Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Masa Nifas

 

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Masa  Nifas di BPS XXX tahun 2019

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 42 hari. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Ibu masih perlu mendapat perhatian karena ibu nifas masih beresiko mengalami perdarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan kematian Ibu. pada ibu nifas sering terjadi masalah yang membahyakan masa nifas seperti : perdarahan post partum, lochea yang berbau busuk, subinvolusi uterus,nyeri pada perut dan pelvis, pusing yang berlebihan, suhu tubuh ibu >38C, mastitis, baby blouse dan depresi postpartum. ( Prawirohardjo, 2016).

Untuk itu diperlukan peran dari tenaga kesehatn dengan memberikan konseling selama kehamilan, setelah persalinan dan melakukan kunjungan rumah yaitu KF 2 dan KF 3 sesuai standar pelayanan, penyebab tidak diketahuinya masalah bahaya masa nifas yaitu kurangnya pengetahuan ibu nifas. Dimana factor yang mepengaruhi ibu nifas yaitu ( pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan,social ekonomi,social budaya, paritas) dan juga konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan setelah persalinan ( Notoatmodjo, 2010).

Konseling mengenai tanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, karena masih banyak ibu atau wanita hamil atau pada masa nifas belum mengetahui tentang tand-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen atau autogen  (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen ( dari jalan lahir) (mochtar 2008).

Menurut World Health Organization ( WHO ) tahun 2010, 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Di negara-negara miskin dan berkembang, kematian maternal merupakan msalah besar, namun sejumlah kematian yang cukup besar tidak diketahui penyebabnya. Di negara-negara maju kematian berkisar antara 5-10 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), sedangkan dinegara-negara yang sedang berkembang berkisar antara 750-1000/100.000 (KH). Tingkat kematian maternal di indonesia diperkirakan sekitar  450 per 100.000 kelahiran hidup, (WHO 2010). Angka kematian ibu (AKI) menurut (WHO) disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah perdarahan (42,2%), hipertensi (12,9%), infeksi (9,6%), partus lama (6,5%), komplikasi keguguran,(11%), lain-lain (14,8%). Sedangkan tingginya angka kematian bayi (AKB) disebabkan karena beberapa faktor diantaranya asfiksia, infeksi, berat badan lahir rendah (BBLR) (WHO 2008).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359/100.000 kelahiran hidup (KH). Angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390/100.000 KH. Target global SDGs (Suitainable Development Goals) adalah menurunkan AKI menjadi 70/100.000 KH. Mengacu dari kondisi saat ini potensi untuk mencapai target SDGs untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya. (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Di Indonesia AKI masih terbilang tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara beekembang di Asia Tenggara lainnya yaitu sebesar 359 kematian maternal per 100.000 KH. untuk periode 2008-2012 (BPS,2013) data dari The World Bank (2015), menunjukkan AKI pada tahun 2012 sebesar 148/100.000 KH, ditahun 2013 menjadi 140/100.000 KH, kemudian tahun 2014 menurun menjadi 133/100.000 KH, tahun 2015 turun menjadi 126/100.000 KH, hal ini masih tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan negara lainnya ( The World Bank,2015).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2017 menunjukkan bahwa AKI berjumlah 748/100.000 kelahiran hidup. ( Dinas Kesahatan Jawa Barat, 2017)

Dinas Kesehatan mencatat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sepanjang tahun 2018  terdapat 7 kasus dan AKB terdapat 35 kasus dari jumlah kelahiran 5997/100.000 Kelahiran Hidup (KH), Penyebabnya yaitu PEB 1, Jantung 3, lain-lain 3.dan penyebab AKB yaitu, BBLR 6, Asfiksia 9, Kealinan Kongenital 6, Pneumonia 1, dan Lain-lain 6. ( Laporan Tahunan Dinkes, 2018)

Hasil pencatatan dan pelaporan BPS XXX, periode Januari-Maret 2019 jumlah seluruh ibu nifas adalah 30 orang  dan tidak terdapat AKI dan AKB. (Laporan Bulanan BPS XXX tahun 2019).

Upaya  pemerintah dalam mendukung program MPS ( making pregnancy safer) yaitu dengan dikeluarkan SK Menkes No. 284/MENKES/SK/III/2004  tentang  Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA). AKI di Indonesia secara tidak langsung disebabkan oleh kondisi “4 terlalu” dan situasi “3 terlambat” yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk dan terlambat mendapat pertolongan. Keterlambatan yang pertama yaitu terlambat mengambil keputusan disebabkan karena Ibu dan keluarga tidak mengenali tanda bahaya yang terjadi khususnya pada masa nifas. (Wijono D,2008)

Penelitian oleh Irawati Naser ( 2016) di dapatkan hasil penelitian menunjukkan sebagian responden berumur 20-30 tahun sebanyak 46 orang (83,6%) pendidikan sebanyak 42 orang (76,4%), paritas sebagian dengan jumlah anak 2-4 sebanyak 33 (60%). Kemudian menurut penelitian Suriani Labaili menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang tanda bahaya berdasarkan usia 20-30 tahun yaitu 29 (46,77%), berdasarkan kategori pendidikan (SMA) yaitu 23 (37,09%).Kemudian menurut penelitian Desi Larasati tingkat pengetahuan kategori baik 10 (30,3%), kategori cukup 15 (45,5%), kategori kurang 8 (24,2%), faktor penghambat dan faktor  pendorong yaitu umur 20-30 tahun sebanyak 30 (90,9%), dan pendidikan (SMA) sebanyak 21 (63,6%).

Gambaran studi pendahuluan yang dilakukan di BPS XXX pada tanggal 19 april 2019, diperoleh data jumlah seluruh ibu nifas pada Januari-Maret tahun 2019 sebanyak 30 orang, diambil 10 sampel ibu nifas, dimana 7 dari 10 orang ibu nifas tidak mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas di BPS XXX tahun 2019.

 

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang didapat dari BPS XXX terdapat 30 ibu nifas pada bulan Januari-Maret dan hasil dari studi pendahuluan 7 dari 10 ibu nifas  tidak mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu nifas di BPS XXX tahun 2019?

 

1.3    Tujuan

1.3.1   Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Masa  Nifas di BPS XXX tahun 2019.

 

1.3.2   Tujuan Khusus

1.      Diketahui faktor Usia Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya  Nifas di BPS XXX periode Januari-Maret 2019

2.      Diketahui faktor pendidikan ibu nifas tentang tanda bahaya  nifas di BPS XXX periode Januari-Maret 2019

3.      Diketahui faktor paritas ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di  BPS XXX periode Januari-Maret 2019

4.      Diketahui  hubungan faktor usia ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS XXX periode Januari-Maret 2019

5.      Diketahui hubungan faktor pendidikan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS XXX periode Januari-Maret 2019

6.      Diketahui hubungan faktor paritas  ibu nifas tentang tanda bahaya nifas di BPS XXX periode Januari-Maret 2019

 

1.4    Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Masa Nifas di BPM XXX. Dengan data yang telah ditemukan dari hasil studi pendahuluan dari 10 ibu nifas 3 orang mengerti tentang tanda bahaya dan 7 orang lainnya tidak mengetahui tanda bahaya nifas. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan variabel independen adalah factor pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya nifas meliputi factor usia, pendidikan, dan paritas. Sedangkan variabel dependennya adalah tanda bahaya nifas. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional  yaitu penelitian yang mempelajari korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point time approach ) artinya tiap subjek hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Instrumen penelitian ini berupa data primer dan lembar ceklist. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei 2019. Populasi penelitian ini yaitu ibu nifas di BPS XXX periode Januari-Maret 2019 dengan jumlah populasi sebanyak 30 dengan menggunakan teknik total sampling.

 

1.5    Kegunaan Penelitian

1.5.1   Kegunaan Teoritis

1.      Untuk Institusi Pendidikan

a.       Dapat menambah informasi dan wawasan bagi mahasiswa kebidanan mengenai pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas.

b.      Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

2.      Untuk Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menerapkan antara ilmu dan teori yang di peroleh di bangku kuliah. Serta dapat memberikan kontribusi berupa pengembangan informasi dan ilmu pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas.

1.5.2   Kegunaan Praktis

1.      Untuk Responden

Diharapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan ibu mengenai tanda bahaya masa nifas.

2.      Instansi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk para petugas kesehatan yang berada di di BPS XXX agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal memberikan konseling pada ibu nifas.

3.      Profesi

Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan peran tenaga kesehatan untuk memotivasi dan memberikan konseling lebih mendalam dan tepat sasaran.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)