riset kesehatan dan menambah pengetahuan mengenai vulva hygiene dan keputihan.

1.5.2        Manfaat Praktis

1.      Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan remaja putri tentang Kesehatan Reproduksi Remaja termasuk di dalam vulva hygiene dan keputihan.

2.      Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene sehingga bisa meminimalisir terjadinya keputihan.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)