Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Indikator Status Kesehatan Perempuan



MAKALAH ISU ISU KESEHATAN
INDIKATOR STATUS KESEHATAN PEREMPUAN




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Tujuan Penulisan................................................................................... 2
C.     Rumusan Masalah................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Indkator Pendidikan............................................................................. 3
B.     Indikator Penghasilan........................................................................... 4
C.     Indikator Usia Harapan Hidup............................................................. 6
D.    Indikator Angka Kematian Ibu............................................................ 12
E.     Tingkat Kesuburan............................................................................... 16

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................... 18
B.     Saran..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 19



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi. Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka.
Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka perempuan sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, agar anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu perempuan, seharusnya diberi perhatian.
Perempuan menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Kesehatan perempuan secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan. Kesehatan perempuan sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk).
Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan perempuan merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada perempuan diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.



B.     TUJUAN PENULISAN
Agar mahasiswa lebih memahami tentang indikator status kesehatan perempuan dilihat dari Pendidikan, Penghasilan, Usia Harapan Hidup,Angka Kematian Ibu dan tingkat kesuburan.

C.    RUMUSAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui indikator status kesehatan perempuan Pendidikan
2.      Untuk mengetahui indikator status kesehatan perempuan Penghasilan
3.      Untuk mengetahui indikator status kesehatan perempuan Usia harapan hidup
4.      Untuk mengetahui indikator status kesehatan perempuan Angka Kematian Ibu
5.      Untukmengetahui indikator status kesehatan perempuan Tingkat Kesuburan



BAB II
PEMBAHASAN

Indikator kesehatan perempuan adalah ukuran yang menggambarkan atau menunjukan status kesehatan perempuan dalam populasi tertentu. Adapun indikator kesehatan ibu dapat ditijau dari pendidikan, penghasilan, usia harapan hidup, aki, dan tingkat kesuburan.
A.    INDKATOR PENDIDIKAN
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat
Pendidikan berpengaruh kepada sikap perempuan terhadap kesehatan, rendahnya pendidikan membuat perempuan kurang peduli terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada kualitas pendidikan, dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa.
1.      Angka melek huruf :
Sampai tahun 2004, persentase perempuan yang melek huruf terus mengalami peningkatan, meskipun persentasenya masih lebih rendah dari laki-laki. Secara rasionalangka melek huruf sudah mencapai 87,9%, pada laki-laki sebesar 92,3% dan padaperempuan sebesar 83.5%.
2.      Rata-rata lama sekolah
Tahun efektif bersekolah pada umur 15 tahun sebesar 7.09% dimana pada laki-laki 7,62% dan perempuan 6,57%. Angka ini akan menunjukkkan bahwa secara rata-rata pendidikan penduduk mencapai jenjang pendidikan kelas I SLTP.
3.      Jenjang pendidikan yang telah ditamatkan :
Pada tahun 2003 penduduk usia lebih dari 10 tahun yang berpendidikan SLTP hanya sebanyak 36,21%, pada laki-laki sebesar 39.87% dan pada perempuan 32.57%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa taraf pendidikan perempuan belum setara dengan laki-laki, hal ini dikarenakan terbentuk kontruksi yang terbentuk dari masyarakat. Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum perempuan untuk meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan sendiri. Seorang perempuan yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berprilaku hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang perempuan yang memiliki pendidikan rendah. Meningkatnya pendidikan berdampak pada pengalaman dan wawasan yang semakin luas, pendidikan dapat meningkatkan status sosial dan kedudukan seorang perempuan didalam masyarakat sehingga perempuan dapat meningkatkan aktifitas sehari-hari maupun aktifitas sosialnya. Menurut profil klasifikasi perempuan diberbagai negara menunjukkan bahwa pendidikan, pekerjaan dan kesehatan perempuan Indonesia dinilai sangat buruk.

B.     INDIKATOR PENGHASILAN
Penghasilan perempuan meningkat, maka pola pemenuhan kebutuhan akan bergeser dari pemenuhan kebutuhan pokok saja, menjadi pemenuhan kebutuhan lain, khususnyapeningkatan kesehatan perempuan. Penghasilan berkaitan dengan status sosial ekonomi, dimana sering kali status ekonomi menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan pada perempuan.Misalnya banyak kejadian anemia defisiensi fe pada perempuan usia subur yang sering kali disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang. Anemia pada ibu hamil akan lebih memberikan dampak yang bisa mengancam keselamatan ibu.
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada perempuan masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak perempuan tersebut kepada suaminya. Ini berarti perempuan muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari perempuan yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
1.      Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta perempuan tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Perempuan sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu perempuan juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental.
Perempuan juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan perempuan yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit
2.      Beban Kerja yang berat
Perempuan bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata perempuan bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya perempuan mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan perempuan tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.

C.    INDIKATOR USIA HARAPAN HIDUP
Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah lansia. Berdasarkan data, perempuan Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya derajat kesehatan masyarakat.
Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah lansia.Berdasarkan data, perempuan Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya derajat kesehatan masyarakat.
1.      Hal-hal yang berpengaruh penting pada kelangsungan hidup yang lebih lama.
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor:
a.       Pola Makan
b.      Penyakit bawaan dari lahir: mereka yang diberi berkah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjalani hidup lebih panjang adalah orang-orang yang terkait dengan rendahnya penyakit degeneratif. Yaitu penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan manusia, seperti penyakit kanker, jantung koroner, diabetes dan stroke
c.       Lingkungan Tempat Tinggal
d.      Strees Atau Tekanan
2.      Faktor-faktor kesehatan yang mempengaruhi dan berhubungan dengan usia harapan hidup
a.       Gizi
Melewati kehidupan di dunia hingga usia 100 tahun mungkin menjadi harapan sebagian manusia. Mereka berpendapat bahwa dengan semakin panjang umur semakin banyak hal-hal yang dapat dilakukan, terlepas itu perbuatan yang baik maupun buruk.
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor. Tapi yang paling berpengaruh adalah pola makan.
1)      Orang-orang lanjut usia ini mulai mengurangi konsumsi kalori dengan hanya memakan kacang-kacangan (kedelai), makan ikan dan minum teh hijau maupun teh hitam.
2)      Melakukan puasa seperti yang dilakukan umat Islam pada bulan Ramadhan.
3)      Melakukan diet terhadap jenis makanan goreng-gorengan, selain juga mengurangi porsi makan sehari-hari.
4)      Pada awal usia 50 tahunan, disaat proses metabolisme tubuh sudah mulai lambat, mereka banyak makan makanan yang mengandung zat anti oksidan yang bermanfaat bagi tubuh.
5)      Makan ikan yang mengandung zat omega 3 yang sangat tinggi, yang dapat mengurangi kolesterol dalam tubuh.
6)      Mereka juga memangkas konsumsi protein dan lemak dalam tubuh, dengan cara mengurangi makanan yang mengandung lemak dan protein hewani, seperti telor, susu, daging, keju, dsb.
7)      Menyarankan agar para manula tersebut mulai kembali ke makanan ‘back to nature’ atau kembali ke alam. Diantaranya degan cara mengkonsumsi makanan tanpa dimasak atau menjadi seorang vegetarian.
b.      Merokok
Merokok mengurangi usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. Atau kalau anda tidak merokok berarti menambah usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. Demikian antara lain hasil penelitian selama 50 tahun di Inggris mengenai dampak merokok terhadap kesehatan. Hasil penelitian yang dimuat di Jurnal Kesehatan Inggris ini menunjukkan, terdapat 20 penyakit yang terkait dengan kebiasaan merokok.
Penelitian terlama tentang dampak merokok terhadap kesehatan menunjukkan bahwa rata-rata perokok meninggal dunia 10 tahun lebih cepat dibanding mereka yang tidak merokok. Penelitian ini dimulai 50 tahun lalu ketika untuk pertama kalinya muncul kaitan antara merokok dan kanker paru-paru. Temuan ini sangat penting untuk mendorong orang berhenti merokok. Penelitian ini melibatkan sekitar 35 ribu dokter di Inggris yang lahir antara tahun 1900 dan 1930. Para ilmuwan memantau kebiasaan merokok mereka selama lebih dari 50 tahun. Dan data paling akhir menunjukkan resiko yang ada jauh lebih besar dari perkiraan awal.
Sir Richard Peto, yang terlibat dalam penelitian ini hampir selama 40 tahun mengatakan, temuan yang ada menunjukkan berhenti merokok akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup. “Bahkan setelah 20 tahun, bila anda berhenti merokok, anda bisa menghindari sembilan dari 10 resiko yang ada. Jika anda berhenti merokok setelah 10 tahun, anda bisa terbebas dari hampir semua resiko yang ada.
Masalahnya adalah begitu orang merokok, susah untuk menghentikan kebiasaan itu. Banyak orang yang mengaku tak bisa berhenti merokok,” katanya.Mereka yang berhenti merokok pada usia 60 tahun, bisa meningkatkan harapan hidup selama tiga tahun. Sementara bila seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, berbagai dampak negatif terhadap kesehatan bisa diminimalkan.
Ada sekitar 20 penyakit yang terkait dengan merokok ini, antara lain penyakit jantung, stroke, dan berbagai macam kanker. Di negara berkembang dewasa ini, semakin banyak orang merokok. Sejak penelitian ini dilakukan, diperkirakan 100 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat merokok. “Kematian itu disebabkan merokok telah dibuktikan sebagai penyebab berbagai penyakit saluran pernapasan seperti penyakit paru obstruktif menahun, kanker paru, dan diyakini merupakan faktor resiko untuk penyakit jantung, stroke, dan berbagai penyakit kronis lain”.
c.       Menapause
Keberhasilan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain meningkatnya umur harapan hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun. Disamping itu terjadi pula pergeseran umur menopause dari 46 tahun pada tahun 1980 menjadi 49 tahun pada tahun 2000.
Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total penduduk.
Pada usia 50 tahun, perempuan memasuki masa menopause sehingga terjadi penurunan atau hilangnya hormon estrogen yang menyebabkan perempuan mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Padahal estrogen tersebut mempunyai manfaat yang beragam, sehingga menurunnya produksi hormon akan berpengaruh terhadap beberapa perubahan penting dalam tubuh.
Gejala gejala awal kurangnya estrogen :
-          Wajah kemerahan
-          Keringat pada malamm hari
-          Rasa sakit dan nyeri (nyeri tulang dan sendi)
-          Kekeringan didaerah vagina
-          Masalah kandung kemih
-          Hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri
-          Kulit kering
-          Gangguan tidur
-          Emosi yang mudah berubah-rubah
-          Perdarahan menstruasi yang tidak teratur
-          Gejolak panas di dada dan muka (hot flushes)
-          Sakit kepala
-          Mudah pingsan
-          Depresi
-          Daya ingat menurun
-          Sulit konsentrasi
-          Penyakit jangka panjang seperti tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke, kanker usus besar.
-          Gangguan tidur
-          Emosi yang mudah berubah-rubah
-          Perdarahan menstruasi yang tidak teratur
-          Gejolak panas di dada dan muka (hot flushes)
-          Sakit kepala
-          Mudah pingsan
-          Depresi
-          Daya ingat menurun
-          Sulit konsentrasi
-          Penyakit jangka panjang seperti tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke, kanker usus besar.
Anda dapat mengukur kadar estrogen dengan berkonsultasi pada dokter yang akan melakukan pemeriksaan darah sederhana. Bila anda telah mengetahui penyebab timbunya gejala-gejala tersebut, anda dapat memulai usaha untuk mengatasinya.
Olahraga merupakan hal yang penting, tidak saja untuk kesehatan umum anda, tetapi juga memperbaiki densitas/kepadatan tulang anda dan menghilangkan gejala-gejala menopause.
Diet tradisional Asia tampaknya memberi keuntungan yang penting. Diet Asia ini:
-          Mengandung kurang dari 20% kalori yang berasal dari lemak
-          Membatasi masukan daging
-          Kaya akan berbagai macam buah, sayur serta kacang-kacangan
-          Memasukan menu dari tahu atau olahan kedelai paling tidak sekali sehari. (Produk olahan kedelai mengandung fitoestrogen, yang merupakan sebuah tipe hormon tanaman yang diyakini bermanfaat bagi menopause. Namun demikian, preparat tersebut belum terbukti keuntungannya untuk mengatasi osteoporosis dan efek kardiovaskuler akibat menopause.
-          Hindari fakor-faktor yang memicu gejala-gejala menopause anda.kemerahan pada wajah dapat di picu oleh makanan nyang panas atau pedas. Alkohol, kafein dan gula juga dapat memicu kemerahan pada wajah.
-          Krim vagina dan jel dapat di gunakan untuk mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada vagina.. Preparattersebut juga dapat di gunakan pada saat berhubungan seksual, untuk mengurangi rasa sakit
d.      Osteoporosis
Seiring meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia, masalah osteoporosis/tulang keropos perlu mendapat perhatian serius. Semakin tua seseorang, semakin mudah terserang osteoporosis.
Orang lanjut usia merupakan sasaran paling rapuh untuk terkena osteoporosis. Ketika perempuan mencapai usia 80 tahun, ia mengalami resiko 40% mengalami 1 atau lebih patah tulang belakang. Data dunia juga menyebutkan satu dar tiga perempuan beresiko terkena osteoporosis.
Kunci utama untuk melawan rapuh tulang diantaranya:
-          Perhatikan gaya hidup
-          Perhatikan pola makan
-          Aktifitas fisik.

D.    INDIKATOR ANGKA KEMATIAN IBU
Kehamilan, persalinan dan nifas  merupakan penyebabkematian, penyakit dan kecacatan pada perempuan usia reproduksi di Indonesia. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 melaporkan angka kematian ibu (AKI) sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006 sebesar 226/100.000 kelahiran hidup. Menurut WHO penyebab tingginya angka kematian ibu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu infeksi, perdarahan dan penyulit persalinan sedangkan 5 penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan postpartum, sepsis puerperal, abortus, eklamsia, dan persalinan terhambat.
Rendahnya kualitas hidup sebagian besar perempuan Indonesia disebabkan oleh masih terbatasnya wawasan, lingkungan sosial budaya yang belum kondusif terhadap kemajuan perempuan dan belum dipahaminya konsep gender di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu  kerena kehamilan, persalinan, nifas dalam satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama  dengan persen atau permil.
Kasus kekerasan dalam keluarga, perdagangan, tekanan budaya, adat istiadat, pendidikan rendah dan dominasi pria dalam rumah tangga masih menimpa sebagian besar perempuan. Pemerintah daerah belum memiliki kesungguhan mengangkat harkat dan keijakan perempuan secara keseluruhan terutama menekan angka kematian ibu melahirkan.
Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya perempuan yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100 000 kelahiran hidup. AKI diperhitungkan pula pada jangka waktu 6 minggu hingga setahun setelah melahirkan.
Indikator ini dapat dilakukan pada daerah yang kelahiran hidupnya minimal 100.000. Bagi yang < 100.000 kelahiran hidup dianjurkan untuk menghitung jumlah absolute kematian ibu saja atau menggunakan indikator antara misalnya persalinan tenaga kesehatan.
Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Definisi Operasionalnya adalah Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Sumber datanya dapat diperoleh dari Survey dan atau Catatan kematian Ibu hamil atau melahirkan pada bidan, dokter atau sarana kesehatan
Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian ibu (AKI) yang tinggi. Bah¬kan jumlah perempuan Indonesia yang me¬ninggal saat melahirkan mencapai rekor ter¬tinggi di Asia. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu berarti setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Propinsi di Indonesia dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah Propinsi Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Propinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Sulawesi Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan jumlah kejadian kematian maternal yang dilaporkan pada Tahun 2007 yaitu sebesar 104/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Sulawesi-Selatan, 2008).
Tingginya angka kematian ibu tersebut berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan karena satu atau lebih anak menjadi piatu, penghasilan keluarga berkurang atau hilang sama sekali. Ditambah lagi saat ini jumlah perempuan yang bekerja makin banyak sehingga kontribusi mereka terhadap kesejahteraan keluarga juga meningkat. Setiap tahun diperkirakan satu juta anak meninggal menyusul kematian ibu mereka. Anak-anak yang ibunya meninggal kurang mendapat perhatian dan perawatan dibandingkan dengan yang memiliki ibu yang masih hidup.
Kematian maternal juga sering dipakai sebagai indikator kesejahteraan rakyat atau kualitas pembanguan Manusia (IPM/HDI), hal ini didasarkan angka kematian maternal sangat erat kaitannya dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kematian maternal, seperti Gerakan Sayang Ibu (GSI), Buku KIA, Safe Motherhood: Partnership Family Approach, Penempatan bidan di desa, Maternal and Neonatal Health (MNH), Making Pregnancy Safer (MPS), dan program-program lainnya. Namun program dan strategi tersebut belum mampu mempercepat penurunan angka kematian ibu. Seperti kita ketahui target Millenium Development Goal’s (MDG’s) salah satunya adalah mengurangi angka kematian ibu (AKI) di seluruh dunia sebesar 75% dari tahun 1900 ke 2015. Sebagai gambaran pada tahun 1990 AKI di Indonesia masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup, sesuai target MDG’s di tahun 2015 akan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Di sisi lain berdasarkan analisis trend penurunan AKI periode 1900 – 2015 ternyata diperkirakan hanya akan mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG’s tetang AKI di Indonesia sulit tercapai (Bapenas, 2007).
Tingginya angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat kompleks, secara garis besar faktor determinan kematian maternal digolongkan menjadi dua faktor besar yaitu faktor medis/langsung dan faktor non-medis/tidak langsung. Faktor medis/langsung disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu Perdarahan (28%), Eklampsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%). Sebagian kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan, melahirkan dan sesaat setelah melahirkan.
Faktor reproduksi ibu turut menambah besar risiko kematian maternal. Jumlah paritas satu dan Paritas diatas tiga telah terbukti meningkatkan angka kematian maternal dibanding paritas 2-3, selain itu faktor umur ibu melahirkan juga menjadi faktor risiko kematian ibu, dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan usia tua ≥35 tahun pada saat melahirkan menjadi faktor risiko kematian maternal, sedangkan jarak antara tiap kehamilan yang dianggap cukup aman adalah 3-4 tahun. Faktor kematian maternal ini kemudian diidentifikasi sebagai 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan terlalu banyak) Selain faktor medis dan reproduksi, faktor non-medis turut menambah parah risiko kematian maternal. faktor non-medis/tidak langsung tersebut yaitu kondisi sosial budaya, ekonomi, pendidikan, Kedudukan dan peran perempuan, kondisi geografis, dan transportasi, ini kemudian diidentifikasi sebagai tiga terlambat (3T).
Hal ini sesuai dengan penelitian Widarsa, (2002) yang menyatakan bahwa frekuensi ANC < 4 kali memiliki risiko kematian ibu dengan OR 11,7. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu
Faktor-faktor diataslah yang kemudian turut berkontribusi dan mempertinggi risiko kematian maternal, padahal pada dasarnya faktor-faktor tersebut dapat mudah untuk dicegah dan dihindarkan. Kematian maternal yang disebabkan oleh faktor-faktor yang seharusnya dapat dihindari, atau peluang yang terlewatkan maupun pelayanan dibawah standar, harus dapat ditemukan masalahnya. Oleh sebab itu penting dilakukan upaya untuk identifikasi seberapa besar faktor risiko tersebut terhadap kejadian kematian maternal.

E.     TINGKAT KESUBURAN
Begitu banyak pasangan suami istri yang sangat menginginkan kehadiran si buah hati namun belum juga dikaruniani seorang anak. Banyak pula dari mereka yang mengikuti beberapa program guna mengharapkan terjadinya suatu kehamilan. Kemandulan atau ketidak suburan sering kali hanya dituduhkan ke pihak perempuan, padahal pihak pria juga memiliki faktor penyebabnya.
Namun disini kita tidak akan membahas tentang hal tersebut. Kita hanya membedah seputar masalah masa subur perempuan yang biasanya dijadikan tolak ukur untuk pasangan suami istri melakukan kegiatan seksual dengan harapan terjadi suatu kehamilan.
Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:
1.        Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi
2.        Memprediksikan hari-hari subur yang maksimum
3.        Mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan
4.        Membantu mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas.
Fakta membuktikan bahwa perempuan yang sedang dalam masa subur biasanya bersikap lebih tajam terhadap perempuan lain. Pada saat ovulasi (sekitar hari ke-12 sampai 21 siklus menstruasi) perasaan ingin bersaing dengan perempuan lain semakin tinggi. Pada masa ovulasi, perempuan sering memberikan komentar yang buruk ketika dimintai pendapat tentang perempuan lain.
Pemilihan kontrasepsi alat suntik dan pil sangat mempengaruhi kesuburan perempuan. Jika ingin membuat jeda waktu untuk terjadinya suatu kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, sebaiknya konsultasikan dulu berbagai efek pemakaian dan pasca pemakaian dari masing-masing jenis alat. Berat badan juga mempengaruhi kesuburan. Sebuah penelitian mengatakan 12% masalah ketidaksuburan disebabkan oleh masalah berat badan.
Terlalu kurus bisa membuat siklus haid perempuan tidak teratur dan bisa melahirkan bayi yang juga memiliki berat badan rendah.  Sebaliknya terlalu gemuk juga tidak berakibat baik untuk kesuburan karena keseimbangan hormon terganggu dan berisiko mengalami tekanan darah tinggi dan diabetes semasa hamil.
Perempuan yang minum empat gelas kopi per hari memiliki risiko tidak subur lebih besar. Sebabnya, kafein mengurangi kandungan darah dalam hormon prolactin. Rendahnya hormon prolactin berhubungan dengan semakin rendahnya tingkat kesuburan. Jadi pilihan makanan juga turut mempengaruhi kesuburan.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Indikator kesehatan perempuan adalah ukuran yang menggambarkan atau menunjukan status kesehatan perempuan dalam populasi tertentu.
Status kesehatan perempuan sangat berpengaruh kepada pendidikan perempuan. Dan kemiskinan berpengaruh kepada pendidikan, seringkali kemiskinan membuat kaum perempuan terabaikan akan pendidikan, karena pria dianggap sebagai pencari nafkah maka diutamakan dahulu kaum pria. Sehingga kaum perempuan kurang akan pengetahuan yang sangat berpengaruh terhadap kesehatannya.

B.     SARAN
1.      diharapkan kepada semua perempuan agar sedini mungkin menjaga kesehatan reproduksinya.
2.      diharapkan kepada setiap remaja diindonesia agar dapat mengenal serta menjaga kesehatan reproduksinya
3.      diharapkan kepada setiap keluarga agar ikut berpartisipasi dalam membentuk keluarga berencana.
4.      diharapkan dengan adanya penghasilan perempuan dapat menunjang pemenuhan kebutuhan lainnya khususnya peningkatan kesehatannya.
5.      diharapkan dengan meningkatnya tingkat pendidikan perempuan dapat meningkatkan taraf hidup dan membuat keputusan masalah yang menyangkut kesehatan sendiri.



DAFTAR PUSTAKA

A  August Burns, Ronnie Lovich, Jane Maxwell, Katharine Shapiro. 2008. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Yayasan Esentia Medica
Asrori, Muhammad. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung. C.V. Wacana Prima.
Fitramaya Yuni, 2008. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta
Ida Bagus Gde Manuaba, Prof. Dr. SpoG. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.  Jakarta : Arcan
Kartono Muhamad, Dr.  1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC; Jakarta
Mohamad, Kartono. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Romauli, Suryati dan Anna Vida Vindari, S.ST. 2009. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan. Bantul : Nuha Medika.
Sarwono Prawirohardjo. Bunga rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Yani Widyatuti, SSiT, Anita Rahmawati, SSiT, Yuliasti Eka
Purnamaningrum, SST. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)