Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

SOP Range Of Motion (ROM)



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RANGE OF MOTION

 

1.   DEFINISI
Latihan range of motion adalah kegiatan latihan yang bertujuan untuk memelihara fleksibilitas dan mobilitas sendi (Tseng,et all, 2007)
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salahsatu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal dan transversal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan, contoh gerakan fleksi dan ekstensi pada jari tangan dan siku serta gerakan hiperekstensi pada pinggul. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang, contoh gerakannya abduksi dan adduksi pada lengan dan tungkai serta eversi dan inversi pada kaki. Sedangkan potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah, contoh gerakannya supinasi dan pronasi pada tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut, dan dorsofleksi dan plantar fleksi pada kaki (potter & perry, 2006).
Latihan ROM dapat menggerakkan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat yang bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada kartilago akan mendesak air keluar dari matriks sinovial. Bila tekanan berhenti maka air yang keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari cairan (Ulliya, et al., 2007).

2.   TUJUAN
Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N. (2009) dan Smeltzer & Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah sebagai berikut :
a.    Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
b.   Mengembalikan kontrol motorik
c.    Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak
d.   Membantu sirkulasi dan nutrisi sinovial
e.    Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas yang mengalami paralisis.
f.    Memaksimalkan fungsi ADL
g.    Mengurangi atau menghambat nyeri
h.   Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
i.     Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
j.     Meningkatkan harga diri
k.   Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan

3.   JENIS
Dikenal 3 jenis latihan ROM, yaitu latihan ROM aktif, Aktif dengan penampingan dan latihan ROM pasif :
a.    Latihan ROM aktif.
Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri. Latihan yang dilakukan oleh klien sendiri. Hal ini dapat meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri klien.
b.   Latihan aktif dengan pendampingan (active-assisted).
Latihan tetap dilakukan oleh klien secara mandiri dengan didampingi oleh perawat. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan dukungan dan atau bantuan untuk mencapai gerakan ROM yang diinginkan.
c.    Latihan ROM pasif
Pada pasien yang sedang melakukan bedrest atau mengalami keterbatasan dalam pergerakan latihan ROM pasif sangat tepat dilakukan dan akan mendapatkan manfaat seperti terhindarnya dari kemungkinan kontraktur pada sendi. Setiap gerakan yang dilakukan dengan range yang penuh, maka akan meningkatkan kemampuan bergerak dan dapat mencegah keterbatasan dalam beraktivitas. Ketika pasien tidak dapat melakukan latihan ROM secara aktif maka perawat bisa membantunya untuk melakukan latihan (Rhoad & Meeker, 2008). Latihan dapat dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lain. Peran perawat dalam hal ini dimulai dengan melakukan pengkajian untuk menentukan bagian sendi yang memerlukan latihan dan frekuensi latihan yang diperlukan.

4.   INDIKASI
a.    PROM
·      Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
·      Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
b.   AROM
·     Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak
·     Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan AROM

5.   KONTRA INDIKASI
·      Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan cedera
·      ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life threatening)
ü PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada persendian dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus
ü Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat

6.   GERAKAN ROM
       Fleksi, yaitu gerakan menekuk persendian
       Ekstensi, yaitu gerakan meluruskan persendian
       Abduksi, yaitu gerakan menjauhi sumbu tubuh
       Adduksi, yaitu gerakan mendekati sumbu tubuh
       Rotasi, yaitu gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari aksis tubuh
       Pronasi, yaitu gerakan memutar ke bawah/ menelungkupkan tangan
       Supinasi, yaitu gerakan memutar ke atas/ menengadahkan tangan
       Inversi, yaitu gerakan ke dalam
       Eversi, yaitu gerakan ke luar

7.   PROSEDUR
a.    Prinsip-Prinsip dalam melakukan Latihan ROM
Kozier, et all. (2008), Potter & Perry (2006), Rhoad & Mekeer (2008) menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat pada saat melakukan latihan ROM sebagai berikut :
1)         Untuk latihan ROM aktif, klien dianjurkan untuk melakukan gerakan sesuai yang sudah diajarkan, hindari perasaan ketidaknyamanan saat latihan dilakukan, gerakan dilakukan secara sistematis dengan urutan yang sama dalam setiap sesi, setiap gerakan dilakukan tiga kali denga frekuensi dua kali sehari.
2)         Yakinkan bahwa klien mengetahui alasan latihan ROM dilakukan.
3)         Sendi tidak boleh digerakkan melebihi rentang gerak bebasnya,sendi digerakkan ke titik tahanan dan dihentikan pada titik nyeri.
4)         Pilih waktu di saat pasien nyaman dan bebas dari rasa nyeri untuk meningkatkan kolaborasi pasien
5)         Posisikan pasien dalam posisi tubuh lurus yang normal
6)         Gerakan latihan harus dilakukan secara lembut, perlahan dan berirama
7)         Latihan diterapkan pada sendi secara proporsional untuk menghindari peserta latihan mengalami ketegangan dan injuri otot serta kelelahan
8)         Posisi yang diberikan memungkinkan gerakan sendi secara leluasa
9)         Tekankan pada peserta latihan bahwa gerakan sendi yang adekuat adalah gerakan sampai dengan mengalami tahanan bukan nyeri.
10)     Tidak melakukan latihan pada sendi yang mengalami nyeri
11)     Amati respons non verbal peserta latihan
12)     Latihan harus segera dihentikan dan berikan kesempatan pada peserta latihan untuk beristirahat apabila terjadi spasme otot yang dimanifestasikan dengan kontraksi otot yang tiba-tiba dan terus menerus
b.   Intensitas Latihan
Dosis dan intensitas latihan ROM yang dianjurkan menunjukkan hasil cukup bervariasi. Secara teori tidak disebutkan secara spesifik mengenai dosis dan intensitas latihan ROM tersebut, namun dari berbagai literatur dan hasil penelitian tentang manfaat latihan ROM dapat dijadikan sebagai rujukan dalam menerapkan latihan ROM sebagai salah satu intervensi. Smeltzer & bare (2008) menyebutkan bahwa latihan ROM dapat dilakukan 4 sampai 5 kali sehari, dengan waktu 10 menit untuk setiap latihan, sedangkan Perry & Poter (2006) menganjurkan untuk melakukan latihan ROM minimal 2 kali/hari. Tseng, et al. (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dosis latihan yang dipergunakan yaitu 2 kali sehari, 6 hari dalam seminggu selama 4 minggu dengan intensitas masing-masing 5 gerakan untuk tiap sendi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden penelitian yang melakukan latihan tersebut mengalami perbaikan pada fungsi aktivitas, persepsi nyeri, rentang gerakan sendi dan gejala depresi.
c.    Prosedur
1)   Kaji klien dan rencanakan program latihan yang sesuai untuk klien
2)   Memberitahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan, area yang akan digerakkan dan peran klien dalam latihan
3)   Jaga privacy klien
4)   Jaga/atur pakaian yang menyebabkan hambatan pergerakan
5)   Angkat selimut sebagaimana diperlukan
6)   Anjurkan klien berbaring dalam posisi yang nyaman
7)   Lakukan latihan sebagaimana dengan cara berikut :
a)   Latihan sendi bahu
·      Pasien dalam posisi telentang
·      Satu tangan perawat menopang dan memegang siku, tangan yang lainnya memegang pergelangan tangan.
·      Luruskan siku pasien, gerakan lengan pasien menjauhi dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).
·      Kemudian Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi).
·      Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah (rotasi internal).
·      Turunkan dan kembalikan ke posisi semula dengan siku tetap lurus.
·      Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas (rotasi eksternal).
·      Turunkan dan kembalikan ke posisi semula dengan siku tetap lurus.
·      Hindari penguluran yang berlebihan pada bahu.
·      Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali atau sesuai toleransi
b)  Latihan sendi siku
·      Pasien dalam posisi telentang
·      Perawat memegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan, tangan lainnya menahan lengan bagian atas
·      Posisi tangan pasien supinasi, kemudian lakukan gerakan menekuk (fleksi) dan meluruskan (ekstensi) siku.
·      Instruksikan agar pasien tetap rileks
·      Pastikan gerakan yang diberikan berada pada midline yang benar
·      Perhatikan rentang gerak sendi yang dibentuk, apakah berada dalam jarak yang normal atau terbatas.
·      Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
c)   Latihan lengan
·      Pasien dalam posisi telentang
·      Perawat memegang area siku pasien dengan satu tangan, tangan yang lain menggenggam tangan pasien ke arah luar (telentang/supinasi) dan ke arah dalam (telungkup/pronasi).
·      Instruksikan agar pasien tetap rileks
·      Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
d)  Latihan sendi pergelangan tangan
·      Pasien dalam posisi telentang
·      Perawat memegang lengan bawah pasien dengan satu tangan, tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien, serta tekuk pergelangan tangan pasien ke atas dan ke bawah
·      Instruksikan agar pasien tetap rileks
·      Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
e)   Latihan sendi jari-jari tangan
·      Pasien dalam posisi telentang
·      Perawat memegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan, tangan lainnya membantu pasien membuat gerakan mengepal/menekuk jari-jari tangan dan kemudian meluruskan jari-jari tangan pasien.
·      Perawat memegang telapak tangan dan keempat jari pasien dengan satu tangan, tangan lainnya memutar ibu
jari tangan.
·      Tangan perawat membantu melebarkan jari-jari pasien kemudian merapatkan kembali.
·      Instruksikan agar pasien tetap rileks
·      Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
f)   Latihan sendi pangkal paha
·      Pasien dalam posisi telentang
·      Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
·      Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien
·      Gerakkan kaki mendekati badan pasien
·      Kembali ke posisi semula
·      Kemudian letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut.
·      Putar kaki menjauhi perawat.
·      Putar kaki ke arah perawat
·      Kembali ke posisi semula
·      Hindari pengangkatan yang berlebihan pada kaki.
·      Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali atau sesuai toleransi
g)   Latihan sendi lutut
·      Pasien dalam posisi telentang
·      Satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lain
·      Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
·      Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin
·      Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas
·      Instruksikan agar pasien tetap rileks
·      Pastikan gerakan yang diberikan berada pada midline yang benar
·      Perhatikan rentang gerak sendi yang dibentuk, apakah berada dalam jarak yang normal atau terbatas.
·      Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
h)  Latihan sendi pergelangan kaki
·      Pasien dalam posisi telentang
·      Perawat memegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya.
·      Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya (infersi)
·      Kembalikan ke posisi semula
·      Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain (efersi)
·      Kembalikan ke posisi semula
·      Kemudian letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
·      Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari- jari kaki ke arah dada pasien (dorso fleksi).
·      Kembalikan ke posisi semula
·      Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien (plantar fleksi)
·      Kembalikan ke posisi semula
·      Instruksikan agar pasien tetap rileks
·      Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
i)    Latihan sendi jari-jari kaki
·      Pasien dalam posisi telentang
·      Perawat memegang pergelangan kaki pasien dengan satu tangan, tangan lainnya membantu pasien membuat gerakan menekuk jari-jari kaki dan kemudian meluruskan jari-jari kaki pasien.
·      Tangan perawat membantu melebarkan jari-jari kaki pasien kemudian merapatkan kembali.
·      Instruksikan agar pasien tetap rileks
·      Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali
8)   Kaji pengaruh/efek latihan pada klien terutama hemodinamik klien
9)   Atur klien pada posisi yang nyaman
10)   Benahi selimut dan linen

 




DAFTAR PUSTAKA



Kozier, B., et al. (2008). Kozier and Erb’s Fundamentals of nursing, concept, process and practic, eighth edtion. New Jersey : Pearson Education.
Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis Missouri: Mosby-Year Book, Inc.
Rhoads, J. & Meeker,B.J., (2008). Davids guide to clinical nursing skills. Philadeplphia : F.A. Davis Company.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L. & Cheever, K.H. (2008) Brunner & Suddarth’s Textbook of medical-surgical nursing. 11th Edition. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.
Smith, N. (2009). Range of motion, exercise. Published by Cinahl Information Systems.
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a range- of-motion exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181-191.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)