Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH MALNUTRISI PADA BAYI DAN ANAK

 

MALNUTRISI

 

A.    Definisi Malnutrisi

Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak dalam ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan. (Akhmad Djaeni, 2004).

Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif  atau absolute untuk periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002)

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007).

 

B.     Etiologi

  1. Penyebab langsung

a.       Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.

b.       Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.

  1. Penyebab tidak langsung:

a.       Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan.

b.      Kualitas perawatan ibu dan anak.

c.       Buruknya pelayanan kesehatan.

d.      Sanitasi lingkungan yang kurang.

 

C.    Klasifikasi

  1. Zat yang dibutuhkan oleh tubuh

a.       Berdasarkan fungsi

Setiap zat gizi memiliki fungsi yang spesifik. Masing-masing zat gizi tidak dapat berdiri sendiri dalam membangun tubuh dan menjalankan proses metabolisme. Namun zat gizi tersebut memiliki berbagai fungsi yang berbeda.

1)      Zat yang bersumber energy

Sebagai sumber energi zat gizi bermanfaat untuk menggerakkan tubuh dan proses metabolisme di dalam tubuh. Zat gizi yang tergolong kepada zat yang berfungsi memberikan energi adalah karbohidrat , lemak dan protein. Bahan pangan yang berfungsi sebagai sumber energi antara lain : nasi, jagung, talas merupakan sumber karbohidrat; margarine dan mentega merupakan sumber lemak; ikan, daging, telur dan sebagainya merupakan sumber protein. Ketiga zat gizi ini memberikan sumbangan energi bagi tubuh. Zat-zat gizi tersebut merupakan penghasil energi yang dapat dimanfaatkan untuk gerak dan aktifitas fisik serta aktifitas metabolisme di dalam tubuh. Namun penyumbang energi terbesar dari ketiga unsur zat gizi tersebut adalah lemak.

2)      Zat gizi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan Tubuh

Zat gizi ini memiliki fungsi sebgai pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh manusia. Jika kekurangan mengkonsumsi zat gizi ini maka pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu zat gizi ini juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein, lemak, mineral dan vitamin. Namun zat gizi yang memiliki sumber dominan dalam proses pertumbuhan adalah protein

3)         Zat gizi sebagai pengatur/ regulasi proses di dalam tubuh

            Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi keseimbangan. Untuk itu diperlukan sejumlah zat gizi untuk mengatur berlangsungnya metabolisme di dalam tubuh. Tubuh perlu keseimbangan, untuk itu proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh perlu di atur dengan baik. Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur proses metabolisme di dalam tubuh adalah mineral, vitamin air dan protein. Namun yang memiliki fungsi utama sebagia zat pengatur adalah mineral dan vitamin.

b.      Berdasarkan jumlah

Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh zat gizi terbagai atas dua, yaitu:

1) Zat gizi makro

Zat gizi Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan protein.

2) Zat gizi mikro

Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin.

3) Berdasarkan Sumber

Berdasarkan sumbernya zat gizi terbagi dua, yaitu nabati dan hewani

 

  1. Malnutrisi mikronutrien, yang terpenting adalah kekurangan vitamin A, kekurangan yodium dan kekurangan zat besi.

Malnutrisi mikronutrien adalah asupan nutrien seperti vitamin A, zat besi dan yodium yang tidak cukup. Keadaan ini secara fisik sering tidak terdeteksi tetapi mempengaruhi kesehatan lebih dari 2 milyar orang di seluruh dunia. Anak-anak serta wanita adalah golongan yang paling rentan.

Penyebab malnutrisi mikronutrien adalah:

a.       Defisiensi vitamin A, Penyebab kekurangan vitamin A terutama pada balita adalah konsumsi makan-makanan yang kurang mengandung cukup vitamin A. Sumber makanan yang kaya Vitamin A seperti daun singkong, tomat, daun pepaya, bayam, kangkung, daun katuk, pepaya, wortel, telur, ikan, hati.

b.      Defisiensi besi, Akibat paling sering dari defisiensi besi adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi (kurang darah karena kekurangan zat besi) sangat banyak dijumpai pada wanita terutama yang tinggal di pedesaan, anak-anak, wanita pekerja pabrik.

c.       Defisiensi yodium, Keadaan ini sering disebut juga: Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Penyebab GAKY adalah makanan dan air yang setiap hari digunakan tidak atau kurang mengandung zat yodium. Kebiasaan keluarga yang tidak menggunakan garam beryodium dalam makanannya sehari-hari, khususnya keluarga yang tinggal di daerah gondok endemik.

  1. Kekurangan gizi

Gizi buruk atau kekurangan kalori protein (KKP). Ada 3 macam KKP :

a.       Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.

Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori dari pada protein. Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:

a)      Masukan makanan yang kurang. Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

b)      Infeksi Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enternal misalnya infantile gastroenteritis, bronchopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.

c)      Kelainan struktur bawaan Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pylorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

d)     Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.

e)      Pemberian ASI. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.

f)       Ganguan metabolic. Misalnya: renal asidosis, idiophatic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.

b.      Kwashiorkor merupakan suatu bentuk gangguan gizi dengan penyebab utama penyakit ini adalah akibat defisiensi protein (catzel & Roberts, 1992; sacharian, 1996; staf pengajar ilmu kesehatan anak, 2007).

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Dibedakan dengan Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah.

Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori.

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:

1.      Pola makan

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI


 

2.      Faktor sosial

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-menurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor

3.      Faktor ekonomi

Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya

c.       Marasmus-kwashiorkor, menurut Depkes RI (1999) etiologi dan tanda-tanda marasmus-kwashiorkor merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.

Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO:

Klasifikasi

IMT (kg/ m2)

Malnutrisi berat

<16,0

Malnutrisi sedang

16,0 – 16,7

Berat badan kurang/ malnutrisi ringan

17,0 – 18,5

Berat badan normal

18,5 – 22,9

Berat badan kurang

≥ 23

Dengan resiko

23 – 24,9

Obes I

25 – 29,9

Obes II

≥ 30

           

D.    Manifestasi Klinis Malnutrisi

  1. Marasmus

a.       Emasiasi (kurus),

b.      Tinggi dan berat badannya kerdil

c.       Tidak ada lemak subkutis, sehingga kulit (khususnya sisi dalam paha) tergantung berlipat-lipat.

d.      Tampak seperti orang tua (kakek sia)

e.       Lethargic

f.       Kulit berkeriput

g.      Ubun-ubun cekung pada bayi

h.      Turgor kulit jelek

i.        Malaise

j.        Apatis

k.      Kelaparan

l.        Golombang peristaltik mudah terlihat melalui dinding abdomen yang tipis. (Sachrin, 1996), (Suriadi, 2001), dan (Sodikin, 2011).

  1. Kwashiorkor

Gejala yang paling penting adalah pertumbuhan terganggu. Berat dan tinggi badan kurang bila dibandingkan dengan anak sehat. menegaskan bahwa tinggi badan dapat normal dapat juga tidak, karna hal ini bergantung pada lamanya penyakit yang tengah berlangsung di samping riwayat gizi di masa lalu. (Arisaman, 2007)

Rambut kering rapuh, tidak mengkilat, dan mudah dicabut denga tidak menimbulkan rasa sakit. Rambut yang sebelumnya berombak berubah menjadi lurus, sementara pigmen rambut berganti warna menjadi coklat, merah, atau bahkan putih kekuningan. (sodikin, 2011).

Muka sembab, lethargic, edema, jaringan otot mengecil, jaringan subkutan, tipis dan lembut, kulit kering dan bersisik, alopecia, anorexia, tampak anemia.

 

E.     Patofisiologi

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu: tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.

 

F.     Faktor Risiko

Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi nutrisi secara umum adalah:

1.      Perkembangan

Orang dalam periode pertumbuhan yang cepat yaitu, pada masa bayi dan masa remaja memiliki peningkatan kebutuhan nutrisi

2.      Jenis kelamin

Kebutuhan nutrien pria dan wanita berbeda karena komposisi tubuh dan fungsi reproduktifnya. Massa otot pria yang lebih besar mengindikasikan semakin besar kebutuhan kalori dan proteinnya. Karena menstruasi, wanita lebih banyak memerlukan zat besi daripada pria.

 

3.      Etnis dan budaya

Etnis sering kali menentukan preferensi makanan. Makanan tradisional (mis, nasi untuk orang Asia, pasta untuk orang Italia). Preferensi makanan mungkin berbeda di antara individu dengan latar belakang budaya yang sama, begitu pula secara umum antara individu dengan latar belakang budaya berbeda.

4.       Gaya hidup

Gaya hidup tertentu dihubungkan dengan perikalu yang terkait dengan makanan. Orang yang selalu berada dalam kesibukan mungkin membeli bahan makanan yang mudah disiapkan/diolah atau makanan restoran. Perbedaan individual juga mempengaruhi pola gaya hidup (mis, keterampilan memasak, perhatian tentang kesehatan).

5.      Obat dan terapi

Efek obat-obatan terhadap nutrisi sangat bervariasi. Efeknya dapat mengganggu selera makan, mengganggu persepsi rasa, atau mengganggu absorbsi atau ekskresi nutrient

6.      Kesehatan

Status kesehatan individual sangat mempengaruhi kebiasaan makan dan status nutrisi. Misalnya masalah pada gigi, kesulitan menelan (disfagia), proses penyakit dan pembedahan saluran GI dapat mempengaruhi pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan ekskresi nutrien esensial

7.      Penyalahgunaan olkohol

Penyalahgunaan alkohol yang berlebihan berperan dalam defisiensi nutrisi dalam banyak cara. Alkohol dapat menggantika makanan dalam diet seseorang, dan alkohol dapat juga menekan selera makan

8.      Faktor psikologis

Walaupun beberpaa orang makan secara berlebihan jika mereka mengalami stress, depresi, atau kesepian, ornag yang lain makan sangat sedikit dalam kondisi yang sama. Anoreksia dan penurunan BB dapat mengindikasikan terjadinya stress atau depresi berat.

 

G.    Pencegahan

1)             Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2)             Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

3)             Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4)             Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

5)             Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

 

H.    Pemeriksaan Diagnostik

·           Pemeriksaan fisik

·           Pemeriksaan laboratoriu, albumin, creatinine, dan nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

 

I.       Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.

Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap:

1.      Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamat-kan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena.

a.       Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%.

b.      Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari.

c.       Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.

d.      Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

2.  Tahap kedua yaitu penyesuaian.

Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian makanan. Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan. Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.

Secara singkat penatalaksanaan terapeutik untuk anak dengan malnutrisi adalah:

1.        Diet tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin

2.        Pemberian terapi elektrolit

3.        Penanganan diare bila ada cairan, antidiare, dan antibiotic.

 

J.      Komplikasi

·           Marasmus: infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi kronis, gangguan tumbuh kembang.

·           Kwashiorkor: diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang, hipokalemia dan hipernatremia.

 

 


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)