Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA DAN ASMA



ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN BRONCHOPNEUMONIA DAN ASMA


KATA PENGANTAR

Puji  dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Gerontik ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA DAN ASMA”.
Makalah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat penilaian Mata Ajar Keperawatan Anak di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi, penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis masih menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Makalah ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat membawa manfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca sekalian.



Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang................................................................................... 1
1.2       Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3       Tujuan Penulisan................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI
2.1       Konsep Bronkopneumonia................................................................. 3
2.2       Konsep Asma..................................................................................... 12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1       Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Bronkopneumonia........... 20
3.2       Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Asma............................... 36

BAB IV PENUTUP
4.1       Kesimpulan ........................................................................................ 44
4.2       Saran .................................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan oleh kuman, virus, dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan salah satu penyebabnya. Anak sangat suka bermain di dalam ataupun di luar rumah sehingga perlu memperhatikan lingkungan di sekitar anak. Penyakit yang sering tejadi pada anak yaitu penyakit pada saluran pernafasan. Salah satu penyakit saluran pernafasan pada anak adalah bronkopneumonia. Di negara maju penyakit ini banyak ditemukan. Selain itu, di negara berkembang juga banyak ditemukan dan penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak usia 0 sampai 6 tahun.
Bronkopneumonia proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas keperenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan dari sepuluh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare, demam berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia, hipertensi, ISPA. Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga kebersihan fisik dan lingkungan, upaya preventif dilakukan dengan cara memberikan obat sesuai dengan indikasi yang di anjurkan oleh dokter, dan upaya kuratif perawat dalam memulihkan kondisi klien dengan menganjurkan orang tua klien unutk membawa ke rumah sakit.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep penyakit bronkopneumonia?
2.      Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia?
3.      Bagaimana konsep asma?
4.      Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan asma?

1.3    Tujuan
1.      Untuk mengetahui konsep penyakit bronkopneumonia
2.      Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
3.      Untuk mengetahui konsep penyakit asma
4.      Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan asma




BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1    Konsep Bronkopneumonia
2.1.1        Pengertian Bronkopneumonia
Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru yang mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita penyakit Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal musim semi. Pneumonia diklasifikasikan menurut agen etiologinya. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) (1998) menyatakan, “pneumonia adalah suatu proses inflamasi atau peradangan yang diklasifikasikan oleh area yang terlihat yaitu bronkopneumonia dengan viral sebagai penyebabnya”
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel tubuh tidak bisa bekerja dan mengakibatkan kematian.

2.1.2        Epidemiologi Bronkopneumonia Disease
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58% diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6% diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8% kasus infeksi dan 14,6% diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8% kasus infeksi dan 28,6% diantaranya infeksi nontuberkulosis.

2.1.3        Etiologi Bronkopneumonia Disease
Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
1.      Bakteri gram positif
a.       Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b.      Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi nasokomial).
2.      Bakteri gram negatif
a.       Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b.      Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
c.       Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
3.      Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan menelan).
4.      Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).

2.1.4        Tanda dan Gejala Bronkopneumonia Disease
1.      Takipnea (nafas cepat)
2.      Saat bernapas terdengar suara ronki
3.      Batuk produktif
4.      Menggigil dan demam
5.      Sianosis area sirkumoral
6.      Gerakan dada tidak simetris
7.      Anoreksia dan Malaise
8.      Gelisah
9.      Fatique
10.  Frekuensi BAB bertambah / harinya

2.1.5        Patofisiologi Bronkopneumonia Disease
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler .
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan, bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40  dan disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
2.1.6        Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia Disease
1.      Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya sebagai berikut:
a.       Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah.
b.      Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
c.       Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru – paru.
d.      Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
2.      Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

2.1.7        Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:
1.      Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
2.      Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
3.      Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
4.      Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

2.1.8        Pencegahan Bronkopneumonia Disease
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:
1.      Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia
2.      Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
3.      Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:
    1. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga
    2. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

2.1.9        Pemeriksaan Penunjang
1.      Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2.      Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
3.      Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4.      Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5.      Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6.      Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
7.      Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8.      Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9.      Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus




2.2    Konsep Asma
2.2.1        Pengertian
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

2.2.2        Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1.      Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2.      Pembengkakan membran bronkus.
3.      Terisinya bronkus oleh mukus yang kental

2.2.3        Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
2.2.4        Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1.      Tingkat I :
a.       Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b.      Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2.      Tingkat II :
a.       Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b.      Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3.      Tingkat III :
a.       Tanpa keluhan.
b.      Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c.       Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4.      Tingkat IV :
a.       Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b.      Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5.      Tingkat V :
a.       Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b.      Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.




2.2.5        Klasifikasi Asma
Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.
Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, latihan fisik, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain alergi juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

2.2.6        Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1.      Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2.      Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3.      Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1.      Pengobatan non farmakologik
a.       Memberikan penyuluhan
b.      Menghindari faktor pencetus
c.       Pemberian cairan
d.      Fisioterapi
e.       Beri O bila perlu

2.      Pengobatan farmakologik
Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a.       Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin). Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b.      Santin (teofilin). Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
1.      Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
2.      Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

2.2.7        Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a.       Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
b.      Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
c.       Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
d.      Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
e.       Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

2.      Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3.      Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
a.       Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
b.      Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch Block)
c.       Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES  atau terjadinya depresi segmen ST negatif.

4.      Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5.      Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.



2.2.8        Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1.      Status asmatikus
adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2.      Atelektasis
adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3.      Hipoksemia
adalah tubuh kekurangan oksigen
4.      Pneumotoraks
adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5.      Emfisema
adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

2.2.9        Pencegahan Serangan Asma pada Anak
1.      Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu diketahui dan diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi faktor pencetus adalah debu rumah. Untuk menghindari pencetus karena debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur anak:
a.       Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan sarung bantal lebih sering. Lebih baik tidak menggunakan karpet di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan memelihara binatang.
b.      Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti, lebih baik jangan makan coklat, kacang tanah atau makanan yang mengandung es, dan makanan yang mengandung zat pewarna.
c.       Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak berada di tempat yang sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya sedang mendung.
2.      Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah raga. namun olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh kembang anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:
a.       Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan percepatan gerak yang mendadak
b.      Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah tidak batuk-batuk, kegiatan diteruskan.
c.       Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan kegiatan perlu minum obat atau menghirup aerosol terlebih dahulu.




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia
A.    Pengkajian
1.      Biodata
a.       Identitas klien
Nama                         : “An.R”
Umur                         : 7 bulan
Jenis kelamin             : Laki – laki
Agama                       : Islam
Alamat                      : Jl R.A. Kartini
Tanggal MRS            : 28 Oktober 2018
Tgl pengkajian           : 28 Oktoer 2018
Diagnosa medis         : Pneumonia
b.      Identitas orang tua
Ayah
Nama                         : “Tn.N”
Umur                         : 28 Thn
Pendidikan                : SD
Pekerjaan                   : Supir mobil
Agama                       : Islam
Alamat                      : Jl R.A. Kartini
Ibu
Nama                         : “Ny.M”
Umur                         : 24 Thn
Pendidikan                : SMP
Pekerjaa                     : Ibu Rumah Tangga
Agama                       : Islam
Alamat                      : Jl R.A. Kartini

c.       Identitas sadara kandung
Klien adalah anak tunggal(tidak mempunyai saudara kandung)
2.      Keluhan utama/ alasan kunjungan
a.       Keluhan utama : Sesak nafas
b.      Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.
3.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.
b.      Riwayat kesehatan masa lalu
Ø  Prenatal care
1)      Pemeriksaan kehamilan: 5kali
2)      Keluhan selama hamil: tidak ada keluhan
3)      Riwayat terkena sinar dan terapi obat: tidak ada
4)      kenaikan berat badan selama hamil: lupa
5)      Imunisasi TT: 2kali
6)      Golongan darah ayah: tidak tahu
7)      Golongan darah ibu: B
Ø  Natal
1)      Tempat melahirkan:di rumah
2)      Lama dan jenis persalinan:spontan
3)      Penolong persalinan:bidan
4)      Cara memudahkan persalinan:tidak ada
5)      Obat perangsang:tidak ada
6)      Komplikasi waktu lahir:tidak ada
Ø  Post natal
1)      Kondisi bayi – BBL: 2,8 kg, PBL: 50 cm
2)      Bayi kemerahan setelah lahir,tidak ada cianosis
Ø  Penyakit yang pernah dialami:demam
Ø  Kecelakaan yamg pernah dialami:tidak ada
Ø  Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya
Ø  Alergi makanan obat-obatan tidak ada
Ø  Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit:tidak pernah
Ø  Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang lainnya sama
c.       Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai darah, yaitu nenek yang tinggal serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti diabetes melitus.
4.      Riwayat Imunisasi
No
Jenis Imunisasi
Waktu Pemberian
Reaksi Setelah Pemberian
1
2
3
4
5
BCG
DPT(I,II.III)
POLIO(I.II.III.IV)
CAMPAK
HEPATITIS(I,II,III)
1bulan
2bln,3bln.4bln
2bln.3bln.4bln,6bln
9bulan (belum dilakukan)
2bln,3bln,4bln
Demam
Tidak ada
Tidak ada
Tiak ada

5.      Riwayat tumbuh kembang
a.       Pertumbuhan fisik
1)      Berat badan baru lahir :2,8 kg
2)      Panjang badan: 50 cm
b.      Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat
1)      Berguling :4bulan
2)      duduk :6bulan
3)      merangkak :7bulan
4)      senyum kepada orang lain pertama kali:2bulan
5)      bicara pertama kali:1bulan
6)      berpakaian tanpa bantuan orang lain:belum bisa
6.      Riwayat nutrisi
a.       Pemberian asi
1)      Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir
2)      cara pemberian:setiap kali bayi menangis
b.      Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini
usia 0 – 6 bulan: ASI
usia 7 bulan : ASI + bubur beras merah
7.      Riwayat psikososial
a.       Anak tunggal
b.      lingkungan berada di kota
c.       rumah dekat dengan masjid
d.      tidak ada tempat bermain
e.       tidak punya kamar sendiri
f.       ada tangga yang berbahaya
g.      anak tidak punya ruang bermain
h.      hubungan antara anggota keluarga harmonis
i.        pengasuh anak adalah ibunya sendiri
8.      Riwayat spiritual
Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.
9.      Reaksi hospitalisasi
a.       Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap
1)      Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya
2)      Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya
3)      Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir
b.      Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.

10.  Aktivitas sehari-hari
a.       Pola makan dan Minum
Pola Makan:
No
Pola makan
Kondisi sebelum sakit
Kondisi selama sakit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Selera makan
Menu makanan
Frekuensi makan
Makanan pantangan
Pembatasan pola makan
Cara makan
Nafsu makan baik
ASI+ bubur beras merah
3x sehari
tidak ada
tidak ada
disuapin
Nafsu makan menurun
sesuai diet
2x sehari
makanan berminyak
tidak ada
disuapin
Pola minum:
Pola minum
Sebelum sakit
Selama sakit
Minuman
Frekuensi
Jumlah masukan
minum ASI + air putih,
 5-6 kali sehari,
± 1000-1500 ml/hari.
minum ASI + air putih,
3-5 kali sehari,
 ± 800-1000 ml/hari.
b.      Pola Eliminasi
BAK
Pola BAK
Sebelum sakit
Selama sakit
Frekuensi BAK
Jumlah keluaran
Bau
Warna
4 – 5 kali sehari,
± 1200cc,
 khas,
jernih.
3 – 4 kali sehari,
± 800 cc,
khas,
jernih.
BAB
Pola BAB
Sebelum sakit
Selama sakit
Frekuensi BAB
Konsistensi
Bau
Warna
2 – 3 kali sehari,
lunak,
khas,
kuning.
1 kali sehari,
 keras,
 khas,
kuning.
c.        



d.      Pola istirahat / tidur
Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Selama sakit
Banyaknya waktu tiudr
Gangguan waktu tidur
±10 jam per hari,
tidak ada.
± 6 jam perhari,
sulit tidur karena sesak nafas
e.       Pola personal higine
Pola personal higyene
Sebelum sakit
Selama sakit
Mandi

Keramas
3 kali sehari ( di mandikan ibu ),
3 kali 1 minggu
2 kali sehari ( di mandikan ibu pakai waslap ),
2 kali 1 minggu.
f.       Pola aktivitas
Sebelum sakit
Selama sakit
bisa bermain
hanya bisa menangis
11.  Pemeriksaan fisik
Keadaan umum                 : Lemah
a.       Tanda-tanda Vital
1)      Tekanan darah       : 100/80 mmHg
2)      Nadi                      : 98 x/Mnt
3)      Suhu                      : 39 ºC
4)      Pernapasan            : 32 x/Mnt
b.      Antropometri
1)      Panjang badan       : 75 cm
2)      Berat badan           : 8 kg
3)      LILA                     : 10 cm
4)      Lingkar kepala       : 30 cm
5)      Lingkar dada         : 35 cm
6)      Lingkar perut         : 40 cm
c.       Sistem pernapasan
1)      Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping hidung, tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
2)      Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.
3)      Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
4)      Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.
5)      clubbing finger : tidak ada.
d.      Sistem cardiovaskuler
1)      Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis kuat, tekanan vena jugularis tidak meninggi.
2)      Suara jantung : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.
3)      Tidak ada bising aorta & Mur-mur.
4)      Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.
e.       Sistem pencernaan
1)      Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.
2)      Abdomen : Hati tidak teraba, Lien & ginjal tidak teraba.
3)      Peristaltik : 30 x/Mnt
f.       Sistem indra
1)      Mata
Ø  Kelopak mata : Tidak edema
Ø  Bulu mata : Menyebar
Ø  Alis : Menyebar
Ø  Mata : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada
2)      Hidung
Ø  Stuktur hidung simetris kiri & kanan, penciuman baik, tidak ada trauma di hidung, mimisan tidak ada
Ø  Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman
3)      Telinga
Ø  Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih, serumen tidak ada.
Ø  Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah suara tersebut.



g.      Sistem Saraf
1)      Fungsi Serebral
Ø  Orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan tidak Di identifikasi
Ø  Kesadaran
-          Eyes : 4
-          Motorik : 6
-          Verbal : 5
-          GCS : 15 (normal 13-15)
2)      Fungsi Cranial
Ø  Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi
Ø  Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi
Ø  Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata tidak diidentifikasi
Ø  Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.
Ø  Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi
Ø  Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat diidentifikasi.
Ø  Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.
Ø  Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi
Ø  Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat diidentifikasi
Ø  Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi
3)      Fungsi motorik
Ø  Massa otot : lemah
Ø  Tonus otot : menurun
Ø  kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat menahan berat dan Tekanan pemeriksa.
4)      Fungsi sensorik
Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat Diiidentifikasi.
5)      Fungsi Cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.
6)      Refleks
Refleks bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+)
7)      Iritasi Meningen
Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.
8)      Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan menggunakan DDST :
Ø  Motorik kasar : duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan
Ø  Motorik halus : mencari benang, menggaruk manik- manik, memindahkan kubus, mengambil 1 kubus
Ø  Bahasa : meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau mama
Ø  Personal sosial : tepuk tangan
h.      Sistem Muskuloskeletal
1)      Kepala
Ø  Bentuk : Normal
Ø  Gerakan : tidak diidentifikasi
2)      Vertebrae
Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis
3)      Pelvis
Klien belum jalan,ortholan barlaw’s tidak dilakukan
4)      Lutut
Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)
5)      Kaki
tidak bergerak.
6)      Tangan
tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse
i.        Sistem Integument
1)      Rambut : hitam,tidak mudah dicabut
2)      kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit menyebar, tidak ada tahi lalat.
3)      Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku pendek dan agak bersih.

j.        Sistem Endokrin
1)      kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
2)      Ekskresi urine berlebihan : tidak ada
3)      Polidipsi dan Poliphagi : tidak ada
4)      Keringat berlebihan : tidak ada
5)      Riwayat air seni dikerumuni semut : tidak ada.
k.      Sistem Perkemihan
Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada.
l.        Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
m.    Sistem Immune
1)      Alergi cuaca tidak ada,alergi debu tidak ada.
2)      Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu
3)      Bicara
Ø  Ekspresive :Klien menangis jika merasakan sakit
Ø  Reseptive : tidak diidentifikasi
12.  Pemeriksaan penunjang
a.       Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit = 450 103/µL
b.      LED = 7 mm/jm
c.       kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan
13.  Penatalaksanaan
a.       Terapi oksigen
b.      Cairan glukosa 10%
c.       Kloramfenikol 250 mg 3X sehari

B.     Analisa Data
No
Data Penunjang
Kemungkinan Penyebab
Masalah
1.
DO:
– Klien nampak sesak
– pernapasan cuping hidung, pernapasan dangkal
– Klien nampak pucat dan cianosis
DS:
– Ibu klien mengatakan anaknya sesak.
Edema antara kapiler dan alveoli
Peningkatan O2 dan Co2 yang berdifusi
Kecepatan difusi gas menurun
Difusi O2 dan Co2 terganggu
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen
 2.

DO:
– Klien nampak batuk berlendir dan beringus.
– terdengar bunyi ronchi, stridor pada lapang paru.
– Pergerakan dada tidak simetris.
– TTV:
T : 100/80   N : 98 X/menit
S : 39 C    P : 32 X/ menit
DS :
– Ibu klien mengatakan anaknya batuk berlendir dan beringus.
– Klien mengatakan dadanya terasa sakit saat batuk.
Pembentukan sel eksudat
Alveoli dibronciolus berisi eksudat eritrosit, fibrin dan bakteri
Penumpukan secret/mucus
Obtruksi jalan nafas
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan mucus dijalan nafas  
3.

DO :
– KU : Lemah
– Suhu : 39 C
DS :
– Klien mengeluh badannya panas.
Stimulus chemoreseptor hipotalamus.
Termoregulator
Peningkatan metabolisme
Hipertermi
4.




DO :
– Porsi makan tidak habis
– Selera makan menurun
– BB : 15 kg  TB : 120 cm
DS :
– Ibu klien mengatakan anaknya malas makan.
– Ibu klien mengatakan porsi makan anaknya tidak dihabiskan.
Kompensasi cadangan lemak yang dipergunakan oleh tubuh
Anoreksia
Nutrisi Kurang dari kebutuhan

C.    Diagnosa Keperawatan
1.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen
2.      jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan mucus dijalan nafas
3.      Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada jaringan parenkim paru
4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia



D.    Intervensi keperawatan
Nama Pasien : An.R
No.Regristasi : 7544
No.
Diagnosa Keperwatan
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dan tidak ada gejala distres pernafasan. Berpartisipasi pada tindakan untuk emaksimalkan oksigenasi.

-      klien tidak sesak nafas
-      tidak sianosis
1.      observasi frekuensi kedalaman dan kemudahan bernafas
2.      tinggikan kepala dan membantu mengubah posisi,nafas dalam
3.      bantu mempertahankan istirahat tdur menggunakan teknik relaksasi
4.      observasi penyimpangan kondisi, mencatat hipotensi, pucat dan sianosis
5.      berikan infus D5 5%
6.      berikan anti inflamasi 3x sehari
1.      mengetahui penyebab gangguan pengiriman oksigen
2.      mempermudah dalam bernafas
3.      memenuhi kebutuhan istirahat tidur
4.      mengetahui kondisi pasien lebih lanjut
5.      5.memberikan nutrisi pasien agar tidak kekurangan glukosa
6.      6. membunuh virus penyebab pneumonia
2
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan mucus dijalan nafas
Menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas.
Tidak mengalami aspirasi.

-      tidak terdapat skret
-      tidak sesak nafas

1.      observasi frekuensi kedalaman dan pergerakan dada
2.      auskultasi area paru
3.      ajarkan atau menjelaskan cara batuk efektif dengan duduk posisi tinggi

1.      mengetahui adanya kelainan pada sistem pernafasan
2.      untuk mendengarkan ada atau tidak nya bunyi tambahan
3.      berguna untuk mengeluarkan sekret

3
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada jaringan parenkim paru
Menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh klien dalam batas normal

-      Badan klien tidak teraba panas.

1.      observasi ttv
2.      anjurkan klien untuk memberi kompres hangat
3.      intruksikan klien untuk banyak minum minimal 1500 ml perhari
1.      mengetahui keadaan pasien
2.      untuk menurunkan suhu tubuh
3.      agar pasien tidak dehidrasi
4
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Menunjukkan peningkatan status gizi klien
-      Nafsu makan klien bertambah
-      Porsi makan dihabiskan
-      Menunjukkan peningkatan berat badan
1.      observasi pemasukan makanan klien
2.      observasi anoreksia,mual dan muntah
3.      berikan makanan sedikit tapi sering
4.      anjurkan ibu klien untuk menghindari pemberian makanan panas atau dingin.
5.      ajarkan ibu melakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
1.      untuk memantau asupan nutrisi pasien
2.      untuk mengetahui kondisi klien
3.      Untuk asuan nutrisi pasien
4.      Agar tidak terjadi peradangan pada tenggorokan pasien
5.      Agar mulut pasien bersih



E.     IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Dx
Tanggal
Implementasi
1.



28 oktober 2018




1.      mengobservasi frekuensi kedalaman dan kemudahan bernafs
2.      meninggikan kepala dan membantu mengubah posisi,nafas dalam
3.      Membantu mempertahankan istirahat tdur menggunakan teknik relaksasi
4.      M engobservasi penyimpangan kondisi, mencatat hipotensi,pucat dan sianosis
5.      Memberikan infus D5 5%
6.      Memberikan anti inflamasi 3x sehari
2.

29 oktober 2018

1.      mengobservasi frekuensi kedalaman dan pergerakan dada
2.      mengauskultasi area paru
3.      mengajarkan atau menjelaskan cara batuk efektif dengan duduk posisi tinggi
3.

30 oktober 2018

1.      mengobservasi ttv
2.      menganjurkan klien untuk memberi kompres hangat
3.      mengintruksikan klien untuk banyak minum minimal 1500 ml perhari
4.
31 oktober 2018


1.      mengobservasi pemasukan makanan klien
2.      mengobservasi anoreksia,mual dan muntah
3.      memberikan makanan sedikit tapi sering
4.      menganjurkan ibu klien untuk menghindari pemberian makanan panas atau dingin.
5.      mengajarkan ibu melakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan

F.     EVALUASI
No
Tanggal
Evaluasi
1.


28 – 10 – 2018


S : Klien mengeluh Sesak
O : Klien masih sesak
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.
2.

29 – 10 – 2018


S : Klien mengeluh masih batuk dan beringus
O : Klien masih batuk
 Pergerakan dada tidak simetris, terdengar bunyi ronchi.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.
3.


30-10-2018



S : ibu Klien mengatakan anaknya badannya masih panas.
O : Badan klien masih teraba panas
Suhu 38 c
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3,4
4.
31-10-2018
S : Ibu klien mengatakan anaknya malas makan
O : Klien malas makan
Klien hanya makan ½ porsi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3, 4, 5




3.2    Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Asma
A.    Pengkajian
1.      Identitas Pasien
Nama                                      : An Sy
Umur                                      : 10 thn
Alamat                                   :
Pekerjaan                                : -
Jenis kelamin                          : laki - laki
Agama                                    : islam

Identitas penanggung Jawab
Nama                                      : Tn. S
Umur                                      : 30 Thn
Pendidikan                             : SMA
Pekerjaan                                : Pedagang
Agama                                    : Islam
Alamat                                   :
Hubungan dengan pasien       : Ayah

2.      Keluhan utama
Badan lemas, nafas sesak, batuk, nyeri dada.

3.      Pemeriksaan Umum :
a.       Keadaan umum                       : baik
b.      Kesadaran                               : composmetis
c.       Tanda                                      : TD: 120/70
d.      Nadi                                        : 110 x/mnt
e.       Suhu                                        : 36 0C
f.       RR                                           : 28 x/mnt
g.      BB sekarang                            : 26 kg

h.      Antropometri :
-          TB (Tinggi Badan)            : 142 cm
-          BB (Berat Badan)             : 26 kg
-          LILA (Lingkar Lengan)    : 18 cm

4.      Pemeriksaan Fisik :
a.       Kepala                : warna rambut hitam, kulit kepala bersih
b.      Muka                  : tidak pucat dan tidak odema
c.       Mata                   : simetris, konjungtiva tidak anemis, kelopak mata tidak oedema, sklera tidak ikterus
d.      Hidung               : tidak ada sekret dan polip
e.       Mulut                 : tidak ada stomatitis, lidah bersih, gusi tidak epulis
f.       Leher                  : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar thyroid
g.      Dada                  : simetris, ada wheezing, ada ronchi
h.      Perut                   : tidak ada kembung tetapi terdapat nyeri tekan
i.        Genetalia            : tidak ada kelainan
j.        Ekstremitas        : simetris, tidak odema, pada tangan kiri terpasang infus D5 16 tetes/menit
k.      Kulit                   : turgor baik

B.     Analisa Data
DATA
ETILOGI
MASALAH
Ds :
-          Ibu pasien mengatakan  sulit bernafas.
-          Ibu pasien mengatakan batuk.
-          Ibu pasien mengatakan pernafasan pasien mengi saat tidur.
Do :
-          Sesak nafas
-          Nafas dangkal
-          Pasien sering mual/muntah
-          Pasien tampak bingung, gelisah.
-          TD: 120/70
-          Nadi  : 110 x/mnt
-          Suhu   : 36 0C
-          RR     : 28 x/mnt
-          BB  : 26 kg
1.      Bronkospasme
2.      Penurunan ekpansi paru
3.      Anoreksia, mual/ muntah
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif
2.      Tidak efektifnya pola nafas
3.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

C.    Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkospasme t/d pernyataan sulit bernapas, bunyi napas tak normal (mengi), batuk.
2.      Tidak efektifnya pola nafas b/d penurunan ekspansi paru t/d gangguan pengembangan dada, bunyi napas tak normal(mengi), batuk.
3.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,mual/muntah t/d penurunan berat badan, kelemahan, keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan.



D.    Rencana Keperawatan
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.



Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkospasme t/d pernyataan sulit bernapas, bunyi napas tak normal (mengi), batuk.


Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam.
Diharpakan
-      Jalan nafas kembali efektif.
-      pasien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang.




1.      Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas.
2.      Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi
3.      Kaji pasien untuk  posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT, duduk pada sandaran TT
4.      Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah.
5.      Bantu tindakan untuk keefektifan memperbaiki upaya batuk.
6.      Berikan air hangat.
7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: Brokondilator

1.      beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, mi;penyebarab koreleks basah, bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi, atau tak adnya bunyi nafas(asma berat).
2.      takipinea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama srets/adanya proses infeksi akut.
3.      peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
4.      batuk dapat menetap tapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan.
5.      penggunaan air hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
6.      merileks kan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan jalan napas, mengi, produksi mukosa.
7.      kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas. Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas.
2.
Tidak efektifnya pola nafas b/d penurunan ekspansi paru t/d gangguan pengembangan dada, bunyi napas tak normal (mengi), batuk.
Setelah dilakukan askep 3x24 jam.
Diharapakan
-      Pola nafas kembali efektif.
-      ekspansi paru mengembang.
-      bunyi napas normal dan bersih.
-      batuk berkurang/hilang.
-      TTV dalam batas normal.
1.      Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernapasan/perlebaran nasal.
2.      Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
3.      Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
4.      Observasi pola batuk dan karakter secret.
5.      Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
6.      Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan
1.      bunyi napas menurun/tidak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap pendarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil.
2.      duduk tinggi memungkinkan ekpensi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
3.      kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi.
4.      dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.
5.      memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.
3.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,mual/muntah t/d penurunan berat badan, kelemahan, keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan.
Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam.
Diharapkan
-      BB stabil dgn nilai lab normal.
-      Tidak mengalalami tanda malnutrisi
-      Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/ataumempertahankan berat badan yg sesuai.
1.      Kaji kebiasaan diet
2.      Aukultasi bunyi usus.
3.      Timbang berat badan dan tinggi badan.
4.      Anjurkan pada ibu klien agar klien hindari dari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
5.      Kolaborasi: Konsul dengan tim gizi/tim pendukung nutrisi. Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
1.      pasien distress pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
2.      penurunan/hiporaktif bising usus menunjukan penurunan motilitas gaster dan konstipasi yang berhubungna dengan pembatasan pemasukan cairan, penurunan aktifitas, dan hipoksemia.
3.      berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
4.      suhu ekstim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
5.      metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/kebutuhuan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dan upaya minimal pasien/penggunaan energi.
6.      menurunkan dispnea dan meningkatkan energy untuk makan meningkatkan masukan.



E.     Implementasi Keperawatan
No. Dx kep
Tgl/jam
Implementasi
1
15-03-18
10.00wib
- Mengkaji auskultasi bunyi nafas
- Memantau frekuensi pernafasan
- Meninggikan kepala dr tempat tidur
- Memberikan obat bronkodilator.
2

15-03-18
11.30wib
-Mengkaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada.
- Mengobservasi pola batuk pasien.
3
15-03-18
12.00wib
- Mengkaji kebiasaan diet pasien.
- Mengkaji auskultasi bunyi usus.
- Menimbang BB dan TB.

F.     Evaluasi Keperawatan
No Dx kep
Tgl/jam
Evaluasi
1














15-03-18
10.00wib













S : Keluarga An Sy mengatakan:
-       Setelah dilakukan kaji auskultasi dan memantau frekuensi pernafasn An Sy merasa diperhatiakn oleh perawat.
-       An Sy dpt merespon dgn baik setiap tindakan yg diberikan oleh perawat.
-       An Sy merasa dgn  posisi kepala lbh tinggi dapat bernapas dengan nyaman.
-       An rz nyaman dan tidur nyenyak setelah diberikan obat.
O : TD: 100/60 mm/hg
      RR: 18 x/menit
      HR: 72x/menit
      TEMP: 37oC
An Sy bunyi nafas kembali normal.
A : TTV normal, batuk berkurang, keadaan umum membaik.
P : Lanjut ke dx selanjutnya.
2





15-03-18
11.30wib





S: Keluarga pasien menga-
    takan:
-       An Sy sudah bernapas dengan normal.
-       An Sy batuk sudah hilang.
O: an Sy sudah bernapas dengan ekpansi paru mengembang.
A: sesak hilang, batuk hilang.
P: Lanjutkan ke dx kep selanjutnya.
3
15-03-18
12.00wib
S: Keluarga An rz mengatakan:
-       an Sy nafsu makan membaik.
-       Bunyi usus 6-12 kali/menit.
O: BB = 30 kg. TB = 143 cm
A: keluarga Sy mengatakan anaknya sudah sangat membaik
P: tidak ada.





BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh : Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas, Pembengkakan membran bronkus dan terisinya bronkus oleh mukus yang kental

4.2    Saran
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia dan asma pada anak utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada anak dengan bronkopneumonia dan asma serta memberikan penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan keluarga perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.




DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh Vidhia Umami. 2006. Jakarta: Erlangga
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan oleh Susan Martin Tucker, et al. 1998. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)