Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

SOP Fisioterapi Dada



SOP FISIOTERAPI DADA

A.      DEFINISI FISIOTERAPI DADA
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.

B.       TUJUAN FISIOTERAPI DADA (FTD)
Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah:
1. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan
2. Membantu membersihkan sekret dari bronkus
3. Untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret
4. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
5. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup
6. Mengeluarkan sekret dari saluran pernapasan.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.
Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.

C.      PROSEDUR TINDAKAN (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)  :
1.    Perkusi
a.    Persiapan Alat :
1)   Handuk (jika perlu)
2)   Peniti (jika perlu)
3)   Tempat sputum
b.    Prosedur Pelaksanaan:
1)   Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2)   Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian tipis untuk mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak langsung.
3)   Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
4)   Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk.
5)   Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara cepat untuk menepuk dada.
6)   Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit.
7)   Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti mamae, sternum,kolumna spinalis, dan ginjal.
8)   Cuci tangan

2.    Vibrasi
a.    Persiapan Alat: sama seperti pada perkusi.
b.    Prosedur Pelaksanaan:
1)   Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2)   Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara lain tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
3)   Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
4)   Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan serta siku lalu getarkan, gerakkan ke arah bawah.Perhatikan agar gerakan dihasilkan dari otot-otot bahu.Hentikan gerakan jika klien inspirasi.
5)   Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang.
6)   Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan sekresi ke tempat sputum.
7)   Cuci tangan

3.    Postural Drainase
a.    Persiapan Alat:
1)   Bantal ( 2 atau 3 buah)
2)   Tisue
3)   Segelas Air hangat
4)   Sputum Pot
b.    Prosedur Pelaksanaan:
1)   Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien,jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2)   Pilih area tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pada pengkajian semua bidang paru, data klinis dan gambaran foto dada. Agar efektif, tindakan harus dibuat individual untuk mengatasi spesifik dari paru yang tersumbat.
3)   Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat. Bantu klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan. Ajarkan klien untuk mengatur postur, posisi lengan dan kaki yang tepat. Letakkan bantal sebagai penyangga dan kenyamanan. Posisi khusus dipilih untuk mendrainase setiap area yang tersumbat.
4)   Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit.
Pada orang dewasa, pengaliran setiap area memerlukan waktu. Anak-anak, prosedur ini cukup 3-5 menit.
5)   Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada atau gerakan iga di atas area yang didrainase. Memberikan dorongan mekanik yang bertujuan memobilisasi sekresi pada jalan napas.
6)   Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika klien tidak bisa batuk, harus dilakukan pengisapan. Setiap sekresi yang dimobilisasi ke dalam jalan napas harus dikeluarkan melalui batuk atau pengisapan sebelu klien dibaringkan pada posisi drainase selanjutnya.Batuk akan sangat efektif bila klien duduk dan membungkuk ke depan.
7)   Minta klien istirahat sebentar, bila perlu.
Periode istirahat sebentar di antara drainase postural dapat mencegah kelelahan dan membantu klien menoleransi terapi dengan lebih baik.
8)   Minta klien minum sedikit air.
Menjaga mulut tetap basah sehingga membantu ekspetorasi sekresi.
9)   Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang dipilih telah terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit. Drainase postural digunakan hanya untuk mengalirkan area yang tersumbat dan berdasarkan pada pengkajian individual.
10)    Ulangi pengkajian dada pada setiap bidang paru.
Memungkinkan anda mengkaji kebutuhan drainase selanjutnya atau mengganti program drainase.
11)    Cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)