Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

SOP Pemasangan Infus



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN INFUS

A.    Pengertian
Pemasangan Infus merupakan pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh lewat sebuah jarum ke dalam pembuluh darah intra vena (pembuluh balik) untuk dapat menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh


B.     Tujuan pemasangan infus
1.      Mempertahankan dan mengganti cairan tubuh yg didalamnya mengandung air, vitamin, elektrolit,lemak,  protein ,& kalori yg tidak mampu untuk dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral
  1. Agar dapat memperbaiki keseimbangan asam basa
  2. Memperbaiki volume komponen-komponen darah Memberikan jalan/jalur masuk dalam  pemberian obat-obatan kedalam tubuh
  3. Memonitor tekanan darah Intra Vena Central (CVP)
  4. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan untuk di istirahatkan.

C.    Indikasi pemasangan infus
  1. Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yg memungkinkan untuk pemberian obat secara langsung ke dalam pembuluh darah Intra Vena
  2. Untuk dapat memberikan respon yg cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin)
  3. Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-menerus melalui pembuluh darah Intra vena
  4. Pasien yg membutuhkan pencegahan gangguan cairan & elektrolit
  5. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kepentingan dgn injeksi intramuskuler.
  6. Pasien yg mendapatkan tranfusi darah
  7. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
  8. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yg tidak stabil, contohnya syok (meneror nyawa) & risiko dehidrasi (kekurangan cairan), sebelum pembuluh darah kolaps (tak teraba), maka tak mampu dipasang pemasangan infus.

D.    Kontraindikasi
  1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) & infeksi di area pemasangan infus.
  2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, lantaran lokasi ini dapat digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
  3. Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).

E.     Jenis-jenis vena yang tidak patut di infus
1.      Vena yang sebelumnya sudah digunakan
2.      Vena yang telah infiltrasi atau plebitis
3.      Vena yang kaku atau keras
4.      Vena pada bagian kaki karena sirkulasi lamat dan sering terjadi komplikasi
5.      Vena yang dekat area infeksi

F.     Jenis-jenis cairan infus
1.      Cairan resusitasi berupa kristaloid (isotonik, hipotonik, hipertonik seperti RL, NaCl, dan lain-lain) dan koloid (albumin) guna mengganti kehilangan akut/mendadak.
2.      Cairan rumatan/pemeliharaan berupa elektrolit dan nutrisi guna memelihara keseimbangan biasanya dilakukan setelah mengetahui balance cairan klien.
G.    Persiapan Alat
  1. Standar infuse
  2. Set infuse
  3. Cairan sesuai program medic
  4. Jarum infuse dengan ukuran yg tepat
  5. Pengalas
  6. Torniket
  7. Kapas alcohol
  8. Plester
  9. Gunting Kasa steril
  10. Betadin
  11. Sarung tangan

H.    Prosedur Kerja :
  1. Jelaskan prosedur yg akan dilakukan Pemasangan infus | dok. Aristianto
  2. Cuci tangan
  3. Hubungkan cairan & infus set dgn memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infuse
  4. Isi cairan ke dalam set infus dgn menekan ruang tetesan sampai terisi sebagian & buka klem slang sampai cairan memenuhi selang & udara selang ke luar
  5. Letakkan pangalas dibawah lokasi (vena) yg akan dilakukan penginfusan
  6. Lakukan pembendungan dengan tornikut (karet pembendung) 10 sampai 12 cm di atas tempat penusukan & anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular (apabila sadar)
  7. Gunakan sarung tangan steril
  8. Disinfeksi daerah yg akan ditusuk dengan kapas alcohol
  9. Lakukan penusukan pada pembuluh intra vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da posisi jarum (abocath) mengarah ke atas
  10. Perhatikan adanya keluar darah melalui jarum (abocath / surflo) maka tarik ke luar bagian dalam (jarum) sambil melanjutkan tusukan ke dalam vena
  11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan melakukan tekanan menggunakan jari tangan agar darah tidak ke luar. Seterusnya bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse
  12. Buka pengatur tetesan & atur kecepatan sesuai dengan dosis yg diberikan
  13. Jalankan fiksasi dengan kasa steril
  14. Tuliskan tanggal & waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
  15. Lepaskan sarung tangan & cuci tangan

I.       Dokumentasi Pendokumentasian keperawatan mesti jelas :
  1. waktu pemasangan
  2. type cairan
  3. Tempat insersi (melalui IV)
  4. Kecepatan aliran (tetesan/menit)
  5. Respon klien sesudah dilakukan tindakan pemasangan infuse

J.      Sumber
1.      Djuanda A. 2007. “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed”. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2.      Tranggono, Retno Iswari. Spkk dan Dra. Fatma Latifah, Apt. 2007. Buku Ilmu Pengetahuan Kosmetika. Jakarta : Gramedia.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)