Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Hubungan Pengetahuan Konsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi

 

Hubungan Pengetahuan Konsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1     Latar Belakang

Masalah kesehatan dan gizi di Indonesia pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi fokus perhatian karena tidak hanya berdampak pada angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak, melainkan juga memberikan konsekuensi kualitas hidup individu yang bersifat permanen sampai usia dewasa. Timbulnya masalah gizi pada anak usia di bawah dua tahun erat kaitannya dengan persiapan kesehatan dan gizi seorang perempuan untuk menjadi calon ibu, termasuk remaja putri.

Remaja  merupakan tahapan kritis kedua yang pesat pertumbuhan fisiknya setelah masa bayi, sehingga periode tersebut dikategorikan sebagai kelompok rawan gizi. Terutama remaja puteri, karena secara biologis, sosial, psikologis dan kognitif membutuhkan asupan zat  gizi yang adekuat untuk menjamin status gizi dan derajat kesehatan optimal.

Pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat mempengaruhi jumlah kebutuhan energi, protein, vitamin dan mineral. Pemenuhan zat gizi tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena remaja puteri akan menjadi wanita dewasa yang melahirkan generasi berikutnya. Kondis seseorang pada masa dewasa ditentukan oleh keadaan pada masa remaja.

Berbagai bentuk masalah gizi pada usia remaja sering terjadi diantaranya anemia defisiensi besi, yaitu berkurangnya kadar hemoglobin dalam darah akibat berkurangnya cadangan besi. Secara global, anemia merupakan masalah gizi dengan prevalensi yang tinggi di negara maju maupun di negara berkembang, hampir 50%-90% kasus anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Menurut WHO, di negara yang sedang berkembang 26% wanita menderita anemia, sementara di negara maju hanya sekitar 5%-7%.

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012), prevalensi penyakit anemia sebanyak 75,9% pada remaja putri. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 50,5%. Data prevalensi anemia remaja puteri di Jawa Barat tahun 2003 sebesar 35%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota XXX tahun 2017, dari 13.000 siswi remaja di Kota XXX sebanyak 910 remaja (7%) diantaranya menderita anemia. Anemia terbanyak diantaranya adalah nemia defisiensi besi.

Anemia defisiensi besi merupakan penyebab utama ketiga dari hilangnya Disability Adjusted Life Years (DALY) diantara remaja puteri di seluruh dunia. Anemia membawa dampak yang kurang baik bagi remaja seperti dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional, memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak, daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, serta mengakibatkan rendahnya produktifitas kerja.

Pemberian tablet tambah darah merupakan pendekatan yang paling banyak dilakukan untuk mengendalikan masalah Anemia defisiensi besi. Menurut data Riskesdas tahun 2018, remaja puteri yang mendapat tablet tambah darah sebanyak 76,2% dan sebanyak 23,8% tidak mendapat tablet tambah darah. Angka kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada remaja puteri sebanyak 98,6% mengonsumsi <52 butir (tidak patuh) dan sebanyak 1,4% mengonsumsi  ≤52 butir (patuh). Prevalensi anemia pada remaja puteri yang tinggi diasumsikan berkaitan erat dengan prevalensi anemia pada ibu hamil. Remaja Puteri yang anemia kemudian hamil, tidak akan memperbaiki status anemianya. Kondisi anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu saat melahirkan dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Program pencegahan anemia defisiensi besi pada kelompok remaja puteri dianggap strategis di dalam upaya mengatasi masalah anemia.

Rekomendasi WHO pada World Health Assembly (WHA) kw-65 yang menyepakati rencana aksi dan target global untuk gizi ibu, bayi, dan anak, dengan komitmen mengurangi separuh (50%) prevalensi anemia pada WUS pada tahun 2025. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut maka pemerintah Indonesia melakukan intensifikasi pencegahan dan penanggulangan Anemia pada remaja putri dan WUS dengan memprioritaskan pemberian tablet tambah darah melalui institusi sekolah.

Rencana Strategis  Kementrian kesehatan RI tahun 2015-2019 menargetkan cakupan pemberian tablet tambah darah pada remaja putri secara bertahap dari 10% (2015) hingga mencapai 30% (2019). Diharapkan sektor terkait di tingkat pusat dan daerah mengadakan tablet tambah darah secara mandiri sehingga intervensi efektif dengan cakupan dapat dicapai hingga 90% (The Lancet Series Maternal and Child Nutrition, 2013)

Berdasarkan studi pendahuluan pada siswi MTS XXX Kota XXX bulan April 2019 dari jumlah total 10 siswi, 80% diantaranya mengatakan sering merasa pusing, lemas dan kesulitan konsentrasi pada saat belajar. Hal itu yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan konsumsi tablet Fe dengan kejadian Anemia pada Siswi di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019”

 

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah pengetahuan konsumsi tablet Fe mempengaruhi kejadian anemia pada siswi di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019?

 

1.3  Tujuan penelitian

1.3.1   Tujuan umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan konsumsi tablet Fe dsengan kejadian anemia pada siswi di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

1.3.2   Tujuan Khusus

1.         Untuk mengetahui Pengetahuan Siswi tentang Konsumsi Tablet Fe Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

2.         Untuk mengetahui Kejadian Anemia Pada Siswi Di MTS XXX Tahun 2019.

3.         Untuk mengetahui sejauh mana hubungan pengetahuan Konsumsi Tablet Fe Rematri dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Di MTS XXX Kota XXX Tahun 2019.

 

1.4  Ruang Lingkup

Guna memfokuskan pembahasan maka penelitian ini dibatasi hanya tentang hubungan pengetahuan konsumsi tablet fe dengan kejadian anemia pada siswi Di MTS XXX Kota XXX, dengan populasi siswi kelas VII dan VIII MTS XXX Kota XXX yang berjumlah 36 orang , kelas IX tidak menjadi sampel dikarenakan sudah tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling.

 

1.5  Manfaat Penelitian

1.5.1        Manfaat Teoritis

1.      Bagi Siswi MTS XXX

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan khususnya pengetahuan mengenai pentingnya konsumsi Tablet Fe dan bahaya kejadian Anemia pada Remaja Putri.

2.      Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan, disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

    1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu kebidanan serta riset penelitian yang telah didapat khususnya dalam pencegahan Anemia pada remaja puteri.

1.5.2        Manfaat Praktis

1.      Bagi MTS XXX

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan  bagi segenap penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan program kesehatan dalam upaya mengurangi kejadian Anemia.

2.      Bagi Profesi Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan jadi bahan masukan dan peningkatan mutu layanan kesehatan ibu dan anak sebagai asuhan dasar anak usia sekolah dan remaja dalam pencegahan Anemia.

3.      Bagi Peneliti Selanjutnya  

Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan referensi, informasi serta bahan pertimbangan dalam penelitian lainnya untuk dapat dilanjutkan penelitian skala observasi.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)