Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pengobatan TB Paru di Puskesmas

 

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pengobatan TB Paru di Puskesmas XXX Kabupaten XXX Tahun 2019

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

       1.1       Latar Belakang

                        Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014). Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. Adapun jumlah temuan Tuberculosis terbesar adalah di India sebanyak 23% Indonesia 10% dan China 10% merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak dari seluruh penderita di dunia (WHO, 2014).

   Sampai saat ini di daerah tropik salah satunya Indonesia frekuensi TB Paru  masih cukup tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Pada tahun 2009 ditemukan insiden TB Paru  sebanyak 9.4 juta kasus dengan angka terendah 8.9 juta dan angka tertinggi 9.9 juta dan sebanyak 137 kasus per 100.000 populasi. Prevalensi kasus TB Paru  14 juta dengan angka terendah 12 juta dan angka tertinggi 16 juta, sebanyak 200 kasus per 100.000 populasi. Dengan angka kematian 1.3 juta per 100.000 populasi.4 Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB Paru tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB Paru semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2014) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB Paru diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.5 Perkembangan kasus tuberculosis  dengan BTA positif di Indonesia semakin meingkat ditemukan prevalensi tuberkulosis 660 kasus dari jumlah populasi 229.965.4

                        Di Indonesia pada tahun 2009 angka penemuan kasus (CDR / Case Detection Rate) penderita tuberkulosis baru sebesar 73,1% dan mengalami peningkatan 2% dibanding tahun 2008. Angka ini telah memenuhi target nasional yaitu sebesar 70%. Sedangkan angka penemuan suspek sebanyak 8.003 orang dan mengalami penurunan bila dibanding dengan tahun 2008. (WHO, 2014)

   Provinsi Jawa Barat menduduki rangking pertama jumlah terbesar penderita TB paru. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat  tahun 2020 menargetkan dapat menanggulangi penyakit TB paru dan menempatkan penyakit tersebut sebagai program unggulan Dinas kesehatan Jawa Barat. Data di Dinas Kesehatan Jawa Barat, tahun 2006 tercatat 52.328 orang penderita TB paru.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten XXX, jumlah penderita penyakit TB paru tahun 2018 mencapai 8.446.

Data Puskesmas XXX tahun 2018 menyebutkan sebanyak 99 menderita penyakit TB paru. Sedangkan pada tahun 2019 periode Januari – Maret sebanyak 26 menderita penyakit TB Paru ( Puskesmas XXX Kabupaten XXX tahun 2019).

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa terjadinya penyebab angka penderita  TB paru, Penyebab utama meningkatnya masalah TB paru antara lain kemiskinan yang belum dapat di atasi oleh pemerintah, kegagalan program TB paru di akibatkan tidak memadainya organisasi pelayanan tuberculosis, perubahan sosiodemografik diakibatkan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan perubahan struktur umur dalam kependudukan, dampak dari meningkatnya pandemic HIV dan yang terakhir tidak terlaksana dengan benar penatalaksanaan kasus TB paru diantaranya diagnosis klinis dan panduan obat yang tidak standar dan juga gagal dalam menyembuhkan kasus TB paru yang di diagnosa positif TB paru.

Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan di temukannya kuman TB Paru (BTA). Kegagalan dalam proses pengobatan TB paru dapat di hindarkan apabila peran serta masyarakat sebagai fokus utama, yang didalamnya terdapat keluarga sebagai kesatuan terkecil dalam masyarakat, yang memiliki peran penting sebagai indikator keberhasilan misi tersebut. Selain peran serta masyarakat juga didukung oleh cara pelayanan kesehatan pada masyarakat atau keluarga itu sendiri. Hal ini sangat membutuhkan kehadiran perawat keluarga untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap masalah-masalah yang ada dan tentunya dilaksanakan dengan melibatkan peran aktif keluarga.

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena masalah yang di alami oleh satu anggota keluarga dapat mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga yang lainnya, berarti dapat mempengaruhi keseluruhan sistem keluarga.

 

       1.2       Perumusan Masalah

            Berdasarkan Latar Belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pengobatan TB Paru di Puskesmas XXX Tahun 2019?

 

     1.3         Tujuan Penelitian

1.3.1         Tujuan Umum

Tujuan umum peneliti ini adalah untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pengobatan TB Paru di Puskesmas XXX Kabupaten XXX Tahun 2019”?.

1.3.2         Tujuan Khusus

1.        Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang pengobatan TB paru dalam kategori baik (76% - 100%)

2.        Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang pengobatan TB paru dalam kategori cukup (56% - 75%)

3.        Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang pengobatan TB paru dalam kategori kurang <56%

 

 

     1.4         Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya pada Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pengobatan TB Paru di Puskesmas XXX Kabupaten XXX tahun 2019. Alasan penelitian ini dilakukan karena masih kurangnya pengetahuan keluarga tentang TB Paru pada pasien TB Paru  yaitu sebanyak 99 kasus. Populasi dalam penelitian ini adalah Penderita TB Paru  di Puskesmas XXX Kabupaten XXX tahun 2019. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April – Mei tahun 2019 di Puskesmas XXX, metode penelitian yang digunakan menggunakan metode Deskriptif  kuantitatif.

 

     1.5         Kegunaan Penelitian

1.5.1        Guna Teoritis

1.        Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bahan referensi atau bacaan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.

2.        Bagi Peneliti

Sebagai bahan tambahan untuk dapat menambah pemahaman serta wawasan hal-hal yang berkaitan dengan Pengetahuan Keluarga tentang Pengobatan TB Paru yang telah diperoleh sebelumnya.

 

1.5.2        Guna Praktis

1.        Responden

Dapat menambah pengetahuan Keluarga tentang Pengobatan pasien TB Paru.

2.        Profesi

Sebagai masukan bagi para tenaga kesehatan tentang gambaran klinis laboratorium dan penanganan pada pasien TB Paru.

3.        Bagi Puskesmas XXX

Peneliti berharap, dengan adanya penelitian ini dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan pada pasien Pengobatan TB Paru .


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)