STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RANGE OF MOTION
1.
DEFINISI
Latihan range of motion adalah
kegiatan latihan yang bertujuan untuk memelihara fleksibilitas dan mobilitas
sendi (Tseng,et all, 2007)
Rentang gerak merupakan jumlah
maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salahsatu dari tiga potongan
tubuh: sagital, frontal dan transversal. Potongan sagital adalah garis yang
melewati tubuh dari depan ke belakang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan, contoh gerakan fleksi dan
ekstensi pada jari tangan dan siku serta gerakan hiperekstensi pada pinggul.
Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi
bagian depan dan belakang, contoh gerakannya abduksi dan adduksi pada lengan
dan tungkai serta eversi dan inversi pada kaki. Sedangkan potongan transversal
adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah,
contoh gerakannya supinasi dan pronasi pada tangan, rotasi internal dan
eksternal pada lutut, dan dorsofleksi dan plantar fleksi pada kaki (potter
& perry, 2006).
Latihan ROM dapat menggerakkan
persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang dan tidak
menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian
akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi.
Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling
bergesekan. Kartilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam
hialuronat yang bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada kartilago akan
mendesak air keluar dari matriks sinovial. Bila tekanan berhenti maka air yang
keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari
cairan (Ulliya, et al., 2007).
2.
TUJUAN
Menurut
Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N. (2009) dan Smeltzer
& Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah sebagai berikut :
a.
Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
b.
Mengembalikan kontrol motorik
c.
Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak
d.
Membantu sirkulasi dan nutrisi sinovial
e.
Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas yang mengalami paralisis.
f.
Memaksimalkan fungsi ADL
g.
Mengurangi atau menghambat
nyeri
h.
Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
i.
Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
j.
Meningkatkan harga diri
k.
Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan
3.
JENIS
Dikenal 3 jenis latihan ROM, yaitu latihan ROM aktif, Aktif
dengan penampingan dan latihan ROM pasif :
a.
Latihan ROM aktif.
Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot
sendiri. Latihan yang dilakukan oleh klien sendiri. Hal ini dapat meningkatkan
kemandirian dan kepercayaan diri klien.
b.
Latihan aktif dengan pendampingan (active-assisted).
Latihan tetap dilakukan oleh klien secara mandiri dengan
didampingi oleh perawat. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan dukungan
dan atau bantuan untuk mencapai gerakan ROM yang diinginkan.
c.
Latihan ROM pasif
Pada pasien yang sedang melakukan
bedrest atau mengalami keterbatasan dalam pergerakan latihan ROM pasif sangat
tepat dilakukan dan akan mendapatkan manfaat seperti terhindarnya dari
kemungkinan kontraktur pada sendi. Setiap gerakan yang dilakukan dengan range
yang penuh, maka akan meningkatkan kemampuan bergerak dan dapat mencegah
keterbatasan dalam beraktivitas. Ketika pasien tidak dapat melakukan latihan
ROM secara aktif maka perawat bisa membantunya untuk melakukan latihan (Rhoad
& Meeker, 2008). Latihan dapat dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan
lain. Peran perawat dalam hal ini dimulai dengan melakukan pengkajian untuk
menentukan bagian sendi yang memerlukan latihan dan frekuensi latihan yang diperlukan.
4. INDIKASI
a.
PROM
· Pada daerah dimana terdapat
inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat
proses penyembuhan
· Ketika pasien tidak dapat
atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh,
misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
b.
AROM
·
Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif
dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak
·
Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat
menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan
AROM
5. KONTRA INDIKASI
· Latihan ROM tidak boleh
diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan cedera
· ROM tidak boleh dilakukan
bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life threatening)
ü
PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan AROM pada persendian dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus
ü
Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri
koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan
dalam pengawasan yang ketat
6.
GERAKAN ROM
• Fleksi, yaitu gerakan menekuk persendian
• Ekstensi, yaitu gerakan
meluruskan persendian
• Abduksi, yaitu gerakan
menjauhi sumbu tubuh
• Adduksi, yaitu gerakan
mendekati sumbu tubuh
• Rotasi, yaitu gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari aksis tubuh
• Pronasi, yaitu gerakan
memutar ke bawah/ menelungkupkan tangan
• Supinasi, yaitu gerakan
memutar ke atas/ menengadahkan tangan
• Inversi, yaitu gerakan ke dalam
• Eversi, yaitu gerakan ke luar
7.
PROSEDUR
a.
Prinsip-Prinsip dalam melakukan Latihan ROM
Kozier, et all. (2008), Potter & Perry (2006), Rhoad
& Mekeer (2008) menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
perawat pada saat melakukan latihan ROM sebagai berikut :
1)
Untuk latihan ROM aktif, klien dianjurkan untuk melakukan
gerakan sesuai yang sudah diajarkan, hindari perasaan ketidaknyamanan saat
latihan dilakukan, gerakan dilakukan secara
sistematis dengan urutan yang sama dalam setiap sesi, setiap gerakan dilakukan
tiga kali denga frekuensi dua kali sehari.
2)
Yakinkan bahwa klien mengetahui alasan latihan ROM dilakukan.
3)
Sendi tidak boleh digerakkan melebihi rentang gerak
bebasnya,sendi digerakkan ke titik tahanan dan dihentikan pada titik nyeri.
4)
Pilih waktu di saat pasien nyaman dan bebas dari rasa nyeri
untuk meningkatkan kolaborasi pasien
5)
Posisikan pasien dalam posisi tubuh lurus yang normal
6)
Gerakan latihan harus dilakukan secara lembut, perlahan dan berirama
7)
Latihan diterapkan pada sendi secara proporsional untuk
menghindari peserta latihan mengalami ketegangan dan injuri otot serta kelelahan
8)
Posisi yang diberikan memungkinkan gerakan sendi secara leluasa
9)
Tekankan pada peserta latihan bahwa gerakan sendi yang
adekuat adalah gerakan sampai dengan mengalami tahanan bukan nyeri.
10)
Tidak melakukan latihan pada sendi yang mengalami nyeri
11)
Amati respons non verbal peserta latihan
12)
Latihan harus segera dihentikan dan berikan kesempatan pada
peserta latihan untuk beristirahat apabila terjadi spasme otot yang
dimanifestasikan dengan kontraksi otot yang tiba-tiba dan terus menerus
b.
Intensitas Latihan
Dosis dan intensitas latihan ROM yang dianjurkan menunjukkan
hasil cukup bervariasi. Secara teori tidak disebutkan secara spesifik mengenai
dosis dan intensitas latihan ROM tersebut, namun dari berbagai literatur dan
hasil penelitian tentang manfaat latihan ROM dapat dijadikan sebagai rujukan
dalam menerapkan latihan ROM sebagai salah satu intervensi. Smeltzer & bare
(2008) menyebutkan bahwa latihan ROM dapat dilakukan 4 sampai 5 kali sehari,
dengan waktu 10 menit untuk setiap latihan, sedangkan Perry & Poter (2006)
menganjurkan untuk melakukan latihan ROM minimal 2 kali/hari. Tseng, et al.
(2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dosis latihan yang dipergunakan
yaitu 2 kali sehari, 6 hari dalam seminggu selama 4 minggu dengan intensitas
masing-masing 5 gerakan untuk tiap sendi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa responden penelitian yang melakukan latihan tersebut mengalami perbaikan
pada fungsi aktivitas, persepsi nyeri, rentang gerakan sendi dan gejala depresi.
c.
Prosedur
1) Kaji klien dan rencanakan
program latihan yang sesuai untuk klien
2) Memberitahu klien tentang
tindakan yang akan dilakukan, area yang akan digerakkan dan peran klien dalam latihan
3) Jaga privacy klien
4) Jaga/atur pakaian yang
menyebabkan hambatan pergerakan
5) Angkat selimut sebagaimana diperlukan
6) Anjurkan klien berbaring dalam
posisi yang nyaman
7) Lakukan latihan sebagaimana
dengan cara berikut :
a) Latihan sendi bahu
· Pasien dalam posisi telentang
· Satu tangan perawat menopang
dan memegang siku, tangan yang lainnya memegang pergelangan tangan.
· Luruskan siku pasien, gerakan
lengan pasien menjauhi dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).
· Kemudian Gerakkan lengan
pasien mendekati tubuhnya (Adduksi).
· Gerakkan lengan bawah ke
bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah (rotasi internal).
· Turunkan dan kembalikan ke
posisi semula dengan siku tetap lurus.
· Gerakkan lengan bawah ke
belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas
(rotasi eksternal).
· Turunkan dan kembalikan ke
posisi semula dengan siku tetap lurus.
· Hindari penguluran yang berlebihan
pada bahu.
· Lakukan pengulangan sebanyak
10 kali atau sesuai toleransi
b) Latihan sendi siku
· Pasien dalam posisi telentang
· Perawat memegang pergelangan
tangan pasien dengan satu tangan, tangan lainnya menahan lengan bagian atas
· Posisi tangan pasien
supinasi, kemudian lakukan gerakan menekuk (fleksi) dan meluruskan (ekstensi)
siku.
· Instruksikan agar pasien
tetap rileks
· Pastikan gerakan yang
diberikan berada pada midline yang benar
· Perhatikan rentang gerak
sendi yang dibentuk, apakah berada dalam jarak yang normal atau terbatas.
· Lakukan pengulangan sebanyak
10 kali
c) Latihan lengan
· Pasien dalam posisi telentang
· Perawat memegang area siku
pasien dengan satu tangan, tangan yang lain menggenggam tangan pasien ke arah
luar (telentang/supinasi) dan ke arah dalam (telungkup/pronasi).
· Instruksikan agar pasien
tetap rileks
· Lakukan pengulangan sebanyak
10 kali
d) Latihan sendi pergelangan tangan
· Pasien dalam posisi telentang
· Perawat memegang lengan bawah
pasien dengan satu tangan, tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien,
serta tekuk pergelangan tangan pasien ke atas dan ke bawah
· Instruksikan agar pasien
tetap rileks
· Lakukan pengulangan sebanyak
10 kali
e) Latihan sendi jari-jari tangan
· Pasien dalam posisi telentang
· Perawat memegang pergelangan
tangan pasien dengan satu tangan, tangan lainnya membantu pasien membuat
gerakan mengepal/menekuk jari-jari tangan dan kemudian meluruskan jari-jari
tangan pasien.
· Perawat memegang telapak
tangan dan keempat jari pasien dengan satu tangan, tangan lainnya memutar ibu
jari tangan.
· Tangan perawat membantu
melebarkan jari-jari pasien kemudian
merapatkan kembali.
· Instruksikan agar pasien
tetap rileks
· Lakukan pengulangan sebanyak
10 kali
f) Latihan sendi pangkal paha
· Pasien dalam posisi telentang
· Letakkan satu tangan perawat
di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
· Jaga posisi kaki pasien
lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi
badan pasien
· Gerakkan kaki mendekati badan pasien
· Kembali ke posisi semula
· Kemudian
letakkan satu
tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut.
·
Putar kaki menjauhi perawat.
·
Putar kaki ke arah perawat
·
Kembali ke posisi semula
·
Hindari pengangkatan yang berlebihan pada kaki.
·
Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali atau sesuai toleransi
g)
Latihan sendi lutut
· Pasien dalam posisi telentang
· Satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan pegang
tumit pasien dengan tangan yang lain
· Angkat kaki, tekuk pada lutut
dan pangkal paha.
· Lanjutkan menekuk lutut ke
arah dada sejauh mungkin
· Ke bawahkan kaki dan luruskan
lutut dengan mengangkat kaki ke atas
· Instruksikan agar pasien
tetap rileks
· Pastikan gerakan yang
diberikan berada pada midline yang benar
· Perhatikan rentang gerak
sendi yang dibentuk, apakah berada dalam jarak yang normal atau terbatas.
· Lakukan pengulangan sebanyak
10 kali
h) Latihan sendi pergelangan kaki
· Pasien dalam posisi telentang
· Perawat memegang separuh
bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan
tangan satunya.
· Putar kaki ke dalam sehingga
telapak kaki menghadap ke kaki lainnya (infersi)
· Kembalikan ke posisi semula
· Putar kaki keluar sehingga
bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain (efersi)
· Kembalikan ke posisi semula
· Kemudian letakkan satu tangan
perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan
kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
· Tekuk pergelangan kaki,
arahkan jari- jari kaki ke arah dada pasien (dorso fleksi).
· Kembalikan ke posisi semula
·
Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien (plantar fleksi)
·
Kembalikan ke posisi semula
·
Instruksikan agar pasien tetap rileks
·
Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
i) Latihan sendi jari-jari kaki
· Pasien dalam posisi telentang
· Perawat memegang pergelangan
kaki pasien dengan satu tangan, tangan lainnya membantu pasien membuat gerakan
menekuk jari-jari kaki dan kemudian meluruskan jari-jari kaki pasien.
· Tangan perawat membantu
melebarkan jari-jari kaki pasien kemudian merapatkan kembali.
· Instruksikan agar pasien
tetap rileks
· Lakukan pengulangan sebanyak
10 kali
8) Kaji pengaruh/efek latihan
pada klien terutama hemodinamik klien
9) Atur klien pada posisi yang nyaman
10) Benahi selimut dan linen
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., et al. (2008). Kozier and Erb’s Fundamentals of nursing,
concept, process and practic, eighth edtion. New Jersey : Pearson
Education.
Potter, A.P., & Perry, A. (2006).
Fundamental of nursing. 4th
edition. St.Louis Missouri:
Mosby-Year Book, Inc.
Rhoads, J. & Meeker,B.J., (2008).
Davids guide to clinical nursing skills.
Philadeplphia : F.A. Davis Company.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle,
J.L. & Cheever, K.H. (2008) Brunner
& Suddarth’s Textbook of medical-surgical nursing. 11th Edition.
Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.
Smith, N. (2009). Range of motion, exercise. Published by
Cinahl Information Systems.
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C.
(2007). Effects of a range- of-motion exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181-191.
Comments
Post a Comment