Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dengan Terjadinya BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas

 

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dengan Terjadinya BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas XXX Kabupaten XXX Tahun 2019

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah) (Purwanty, 2013). BBLR didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang umur kehamilan (Umboh, 2013). Menurut Syafrudin dan Hamidah (2009) yang mengutip dari Depkes RI, bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2.500 gram atau kurang tanpa memerhatikan usia kehamilan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Adapun akibat dari BBLR adalah terjadinya immaturitas sistem neurologi dan ketidakoptimalan fungsi motorik dan autonom pada awal bulan kehidupan bayi. BBLR juga merupakan penyebab utama dari morbiditas (kesakitan) dan disabilitas (kecatatan) serta memberikan dampak jangka panjang yang dapat dialami oleh bayi yang lahir BBLR adalah gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan, gangguan pendengaran, gangguan pernafasan dan kenaikan angka kesakitan (proverawati, 2015)

BBLR dianggap sebagai penyebab utama kematian bayi terutama pada bulan pertama kehidupan. Secara global, 40-60% dari kematian bayi di dunia disebabkan oleh BBLR (Unicef, 2009). Angka kematian pada BBLR 35 kali lebih tinggi dibanding dengan bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).

Menurut WHO pada tahun 2015 di dunia terdapat kejadian BBLR adalah 15,5%, yang berarti sekitar 20,6 juta bayi tersebut lahir setiap tahun , 96,5% diantaranya di negara-negara berkembang. Berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah utama di negara berkembang. India adalah salah satu negara dengan tingkat tertinggi kejadian BBLR. Sekitar 27% bayi yang lahir di India adalah BBLR. Asia Selatan memiliki kejadian tertinggi, dengan 28% bayi dengan BBLR, Sedangkan Asia Timur / Pasifik memiliki tingkat terendah, yaitu 6% (WHO, 2015).

Berdasarkan data Riskesdas Departemen Kesehatan tahun 2013, prevalensi BBLR di Indonesia masih terdapat 10,2% dan pada tahun 2010 yaitu sebesar 11,1%. Hal ini menunjukkan bahwa presentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ini menurun landai akan tetapi masih menjadi kebijakan pemerintah sebagai program evaluasi oleh KEMENKES RI (Riskesdas RI, 2013).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2015, Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisis lanjut SDKI angka BBLR sekitar 7,5 % (SDKI, 2015). Kelahiran bayi dengan BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi dengan persentase BBLR tahun 2014 sebesar 11,1% (Depkes RI, 2015)

Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2018, Angka BBLR di Jawa Barat masih tergolong cukup tinggi yaitu 6,3%, Jawa Barat menduduki peringkat ke 11 dari 34 provinsi di Indonesia provinsi yang mengalami angka tertinggi kejadian BBLR adalah Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 8,9% (Riskesdas, 2018)

Adapun kasus BBLR di Kabupaten XXX pada tahun 2018 terdapat 4227 (9,16%) kasus BBLR dari 46138 (97,8%) jumlah persalinaan yang ada di kabupaten XXX (Dinkes Kab XXX, 2018)

Dari hasil pengambilan data yang dilakukan pada tanggal 26 April tahun 2019 di Puskesmas XXX, pada tahun 2018 terdapat 32 (3,25%) bayi dengan BBLR dari 562 ibu bersalin dan pada Januari-April 2019 dari jumlah keseluruhan  ibu bersalin 140  terdapat kasus BBLR sebanyak 25 (17,8%) bayi.

Menurut Manuaba (2015), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR antara lain faktor ibu, faktor kehamilan, faktor janin, dan faktor yang masih belum diketahui. Faktor ibu yang menyebabkan bayi BBLR diantaranya kurangnya gizi ibu saat hamil, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak kehamilan dan bersalin yang terlalu dekat, penyakit menahun (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah/perokok) dan faktor pekerjaan yang terlalu berat.

Upaya yang terus dilakukan pemerintah dan dunia melalui kesepakatan bersama dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDGs) pada Goals 2 yaitu “Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan”. Indikatornya adalah pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan BBLR, stunting dan wasting pada balita. (MCA-Indonesia; 2017).

Salah satu upaya pemerintah Indonesia yang bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Salah satu tujuannya adalah peningkatan status kesehatan masyarakat dimana salah satu indikatornya adalah menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.(Kemenkes, 2015)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nita Merzalia pada tahun 2012 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya BBLR salah satunya adalah faktor ibu seperti, ekonomi rendah, BB kurang dan kurang gizi, ibu perokok/penggunaan obat terlarang/alkohol, ibu hamil dengan anemia berat, preeklamsi/hipertensi, usia ibu hamil yang terlalu muda (≤20 tahun) atau terlalu tua (≥35 tahun), jarak kehamilan terlalu pendek (≤2 tahun ) dan komplikasi kehamilan ibu beresiko terhadap BBLR.

Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joshi et al (2010), menyatakan bahwa gizi ibu, usia saat melahirkan, jarak kehamilan yang dekat, kurangnya pendapatan keluarga dan antenatal care (ANC) yang tidak adekuat sangat signifikan berhubungan dengan BBLR.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suryati mengenai “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Tahun 2013”, menunjukkan bahwa dari 39 ibu yang mempunyai bayi BBLR dan 39 ibu yang mempunyai bayi berat lahir normal untuk kontrol, didapatkan faktor yang terbukti memiliki hubungan dengan kejadian BBLR diantaranya penambahan berat badan (p=0,000), anemia (p=0,000), KEK (p-0,000) dan jarak kehamilan (p=0,005). (15) Penelitian lain yang dilakukan oleh Misna,dkk Di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, menunjukkan bahwa dari 65 ibu yang mempunyai bayi BBLR dan 65 ibu yang mempunyai bayi berat lahir normal untuk kontrol, didapatkan bahwa salah satu faktor ibu yang berhubungan dengan BBLR adalah usia ibu (Suryati, 2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rochwati (2014), ibu yang berusia 35 tahun beresiko melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 2,671 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan di usia produktif (20 – 35 tahun). (Rahma & Armah, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Manshande et al, yang membandingkan wanita hamil yang melakukan aktifitas fisik berat pada minggu terakhir kehamilan dengan wanita hamil yang tidak melakukan aktivitas fisik (istrahat) pada minggu-minggu terakhir kehamilan menyatakan bahwa semua bayi dilahirkan cukup bulan dan lamanya istrahat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap berat bayi lahir rendah, yakni terdapat peningkatan berat lahir sebesar 334 gram pada bayi perempuan, tetapi tidak terdapat perbedaan berat lahir pada bayi laki-laki (Hastjarja, Dwi. 2013)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Puskesmas XXX pada tanggal 26 April 2019 diambil 10 sampel ibu yang memiliki bayi dengan BBLR 2018 dimana faktor penyebab BBLR nya adalah jarak kehamilan (3 kasus), status gizi pada ibu (3 kasus), dan riwayat penyakit hipertensi pada ibu (4 kasus). 

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dengan terjadinya BBLR di wilayah kerja Puskesmas XXX kabupaten XXX Tahun 2019.

 

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kabupaten XXX pada tahun 2018 terdapat 4227 (9,16%) kasus BBLR dari 46138 (97,8%) jumlah persalinaan yang ada di kabupaten XXX Dan berdasarkan laporan KIA di puskesmas XXX jumlah kasus BBLR  pada tahun 2018 adalah 32 (5,6%) kasus dari 562 ibu bersalin .

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kejadian BBLR masih cukup tinggi. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan terjadinya BBLR  di wilayah kerja  Puskesmas XXX tahun 2019?

 

1.3    Tujuan

1.3.1        Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya BBLR di wilayah kerja Puskesmas XXX Tahun 2019.

1.3.2        Tujuan Khusus

1.      Mengidentifikasi gambaran faktor Jarak kehamilan pada BBLR diwilayah kerja  Puskesmas XXX pada Tahun 2019.

2.      Mengidentifikasi gambaran faktor status gizi ibu pada BBLR diwilayah kerja  Puskesmas XXX pada Tahun 2019.

3.      Mengidentifikasi gambaran faktor riwayat penyakit pada ibu terhadap kjeadian BBLR diwilayah kerja Puskesmas XXX pada tahun 2019

4.      Menjelaskan adanya hubungan faktor jarak kehamilan pada ibu dengan kejadian BBLR

5.      Menjelaskan adanya hubungan faktor gizi pada ibu dengan kejadian BBLR

6.      Menjelaskan adanya hubungan faktor riwayat penyakit pada ibu dengan kejadian BBLR

 

1.4    Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya BBLR yang diambil dari faktor ibu yang meliputi faktor Jarak Kehamilan, faktor Status Gizi pada ibu dan faktor riwayat penyakit ibu di wilayah kerja Puskesmas XXX tahun 2019. Dengan data yang telah ditemukan dari hasil studi pendahuluan dari 10 ibu yang melahirkan dengan BBLR tahun 2018 3 diantaranya penyebabnya adalah jarak kehamilan yang < 2 tahun, 3 menyatakan ibu melahirkan BBLR karena selama hamil mengalami kurang gizi (KEK), dan 4 menyatakan ibu melahirkan BBLR karena selama hamil mengalami hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan variabel independen adalah faktor ibu yang berhubungan dengan BBLR yang meliputi faktor Jarak Kehamilan, faktor gizi Ibu dan faktor riwayat  penyakit pada ibu, sedangkan variabel dependennya adalah kejadian BBLR. Desain penelitian yang digunakan adalah  longitudinal retrospektif yaitu penelitian yang bertolak dari efek (outcome of interest) atau variabel terkait, kemudian dilakukan penelitian kebelakang untuk mencari bukti-bukti pemaparan atau faktor resiko yang berhubungan dengan efek tersebut atau variabel bebasnya. Penelitian ini melihat ke belakang (back looking). Pendekatan ini digunakan untuk penelitian epidemiologi yaitu case control (kasus kontrol). (Sulistyaningsih 2011). Instrumen penelitian ini berupa data skunder dan lembar ceklist, penelitian dilakukan pada bulan Mei 2019. Populasi penelitian yaitu semua ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas XXX pada periode bulan Januari – Maret tahun 2019 berjumlah 140 ibu bersalin dengan sampel penelitian berjumlah 21 sampel dengan menggunakan teknik random sampling (Sulystianingsih, 2011)

 

1.5    Kegunaan Penelitian

1.5.1        Guna Teoritis

1.      Institusi Pendidikan

Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik dan sebagai bahan acuan untuk  penulisan selanjutnya yang berkaitan dengan BBLR dan dapat memperbaiki mutu pembelajaran dalam institusi pendidikan.

2.      Peneliti

Memperluas kajian ilmu kebidanan untuk dijadikan bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu kebidanan dalam mencegah terjadinya BBLR.

 

1.5.2        Guna Praktis

1.      Bagi responden

Diharapkan ibu dapat mengetahui tentang faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR.

2.      Puskesmas XXX

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam rangka pengembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam asuhan pada bayi.

3.      Profesi

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam hal ini bidan untuk dapat lebih memotivasi semua ibu hamil agar dapat mencegah terjadinya BBLR

 


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)