Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH KEJANG PADA BAYI

 

KEJANG PADA BAYI

 Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik.

A.    Definisi

Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebabnya diketahui, penyakit ini harus segera diobati. Kejang nenonatus tidak sama dengan kejang pada anak atau orang dewasa karena konvulsi klonik cenderung tidak terjadi selama umur bulan pertama. Proses penyembuhan akson dan tonjolan dendrit juga mielinisasi tidak sempurna pada otak neonatus.

 

B.     Etiologi

  1. Komplikasi perinatal

-          Hipoksi-iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran.

-          Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan presentasi bokong, ekstraksi cunam atau ekstraksi vakum berat.

-          Perdarahan intrakranial.

  1. Kelainan metabolisme

-          Hipoglikemia

-          Hipokalsemia

-          Hipomagnesemia

-          Hiponatremia

-          Hipernatremia

-          Hiperbilirubinemia

-          Ketergantungan pridoksin

-          Kelainan metabolisme asam amino

 

  1. Infeksi

Dapat disebabkan bakteri dan virus termasuk TORCH

  1. Ketergantungan obat
  2. Polisitemia
  3. Penyebab yang tidka diketahui (3-25%)

 

C.    Gejala

Seperti yang disinggung sebelumnya, kejang pada bayi berbeda dengan kejang yang dialami anak-anak yang lebih besar. Sebagian besar kejang pada bayi adalah kejang parsial, yaitu kejang pada bagian tubuh tertentu saja.

Hal ini disebabkan karena otak bayi yang masih berkembang sehingga tidak dapat memberi respons terkoordinasi seperti kejang umum pada anak yang lebih besar. 

Kejang pada bayi baru lahir (kurang dari 1 bulan) dapat berupa gerakan-gerakan kecil yang seringkali tidak disadari oleh orang tua, misalnya:

1.      Perubahan pola napas

2.      Gerakan/kedutan pada kelopak mata atau bibir, atau mata tampak berkedip-kedip

3.      Kaki bergerak seperti mengayuh sepeda

4.      Lengan, tungkai, atau tubuh tersentak atau menjadi kaku

5.      Bayi mungkin menjadi kurang responsif dan sulit untuk menarik perhatian bayi

Sedangkan, bayi yang lebih besar dapat menunjukkan gejala kejang berupa:

1.      Spasme infantil: badan, lengan, dan tungkai bayi menjadi kaku, atau kedua lengannya telentang keluar

2.      Kepala bayi mengangguk-angguk

3.      Kedua tungkai tersentak ke arah perut dengan posisi lutut tertekuk

4.      Seluruh badan kaku dan mata berkedip-kedip

5.      Bayi mungkin berhenti beraktivitas dan memiliki tatapan kosong atau melihat ke salah satu sisi saja. Kondisi ini dapat disertai dengan sentakan anggota tubuh dan kejang seluruh tubuh.

Kejang pada bayi memang tampak seperti gerakan bayi pada umumnya. Namun, ada beberapa petunjuk yang bisa digunakan untuk mengenali kejang pada bayi yang dialami:

1.      Episode gerakan yang berulang dan identik setiap kali terjadi

2.      Episode serangan kejang tidak dipicu oleh perubahan postur tubuh atau perubahan aktivitas (misalnya sentakan tubuh bukan disebabkan oleh kaget akibat suara yang keras).

3.      Gerakan bayi tidak bisa dihentikan dengan sentuhan. Atau jika tungkai menjadi lurus dan kaku, tungkai bayi tidak dapat dibengkokkan lagi semudah biasanya.

 

D.    Klasifikasi Kejang

a.       Subtle

Merupakan tipe kejang tersering yang terjadi pada bayi kurang bulan. Bentuk kejang ini hamper tidak terlihat, biasanya berupa pergerakkan muka, mulut, atau lidah berupa menyeringai, terkejat-kejat, mengisap, menguyang, menelan, atau menguap. Manifestasi kejang subtle pada mata adalah pergerakkan bola mata berkedip-kedip, deviasi bola mata horizontal dan pergerakkan bola mata yang cepat (nystagmus jerk). Pada anggota gerak didapatkan pergerakkan mengayuh atau seperti berenang. Manifestasi pada pernapasan biasanya berupa apnea.

b.      Klonik

Bentuk klinis kejang klonik berlangsung 1-3 detik, tidak disertai gangguan kesadaran. Bentuk kejang ini di akibatkan trauma fokal pada kontusio cerebri pada bayi besar atau bayi cukup bulan, atau pada kelainan ensefalopati metabolik.

c.       Tonik

Kejang tonik biasa didapatkan pada bayi berat lahir rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi-bayi dengan komplikasi perinatal berat seperti perdarahan intraventrikuler. Bentuk klinis kejang ini yaitu pergerakkan tungkai yang menyerupai sikap deseberasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.

d.      Mioklonik

Manifestasi klinis kejang mioklonik yang terlihat adalah gerakan ekstensi atau fleksi dari lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadi dengan cepat. Gerakan tersebut seperti gerak refleks Moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat, seperti pada bayi baru lahir yang dilahirkan dari ibu kecanduan obat.

 

E.     Diagnosis

Diagnosis kejang demam ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada penyebab kejang di intrakranial.

1.      Anamnesis, Riwayat yang ditanyakan meliputi:

a.       Riwayat kejang sebelumnya, apakah disertai atau tanpa demam

b.      Riwayat tumbuh kembang anak sebelum dan setelah kejang

c.       Riwayat penyakit lain yang menyertai

2.      Gejala yang digali dari anamnesis meliputi:

a.       Kejang umum: sering dideskripsikan sebagai “kelojotan” (tonik-klonik)

b.      Kejang fokal: kejang pada satu sisi tangan / kaki atau satu sisi tubuh atau bagian tubuh tertentu

c.       Durasi dan Frekuensi kejang

d.      Tanda-tanda neurologis sebelum, saat dan setelah kejang

e.       Ada tidaknya gejala demam sebelum kejang

f.       Dicari mengenai sumber infeksi yang bisa menyebabkan demam

3.      Pemeriksaan Fisik

a.       Meningitis: kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski yang positif dengan atau tanpa gejala neurologis fokal. [5] Pada bayi baru lahir, tanda-tanda ini jarang terlihat pada meningitis.

b.      Ensefalitis: beberapa  gangguan kesadaran, perubahan tingkah laku, penemuan neurologis fokal (contoh: hemiparesis, kejang fokal dan disfungsi otonom), gangguan motorik, ataksia, gangguan pada saraf kranial, disfagia, meningismus, atau disfungsi sensorimotor unilateral.

 

F.     Pertolongan Pertama kejang Pada Bayi

Ketika bayi mengalami kejang demam, orangtua dianjurkan tetap tenang dan tidak panik. Orangtua sebaiknya segera melakukan pertolongan pertama dengan cara berikut ini:

1.      Letakkan bayi di tempat yang datar. Tempat ini sebaiknya luas dan bebas sehingga anak tidak akan terbentur atau tertimpa benda tertentu saat kejang.

2.      Posisikan anak tidur menyamping untuk mencegahnya tersedak saat kejang.

3.      Longgarkan pakaiannya, terutama pada bagian leher.

4.      Jangan memaksa untuk menahan gerakan tubuh anak. Cukup jaga agar posisi tubuhnya tetap aman.

5.      Jangan memasukkan benda apa pun ke mulutnya, termasuk minuman atau obat-obatan.

6.      Ucapkanlah kata-kata yang menenangkan agar Si Kecil merasa lebih nyaman.

7.      Catat berapa lama bayi Anda mengalami kejang.

8.      Amati kondisinya saat kejang, terutama bila dia kesulitan bernapas atau wajahnya menjadi pucat dan kebiruan. Ini menandakan bahwa ia kekurangan oksigen dan membutuhkan penanganan medis secepatnya.

9.      Jika memungkinkan, rekam kejadian saat anak sedang kejang sehingga dokter bisa mengetahui dengan pasti seperti apa kejang yang dialami Si Kecil.

 

 

 

G.    Penanganan

  1. Prinsip dasar mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:

1)      Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang. (misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin)

2)      Menjaga jalan nafas tetap bebas. (perhatikan ABCD resusitasi)

3)      Mencari faktor penyebab kejang. (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, kelainan fisik ditemukan, bentuk kejang, dan hasil laboratorium)

4)      Mengobati penyebab kejang. (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain)

  1. Obat anti kejang

1)      Diazepam

Dosis 0,1-0,3 mg/kgbb IV, disuntikkan perlahan-lahan sampai kejang berhenti. Dapat diulangi pada kejang berulang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada  dosis pemeliharaan.

2)      Fenobarbital

Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan perlahan-lahan selama beberapa menit. Apabila kejang berlanjut, Fenobarbital dapat diulangi dengan dosis maksimal 20 mg/kgbb. Dosis pemeliharaan ialah 5-8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis.

3)      Fenitoin (Dilantin)

Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan dalam 5-10 menit. Dapat diulangi lagi 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat diatasi dengan Fenobarbital dosis 10-20 mg/kgbb. Sebaiknya Fenitoin diberikan 10-15 mg/kgbb IV pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kgbb IV atau oral dalam 2 dosis.

  1. Penanganan kejang pada bayi baru lahir

1)      Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu bayi dipertahankan 36.5o – 37o C.

2)      Jalan napasbayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hidung sampai nasofaring.

3)      Bila bayi apnea, dilakukan pertolongan agar bayi bernapas lagi dengan alat bantu balon dan sungkup, diberi O2 (oksigen) dengan kecepatan 2 liter/menit.

4)      Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer; di tangan, kaki, atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus, dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikus.

5)      Bila infus sudah terpasang, diberi obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg suppositoria/IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi. Kemudian ditambah luminal  (fenobarbital) 30 mg IM/IV.

6)      Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada.

7)      Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan infus Dekstrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kgbb/hari.

8)      Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan, dan kelahiran):

-          Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus.

-          Apakah bayi kemungkinan prematur.

-          Apakah kemungkinan bayi mengalami aspiksia.

-          Apakah kemungkinan ibu bayi pengidap/menggunakan bahan narkotika.

9)      Bila kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor penyebab kejang, misalnya:

-          Darah tepi,

-          Elektrolit darah

-          Gula darah,

-          Kimia darah (kalsium, magnesium)

-          Kultur darah,

-          Pemeriksaan torch, dan lain-lain.

10)  Bila ada kecurigaan kearah sepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal.

11)  Obat diberikan sesuai dengan penilaian ulang .

12)  Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.

-          Bila kejang terus, diberi fenitoin (dilantin) dalam dosis 15 mg/kgbb sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 2 mg/kgbb iv setiap 12 jam.

-          Untuk hipoglikemia (hasil dextrostix/gula darah < 40 mg%) diberi infus dekstrose 10%.

-          Untuk hipokalsemia (hasil kalsium darah < 8 mg%) diberi kalsium glukonas 10% 2 ml/kgbb dalam waktu 5-10 menit.

-          Apabila belum teratasi juga, diberi piridoksin 25-50 mg iv.

 

H.    Bagan Penanganan Kejang Pada Bayi Baru Lahir

TANDA – TANDA

Tremor, hiperaktif, kejang- kejang, tiba- tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran pergerakan-pergerakan yang tidak terkendali (involuntary movements), nistagmus atau mata mengedip- mngedip  paroksiksmal.

KATEGORI

·    Tetanus neonaturum

·    Sepsis

·    Menginitis

·    Ensepalitas

·    Ganguan metabolik (hipoglikemik atau hipokalsemik).

·    Anoksia susunan saraf pusat.

·    Pendarahan otak.

PENILAIAN

·    Bentuk kejang

·    Lama kejang

·    Suhu tubuh

·    Kesadaran

·    Tanda- tanda infeksi laninya

·    Seluruh badan / lokal

·    Sekejap atau < 1 menit

·    Dengan panas

·    Kesadaran berkurang

·    Lesu / ngatuk /tidak mau minum

·    Seluruh badan / lokal

·    Sekejap atau < 1 menit

·    Tanpak panas

·    Sadar

·    Normal, mau minum

PENANGANAN

BIDAN Atau PUSKESMAS

·    Bersihkan jalan nafas

·    Masukan sendok/ sepatel di bungkus kain untuk menekan lidah

·    Beri oksigen

·    Atasi kejang dengan Diazepam 0,5 mg/ kg supositoria/ i.m. tiap 2 menit sampai kejeng teratasi.

·    Diberi fenobarbital 30 mg i.m.

·    Infus Dektrose 10% ( liat tabel kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus )

·    Diberi antibiotika 1 dosis ( liat tabel jenis dan dosis antibiotika).

·    Rujuk rumah sakit.

RUMAH SAKIT

·    Sama dengan di atas

·    Bayi dalam indikator / dihangatkan

·    Beri oksigen

·    Beri Diazepam 0,5 mg/kg supositorial/i.m / i.v

·    Kemudian diberi fenobarbital 30 mg i.v/i.m

·    Bila masih kejang diberi fenitoin 15 mg/ kg i.v dilanjutkan 2 mg /kg tiap 12 jam.

·    Infus Dektrose 10%  6o cc/ kg

·    Beri kalsium glukonas 2 ml/ kg  dalam waktu 5-10 menit.

 

 


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)