Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Asuhan Keperawatan Reaksi Obat Dan Alergi


Asuhan Keperawatan Reaksi Obat Dan Alergi



BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1    Konsep Dasar Penyakit Alergi
2.1.1        Pengertian
Menurut KBBI, alergi merupakan perubahan reaksi tubuh thd kuman-kuman penyakit atau keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu (zat, makanan, serbuk, keadaan udara, asap, dsb) yang dalam kadar tertentu tidak membahayakan untuk sebagian besar orang
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda asing tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak berbahaya bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit.
Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat biasanya tidak berbahaya di lingkungan.
Hipersensitifitas atau alergi dapat didefinisikan sebagai setiap reaksi imunologi yang menghasilkan kerusakan jaringan dalam individu.
Menurut Van Pirquet (1906) Hipersensitifitas atau alergi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh reaksi imunologik spesifik yang ditimbulkan oleh alergen sehingga terjadi gejala – gejala patologis.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
Alergi merupakan reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau pajanan zat asing (allergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Allergen tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit
Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul akibat reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun factor lingkungan merupakan factor penting, factor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat di abaikan. Adanya alergi terhadap suatu allergen tertentu menunjukan bahwa seseorang pernah terpajan dengan allergen tersebut sebelumnya.
Kesimpulannya suatu alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu. Berlebihan karena bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sessuatu yang tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi disebut "allergens".

2.1.2        Tanda dan Gejala
Gejala klinis alergi biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit, saluran nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa berpindah-pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan dan obat-obatan tertentu bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain bisa menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan atau obat yang satu bisa mempunyai organ sasaran yang lain dengan factor  yang lain, misalnya udang menyebabkan urtikaria, sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Susu sapi bisa menimbulkan gejala alergi pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan anafilaksis. Bischop (1990) mendapatkan pada penderita yang alergi susu sapi : 40% dengan gejala asma, 21% eksema, 43% dengan rinitis. Peneliti lain mendapatkan gejala alergi susu sapi berupa : urtikaria, angionerotik udema, pucat, muntah, diare, eksema dan asma.
Berikut gejala umum dari suatu reaksi alergi terhadap alergen yang terhirup atau kulit meliputi:
1.      Gatal
2.      mata berair
3.      Bersin
4.      hidung beringus
5.      Ruam
6.      Merasa lelah atau sakit
7.      Hives (gatal-gatal dengan bercak merah dibangkitkan)
8.      Eksposur lainnya dapat menyebabkan reaksi alergi yang berbeda:
9.      Alergi makanan : Reaksi alergi terhadap alergen makanan juga bisa menyebabkan kram perut, muntah, atau diare.
10.  Sengatan serangga. Reaksi alergi terhadap sengatan dari lebah atau serangga lain menyebabkan pembengkakan lokal, kemerahan, dan nyeri
11.  Kerasnya reaksi alergi, gejala dapat sangat bervariasi:
12.  Gejala ringan mungkin tidak begitu kentara, hanya membuat Anda merasa sedikit,
13.  Sedang gejala dapat membuat Anda merasa sakit, seolah-olah Anda, mendapat flu atau bahkan dingin.
14.  Parah reaksi alergi sangat tidak nyaman, bahkan melumpuhkan.
15.  Reaksi alergi yang paling parah disebut anafilaksis. Dalam anafilaksis, alergen menyebabkan reaksi alergi seluruh tubuh yang dapat mencakup:
16.  Gatal-gatal dan gatal-gatal di seluruh (bukan hanya di daerah terbuka)
17.  Mengi atau sesak napas
18.  Suara serak atau sesak di tenggorokan
19.  Kesemutan di tangan, kaki, bibir, atau kulit kepala

2.1.3        Etiologi
Alergi menunjuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanda penolakan dari bahan-bahan asing tertentu. Tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistem imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi tersebut disebut allergens. Contoh allergens yaitu serbuk sari, tungau, jamur-jamur, dan makanan-makanan.
Zat yang paling sering menyebabkan alergi adalah serbuk tanaman (jenis rumput tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora, penisilin), seafood, telur, kacang (kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya), susu, jagung dan tepung jagung, sengatan serangga (bulu binatang kecoa dan kutu) dan debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet.
Selain bahan-bahan tersebut penyebab alergi yang sering dijumpai yaitu penggunaanobat-obatan dan zat-zat kimia.
Secara umum penyebab dari terjadinya alergi belum dapat dijabarkan secara jelas namun adapun beberapa factor yang menyebabkan adalah:
1.      Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet, aspirin, debu, bulu binatang, dan lain sebagainya.
2.      Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’ kacang-kacangan. Biasanya reaksi yang ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan rius di sekujur tubuh.
3.      Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang berlebihan.
Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk diidentifikasi meskipun di masa lampau pernah mengalami gejala serupa. Cara lain pengelompokan jenis allergen dapat sebagai berikut:
1.      Didalam Udara Yang Kita Napas
·      Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput liar
·      Tungau
·      Protein-protein binatang: dander, kulit, dan/atau urin
·      Spora-spora jamur
·      Bagian-bagian serangga: kacoa-kacoa
2.      Didalam Apa Yang Kita Makan
·      Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-reaksi alergi adalah susu sapi, ikan, kerang-kerangan, telur-telur, kacang-kacangan, kacang-kacang tumbuhan, kedele, dan gandum.
·      Obat-obatan (ketika diminum): contohnya, antibiotik-antibiotik dan aspirin
3.      Menyentuh kulit Kita
·      Latex (menyebabkan reaksi-reaksi IgE dan non-IgE)
·      Tumbuh-tumbuhan (poison ivy and oak)
·      Zat pewarna (Dyes)
·      Bahan-bahan kimia
·      Logam-logam (nickel)
·      Kosmetik-Kosmetik
4.      Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh
·      Racun serangga
·      Obat-obatan
·      Vaksin-vaksin (termasuk suntikan alergi)
·      Hormon-hormon (contohnya, insulin)

2.1.4        Pohon Masalah
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh zat-zat yang tidak berbahaya, namun berbahaya bagi orang yang menderita alergi. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya tidak menimbulkan reaksi pada orang normal.  Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti kosmetik, logam perhiasan dan jam tangan, dll. Alergi merujuk pada reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu.
1.      Terjadinya alergi:
a.       Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe.
b.      Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan mencapai sel-sel pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid usus,yang pada anak atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak.
c.       Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin mempunyai berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya komplek imun akan menarik netrofil.
d.      Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan kerusakan jaringan yang ditimbulkannya

Pathway
Reaksi Obat Alergi



2.1.5        Faktor Resiko
1.      Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
2.      Genetik berperan dalam alergi . Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
3.      Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban latihan (lari, olah raga).

2.1.6        Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan ”Double Blind Placebo Controlled Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan provokasi terbuka ”Open Challenge”. Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji kulit. Kalau tidak ada perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.
Pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).
1.      Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
2.      IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
3.      Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme linked immuno assay).
4.      Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test), uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan provokasi untuk alergi makanan.

2.2    Konsep Asuhan Keperawatan Alergi
2.2.1        Pengkajian Keperawatan
1.      Anamnesis
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada anamnesis pasien alergi obat adalah:
1)      Catat semua obat yang dipakai pasien, termasuk vitamin,tonikum, dan juga obat yang sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak menimbulkan gejala alergi obat.
2)      Lama waktu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat sampai timbulnya gejala. Pada reaksi anafilaksis gejala timbul segara, tetapi gejala alergi obat baru timbul  7 sampai 10 hari setelah pemakaian pertama.
3)      Cara lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat sebulumnya. Alergi obat sering timbul bila obat diberikan secara berselang-seling, berulang-ulang, serta dosis tinggi secara parenteral.
4)      Manifeatasi klinis alergi obat sering dihubungkan dengan jenis obat tertentu.
5)      Diagnosis alergi obat sangat mungkin, bila gejala menghilang setelah pemberian obat dihentikan dan timbul kembali bila pasien diberikan obat yang sama.
6)      Pemakaian obat topikal (salep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu jalan terjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan.
2.      Pemeriksaan Fisik
1)      Kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas garukan terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor.
2)      Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi.
3)      Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi.
4)      Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease, allergic shiners, allergic facies.
5)      Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring kemerahan, edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta tulang maksila yang menonjol kadang-kadang disebabkan alergi kronik.
6)      Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu pernafasan.
7)      Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah.

2.2.2        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada alergi obat adalah :
1.      Perubahan pola napas berhubungan dengan bronkospasme akibat kontraksi otot polos karena pelepasan histamin ditandai dengan dispneu.
2.      Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit.
3.      Gangguan pola istirahat berhubungan dengan perasaan kulit terbakar, gatal dan nyeri akibat timbulnya urtikaria.
4.      Gangguan integritas kulit  berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.
5.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan lesi atau ruam ad kulit ditndai dengan dermatitis kontak.

2.2.3        Intervensi dan Rasional
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Intervensi
Rasional
1.
Perubahan pola napas berhubungan dengan bronkospasme akibat kontraksi otot polos karena pelepasan histamin ditandai dengan dispneu.

Tujuan :
Dalam waktu 1 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu mempertahankan pola pernafasan efektif.

Kriteria Hasil :
a)      Pasien tidak mengalami sesak nafas. 
b)      Bebas dari tanda dan gejala sesak nafas.
c)      RR pasien normal

a)  Identifikasi  faktor pencetus
Tepat dalam memilih tindakan terapeutik
b) Awasi kesesuaian pola nafas
Kesulitan nafas dan peningkatan tekanan jalan nafas dapat memperburuk kondisi terjadinya komplikasi
c)  Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru adanya bunyi adventisius, misal: krekels, mengi, ronchi
Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi / infeksi pernafasan
d) Berikan periode istirahat yang cukup dientara waktu aktivitas perawatan
Menurunkan konsumsi O2.
e)  Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien kontrol diri dengan nafas lambat atau dalam
Membantu pasien mengalami efek fisiologis hipoksia yang dapat di menifestasikan sebagai rasa takut
Kolaborasi :
a)  Berikan tambahan O2 melalui cara yang sesuai lewat masker, kanul

Mempertahankan ventilasi/ oksige-nasi efektif untuk mencegah/ mem-perbaiki krisis pernafasan
b) Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti bronkodilator, ekspektoran
Mungkin diperlukan untuk meningkatkan / mempertahankan jalan nafas
2.
Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit.

Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam, nyeri menghilang atau berkurang.
Kriteria Hasil :
a)  Melaporkan nyeri berkurang
b) Menunjukkan ekspresi wajah atau postur tubuh rileks.
a)  Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.

nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan
b) Berikan tindakan kenyamanan dasar seperti pijatan pada area yang sakit.
meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan kelelahan umum
c)  Pantau TTV

metode IV sering digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat
d) Berikan analgetik sesuai indikasi.
menghilangkan rasa nyeri
3.
Gangguan pola istirahat berhubungan dengan perasaan kulit terbakar, gatal dan nyeri akibat timbulnya urtikaria.

Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu untuk mentoleransi rasa gatal yang dirasakan

Kriteria Hasil:
a)      pasien melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
b)      mengurangi atau menghilangkan rasa gatal
a)  Berikan bedak pada area yang gatal

Mengurangi pelebaran area yang gatal

b) Beritahu pasien untuk menghindari makanan yang dapat menimbulkan alergi lebih parah
Makanan dapat memperparah gatal

c)  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Untuk lebih mempermudah dalam proses pengobatan


4.
Gangguan integritas kulit  berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.

Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam turgor kulit kembali normal.

Kriteria hasil :
a)     Lesi dan ruam berkurang
b)    Jaringan kulit kembali utuh
a)  Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.
Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
b) Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut.
Menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju, membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi
c)  Jaga kebersihan daerah di sekitar pasien.
Untuk mencegah infeksi
d) Kolaborasi dengan tim medis.
Untuk mencegah infeksi lebih lanjut
5.
Gangguan konsep diri berhubungan dengan lesi atau ruam ad kulit ditandai dengan dermatitis kontak.

Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien dapat meningkatkan integritas diri dan lebih percaya diri
Kriteria Hasil :
a)      mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam menghadapi penyakit
b)      perubahan gaya hidup
a)  Berikan kesempatan mengungkapkan masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.

Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut atau kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung


b) Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keadaan atau keterbatasan
Isyarat verbal atau non verbal oranmg terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
1.  Dukung pasien untuk mengungkapkan aktualisasi dirinya
Ungkapan perasaan pasien dapat mengurangi perasaam cemas

2.2.4        Implementasi Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Intervensi
1.
Perubahan pola napas berhubungan dengan bronkospasme akibat kontraksi otot polos karena pelepasan histamin ditandai dengan dispneu.

Tujuan :
Dalam waktu 1 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu mempertahankan pola pernafasan efektif.

Kriteria Hasil :
a)     pasien tidak mengalami sesak nafas. 
b)    bebas dari tanda dan gejala sesak nafas.
c)     RR pasien normal

Mengidentifikasi  faktor pencetus
mengawasi kesesuaian pola nafas
Mengauskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru adanya bunyi adventisius, misal: krekels, mengi, ronchi
memberikan periode istirahat yang cukup dientara waktu aktivitas perawatan
mempertahankan perilaku tenang, bantu pasien kontrol diri dengan nafas lambat atau dalam
Kolaborasi :
memberikan tambahan O2 melalui cara yang sesuai lewat masker, kanul
memberikan obat-obatan sesuai indikasi seperti bronkodilator, ekspektoran
2.
Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit.
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam, nyeri menghilang atau berkurang.
Kriteria Hasil :
c)  Melaporkan nyeri berkurang
d) Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks
mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.
memberikan tindakan kenyamanan dasar seperti pijatan pada area yang sakit.
memantau TTV
memberikan analgetik sesuai indikasi.
3.
Gangguan pola istirahat berhubungan dengan perasaan kulit terbakar, gatal dan nyeri akibat timbulnya urtikaria.
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu untuk mentoleransi rasa gatal yang dirasakan

Kriteria Hasil:
c)      pasien melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
d)      mengurangi atau menghilangkan rasa gatal
memberikan bedak pada area yang gatal

memberitahu pasien untuk menghindari makanan yang dapat menimbulkan alergi lebih parah

berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
4.
Gangguan integritas kulit  berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.


Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam turgor kulit kembali normal.

Kriteria hasil :
c)     Lesi dan ruam berkurang
d)    Jaringan kulit kembali utuh
mengobservasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.
menggunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut.
menjaga kebersihan daerah di sekitar pasien.
berolaborasi dengan tim medis.
5.
Gangguan konsep diri berhubungan dengan lesi atau ruam ad kulit ditndai dengan dermatitis kontak.

Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien dapat meningkatkan integritas diri dan lebih percaya diri
Kriteria Hasil :
a)      mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam menghadapi penyakit
b)      perubahan gaya hidup
memberikan kesempatan mengungkapkan masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
mendiskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keadaan atau keterbatasan
mendukung pasien untuk mengungkapkan aktualisasi dirinya

2.2.5        Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu:
1.      Masalah pernapasan dapat diatasi, pola napas normal.
2.      Nyeri menghilang atau berkurang dengan berkurangnya reaksi inflamasi pada kulit
3.      Pola istirahat kembali normal dengan berkurang atau menghilangnya rasa gatal dan perasaan terbakar pada kulit
4.      Terjadi peningkatan rasa percaya diri
5.      Lesi dan Ruam pada kulit berkurang atau hilang

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)