Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Makalah Penatalaksanaan Gawat Janin

 

GAWAT JANIN

 

A.    Pengertian

Gawat janin adalah bradikardi janin persisten yang apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan dekompresi respon fisiologis dan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain serta kematian. 

Gawat janin adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup. Gawat Janin dapat diketahui dari tanda-tanda sbb :

-          Frekuensi bunyi janin janin < 120 x/menit atau > 160 x/menit

-          Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak > 10 kali per hari)

-          Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (jika bayi lahir dengan letak kepala

Kegawatan yang kronik dapat timbul setelah suatu periode waktu yang panjang selama periode antenatal bila status fisiologis dari unit ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu. Hal ini dapat dipantau melalui evaluasi dari pertumbuhan  janin intar uteri, keadaan biofisikal janin, cordosintesis, dan velosimetri Doppler. (springer) Gawat janin akut disebabkan oleh suatu kejadian yang tiba-tiba yang mempengaruhi oksigenasi janin. Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janin. Tanpa oksigen yang adekuat, denyut jantung  janin kehilangan variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi (perlambatan) lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun.

Sebagian besar diagnosis gawat janin didasarkan pada pola frekuensi denyut jantung. Penilaian janin ini adalah penilaian klinis yang sarna sekali subyektif dan pastilah memiliki kelemahan dan harus diakui demikian. Salah satu penjelasannya adalah bahwa pola-pola ini lebih merupakan cerminan fisiologi daripada patologi janin.

Pengendalian frekuensi denyut jantung secara fisiologis terdiri atas beragam mekanisme yang saling berkaitan dan bergantung pada aliran darah serta oksigenasi. Selain itu, aktivitas mekanisme-mekanisme pengendali ini dipengaruhi keadaan oksigenasi janin sebelumnya, seperti tampak pada insufisiensi plasenta kronik, sebagai contoh. Yang juga penting, jika janin menekan tali pusat, tempat aliran darah terus menerus mengalami gangguan. Selain itu, persalinan normal adalah proses yang menyebabkan janin mengalami asidemia yang semakin meningkat (Rogers dkk., 1998). Dengan demikian, persalinan normal adalah suatu proses saat  janin mengalami serangan hipoksia berulang yang menyebabkan  asidemia  yang  tidak terelakkan. Dengan kata lain, dan dengan beranggapan bahwa “asfiksia” dapat didefinisikan sebagai hipoksia yang menyebabkan asidemia, persalinan  normal  adalah suatu proses yang menyebabkan janin mengalami asfiksia. 2

 

B.     Etiologi

Terdapat beberapa etiologi (penyebab) dari gawat janin.

1.      Etiologi fetal distress- Ibu

a.       penurunan kemampuan membawa oksigen ibu

b.      Anemia yang signifikan

c.       penurunan aliran darah uterin

d.      posisi supine atau hipotensi lain, preeklampsia

e.       kondisi ibu yang kronis

f.       hipertensi

2.      Etiologi – Faktor Uteroplasental

a.       Kontraksi uterus seperti hiperstimulas dan solusio plasenta

b.      disfungsi uteroplasental

1)      infark plasental

2)      korioamnionitis

3)      disfungsi plasental ditandai oleh IUGR, oligohidramnion

3.      Etiologi – Faktor Janin

a.       kompresi tali pusat

1)      oligohidramnion

2)      prolaps tali pusat

3)      puntiran tali pusat

b.      Penurunan kemampuan janin membawa oksigen

1)      anemia berat, misal : isoimunisasi, perdarahan feto-maternal

4.      Kesejahteraan Janin dalam Persalinan

Asfiksia intrapartum dan komplikasi:

a.       Skor Apgar 0-3 selama >/= 5 menit

b.      sekuele neurologis neonatal

c.       disfungsi multiorgan neonatal

d.      pH arteri tali pusat 7,0

e.       defisit basa arteri tali pusat >/= 16 mmol/L

 

C.    Patofisiologi

Dahulu diperkirakan bahwa janin mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena ia hidup di lingkkungan hipoksia dan sidosis yang kronik. Terapi pemikiran itu tidak benar karena bila tidak ada tekanan (stress), janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan dalam kenyataannya konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa. Meskipun tekanan oksigen parsial (pO2) rendah, penyaluran oksigen pada jaringan tetap memadai.

Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar dari pada orang dewasa. Dengan demikian penyuluhan oksigen melalui plasenta kepada janin dan jaringan periferdapat terselenggara dnegan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, CO2 dan air di sekresi melalui plasenta. Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari ruang intervili yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO 2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi enersi melalui reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik yang menambahkan asidosis metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau arus darah tali pusat. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung)akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer. Badikardia  mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia. Yang akan dibahas disini adalah diagnosis gawat janin dalam persalinan yang dapat diketahui dengan teknik pengawasan atau pemantauan elektronik jantung janin dan teknik pemeriksaan darah janin (PDJ)

 

D.    Tanda – tanda dan Gejala

Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/ ’kick count’ . Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi  sampai hari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutamadiminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yangmengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak tercapai jumlahminimal sebanyak 10 gerakan maka ibu akan diminta untuk segera datang ke RS atau  pusat  kesehatan  terdekat  untuk  dilakukan  pemeriksaan lebih lanjut.

Tanda-tanda gawat janin:

1.      Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala

2.      Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janinUntuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan pemantauan menggunakan kardiotokografi

3.      Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin

 

 

E.     Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :

1.      Asfiksia

2.      Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik. komplikasi Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion) atau prolapsus talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai oligohidramnion yang lama menyebabkan terjadinya deformitas janin a.l : Hipoplasia pulmonal Potter µs fascia Deformitas ekstrimitas.

 

F.     Pemeriksaan Penunjang

1.      USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.

2.      Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.

3.      Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.

4.      Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.

5.      Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.

6.      Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.

7.      Pemeriksaan sitologi vagina.

Pemantauan Denyut Jantung Janin Kebanyakan dari diagnosis gawat janin yang dilakukan didasarkan atas pola denyut jantung janin, tetapi diagnosa berdasarkan pola denyut jantung janin ini masih menjadi kontroversi, karena hal itu lebihmerefleksikan suatu keadaan fisiologi dari janin daripada suatu keadaan patologis. National Institute  of  Child  Health  and  Human Development fetalmonitoring workshop (1997) telah memberikan suatu Konsensust entang pola denyut jantung janin.

1.      Normal apabila denyut jantung janin berkisar antara 110-160 x.menitdengan variasi 6-25 x/menit, dimana didapatkan suatu kondisi akselerasi tanpa deselarasi.

2.      Intermediet

3.      Abnormal, apabila ada tanda-tanda perlambatan atau deselerasi dengan kemampuan nol atau bradikardi substansial dengankemampuan nol

Sementara dalam buku acuan nasional pelayanan kesehatanmaternal dan neonatal memberikan penilaian terhadap denyut jantung janin sebagai berikut:

1.      Denyut jantung janin normal dapat melambat sewaktu his, dan segerakembali normal setelah relaksasi.

2.      Denyut jantung lambat yaitu kurang dari 100 kali per menit saat tidak ada his, menunjukan adanya gawat janin.

3.      Denyut jantung cepat yaitu lebih dari 180 kali per menit yang disertaitakikardi ibu bias karena ibu demam, efek obat, hipertensi atauamnionitis. Jika denyut jantung ibu normal, denyut jantung janincepat sebaiknya dianggap sebagai tanda gawat janin.

Pemeriksaan PH darah janin telah dibuktikan mempunyai hubungan erat dengan tingkat asidosis janin. Indikasi pemeriksaan darah janin adalah :

1.      Deselerasi lambat berulang

2.      Deselerasi variable memanjang

3.      Mekonium pada presentasi kepala

4.      Hipertensi pada ibu

5.      Osilasi dengan variabilitas yang menyempit.

Sejak pertama pertama kali diperkenalkan oleh Saling pada tahun1967 pengambilan sampel darah telah menjadi keputusan akhir dalam mendiagnosa adanya gawat janin. Darah diambil dari bagian terbawah janin seperti kepala atau bokong selama proses  persalinan.   Darah   diambil   melalui   insisi   dengan   kedalaman 2mm.

Pengambilan darah janin harusdilakukan di luar his dan sebaiknya ibu dalam posisi tidur miring daerah diambil sebanyak 0,25  ml  kemudian  dilakukan pemeriksaan pH,Pco2,Po2. nilai pH sendiri tidak akan memperlihatkan perbedaan antara respirasi dan asidosis metabolik. Penatalaksanaan dari penyebab asidosis secara teoritis berbeda,dimana pada keadaan asidosis metabolik membutuhkan terminasi segera,  sementara  keadaan  asidosis  respiratotrik dapat  merespon resusitasi standar. Jika deselerasi tidak memberikanrespon yang cepat pada gawat janin, maka segera dilakukan pemeriksaan sampel darah janin.

Sementara Winkyosastro menetapkan Interprestasi pada hasil pemeriksaan darah janin adalah sebagai berikut.

1.      pH 7,25 normal

2.      pH 7,25-7,10 tersangka asidodis dan dilakukan pemeriksaan ulang10 menit kemudian

3.      pH < 7,10 Asidosis dan janin harus dilahirkan segera

Pemeriksaan darah janin dan pemantauan denyut  jantung  janin  salingmenunjang  dan  telah  dibuktikan mempunyai korelasi yang erat.Pemeriksaan darah janin terutama berguna untuk menera atau memastikankeadaan janin bila terdapat gambaran  denyut  jantung  janin yang abnormal.Meskipun demikian perlu diingat bahwa hasil pemeriksaan darah janin itu sesaat dan mungkin perlu diulangi.

Zallar dan Quiland merekomendasikan suatu protokol yaitu : jika pH besar dari 7,25 maka persalinan di observasi. Jika pH antaraa 7,20 – 7,25 Pengukuran pH harusdiulangi dalam 30 menit, Jika pH kurang dari 7,20 maka sampel darah kulit kepala yang lain harus segera diambil dan ibu harus diterminasi segera. Sirkulasi janin mungkin berubah dengan penyaluran darah yang lebih baik ke organ vital yaitu otak dan jantung dalam keadaan asidosis.Pada umumnya hipoksia dan asidosis atau infeksi intrapartum dapatmenyebabkan takikardi dari fetus Adanya mekonium pada cairan amnionlebih sering terlihat saat gawat janin mencapai maturitas dan bukanmerupakan tanda-tanda gawat janin. Sedikit mekonium tanpa disertaidengan kelainan denyut jantung janin merupakan suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut. Mekonium kental merupakan tanda pengeluaranmekonium pada cairan amnion yang berkurang dan merupakan indikasi perlunya persalinan yang cepat dan penanganan  mekonium pada salurannafas atas neonatus untuk mencegah  aspirasi  mekonium,  sementara pada presentasi bokong mekonium dikeluarkan pada saat persalinan akibatkompresi abdomen janin pada persalinan. Hal ini bukan merupakankegawatan kecuali jika terjadi pada awal persalinan

 

G.    Penatalaksanaan

Penanganan umum:

1.      Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari obu ke janin lebih lancer.

2.      Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.

3.      Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.

Diagnosis saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis yang lebih pasti jika disertai oleh air ketuban hijau dan kental atau sedikit. Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi mekonium pada cairan amnion, lakukan  hal  se¬bagai  berikut:  Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:

1.      Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap,pikirkan kemungkinan solusio plasenta.

2.      Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam) berikan antibiotika untuk.

3.      Jika tali pusat terletak di bawah bagian bawah janin atau dalam vagina, lakukan penanganan prolaps tali pusat Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion), rencanakan persalinan:

4.      Jika serviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin pada stasion 0, lakukan persalinan dengan ekstraksi vakum atau forseps.

5.      Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin berada di atas stasion 0, lakukan persalinan dengan seksio sesarea


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)