MAKALAH
TANDA BAHAYA KALA IV
DAN MANAJEMEN PENATALAKSANAANNYA
Saat
yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum (Kala IV).
Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini
disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV,
pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua
setelah persalinan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Fisiologi Kala IV
B. Pemantauan Kala IV
C. Pemantauan Lanjut Kala IV
D. Tanda-Tanda Bahaya Kala IV
E. Bentuk Tindakan Dalam Kala
IV
F. Prinsip Penjahitan Luka
Episiotomi / Laserasi Perineum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yabg telah cukup bulan atau hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain. Dengan bantuan atau
tanpa bantuan. (mochtar.2002). dengan adanya proses persalinan maka ada
beberapa tanda-tanda bahaya kala IV (nifas). Setelah persalinan ibu-ibu
diharapkan tidak mengalami bahaya kala IV.
Saat yang paling kritis pada ibu
pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk
mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan
biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15
menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah apa saja tanda bahaya kala IV dan bagaimana manajemen
penatalaksanaanya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui tanda bahaya kala IV dan manajemen penatalaksanaanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fisiologi Kala IV
1. Evaluasi Uterus
Setelah kelahiran plasenta,
periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa
plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu
kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus
tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena
itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila
perlu dilakukan Kompresi Bimanual.
2. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Untuk mengetahui apakah ada
tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva.
Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema
dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan
vulvabisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya
trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
a. Derajat pertama: laserasi
mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
b. Derajat kedua: laserasi
mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
c. Derajat ketiga: laserasi
mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
d. Derajat empat: laserasi
mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas
hingga ke rektum. Rujuk segera.
B. Pemantauan Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu
pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk
mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan
biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15
menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan
asuhan yang berupa :
1. Rangsangan taktil (massase)
uterus untuk merangsang kontraksi uterus.
2. Evaluasi tinggi fundus
uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang antara pusat dan
fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
3. Perkirakan darah yang
hilang secara keseluruhan.
4. Pemeriksaan perineum dari
perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi).
5. Evaluasi kondisi umum ibu
dan bayi.
6. Pendokumentasian.
Penilaian Klinik
Kala IV
|
No
|
Penilaian
|
Keterangan
|
1
|
|
Rangsangan
taktil uterus dilakukan untuk
merangsang terjadinya kontraksi uterus yang baik. Dalam hal ini
sangat penting diperhatikan tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus.
|
2
|
Pengeluaran
pervaginam
|
Pendarahan:
Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan yang terjadi normal atau tidak.
Batas normal pendarahan adalah 100-300 ml.
Lokhea: Jika kontraksi uterus kuat, maka lokea tidak lebih dari saat haid.
|
3
|
Plasenta
dan selaput ketuban
|
Periksa
kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya bagian yang tersisa dalam
uterus.
|
4
|
Kandung
kencing
|
Yakinkan
bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk membantu involusio uteri
|
5
|
Perineum
|
Periksa
ada tidaknya luka / robekan pada perineum dan vagina.
|
6
|
Kondisi
ibu
|
Periksa
vital sign, asupan makan dan minum.
|
7
|
|
Apakah
bernafas dengan baik?
Apakah bayi merasa hangat?
Bagaimana pemberian ASI?
|
Diagnosis
|
No
|
Kategori
|
Keterangan
|
1
|
Involusi
normal
|
Tonus
– uterus tetap berkontraksi.
Posisi – TFU sejajar atau dibawah pusat.
Perdarahan – dalam batas
normal (100-300ml).
Cairan – tidak berbau.
|
2
|
Kala
IV dengan penyulit
|
Sub
involusi – kontraksi uterus lemah, TFU diatas pusat.
Perdarahan – atonia,
laserasi, sisa plasenta / selaput ketuban.
|
C. Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam
pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1. Vital sign – Tekanan darah
normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N >100 x/menit (terjadi
masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2. Suhu – S > 38oC
(identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
3. Nadi
4. Pernafasan
5. Tonus uterus dan tinggi
fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek; TFU normal,
sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus,
bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6. Perdarahan – Perdarahan
normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang
banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir,
kontraksi atau kandung kencing).
7. Kandung kencing – Bila
kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
D. Tanda-Tanda Bahaya Kala IV
1. Infeksi Masa Nifas
Setelah persalinan terjadi
beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin
untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu
melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5
oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama.
Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga
menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi
peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan
ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama
dan berturut-turut selama dua hari.
Gambaran Klinis Infeksi Umum
dapat dalam bentuk :
a. Infeksi Lokal
1) Pembengkakan luka
episiotomi.
2) Perubahan warna lokal.
3) Pengeluaran lochia
bercampur nanah.
4) Mobilisasi terbatas karena
rasa nyeri.
5) Temperatur badan dapat
meningkat.
b. Infeksi General
1) Tampak Sakit dan Lemah
2) Temperatur meningkat diatas
39 oC.
3) Tekanan darah dapat menurun
dan nadi meningkat.
4) Pernapasan dapat meningkat
dan napas terasa sesak.
5) Kesadaran gelisah sampai
menurun dan koma.
6) Terjadi gangguan involusi
uterus.
7) Lochia : berbau, bernanah
serta kotor.
Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
a. Persalinan berlangsung lama
sampai terjadi Persalinan Terlantar
b. Tindakan Operasi Persalinan
c. Tertinggalnya plasenta
selaput ketuban dan bekuan darah.
d. Ketuban pecah dini atau
pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.
e. Keadaan yang dapat
menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia
pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit
infeksi.
Terjadinya Infeksi Masa Nifas
a. Manipulasi penolong:
terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang steril
b. Infeksi yang didapat di
rumah sakit (nosokomial).
c. Hubungan seks menjelang
persalinan.
d. Sudah terdapat infeksi
intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih dari enam
jam,terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi).
2. Flegmansia alba dolens.
Merupakan salah satu bentuk
infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala
kliniknya adalah :
a. Terjadi pembengkakan pada
tungkai.
b. Berwarna putih.
c. Terasa sangat nyeri.
d. Tampak bendungan pembuluh
darah.
e. Temperatur badan dapat
meningkat
3. Keadaan abnormal pada psikologis
a. Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama masa nifas
memiliki berbagai bentuk dan variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur normal
sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan. Pada 0 – 3 hari setelah
melahirkan, ibu nifas berada pada puncak kegelisahan setelah melahirkan karena
rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu sulit
beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan
sulit tidur dimalam hari.
Pada 3-10 hari setelah
melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul biasanya disebut dengan 3th day
blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang dilakukan paling banyak
muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah suatu kondisi dimana ibu
memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi
bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada kondisi
dirinya atau bayinya.
Pada 1-12 minggu setelah
melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap normal.
Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya,
misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik perhatian yang
diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.
b. Depresi Pada Masa Nifas
Riset menunjukan 10% ibu
mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak mengalami
perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa
kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi
karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena
sebab-sebab yang kompleks lainnya. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan
menunjukan faktor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya karir ibu karena
harus melahirkan, kurangnya perhatian orang orang terdekat terutama suami dan perubahan
struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara.
4. Perdarahan aktif kala IV
a. Definisi
Haemoragic post partum atau
perdarahan kala IV adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam
pertama setelah lahirnya bayi (Marylin E Dongoes, 2001).
Pada pelepasan plasenta selalu
terjadi perdarahan karena sinus -sinus maternalis di tempat insersinya pada
dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab kontraksi
dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh – pembuluh darah yang terbuka,
sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan
darah. (Sarwono, 2007).
Perdarahan postpartum
didefinisikan sebagai hilangnya darah lebih dari 500 ml dari organ – organ
reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan (ekspulsi atau ekstraksi
plasenta dan ketuban. Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama
dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat – serat otot serta agregasi
trombosit dan thrombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua. Perdarahan
postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama setelah
kala tiga persalinan.
b. Etiologi
Penyebab utama perdarahan post
partum primer :
1) Atonia Uteri (50-60 %)
2) Sisa Plasenta (23-24 %)
3) Retensio Plasenta (16-17 %)
4) Laserasi Jalan Lahir (4-5
%) (Ai Yeyeh, 2010).
Kadang – kadang perdarahan
disebabkan kelainan proses pembekuan darah akibat dari
hipofibrinogenemia(solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus, emboli
air ketuban). Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum, terjadi
perdarahan karena uterus tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan baik
pada batas antara dua bagian tersebut.selanjutnya jika sebagian besar plasenta
telah lahir, tetapi sebagian lain masih melekat dalam dinding uterus, akan
terjadi perdarahan pada masa nifas. (Sarwono, 2007).
c. Penatalaksanaan
Prinsip – prinsip umum : segera
diberikan cairan intravena (biasanya 20-40 unit oksitosin dalam 1000ml larutan
garam fisiologi atau ringer laktat). Dua unit darah dicocok silang pada kasus
dimana transfusi diperlukan. keluaran urine tiap jam membantu pemantauan fungsi
ginjal.
Atonia uteri : infuse oksitosin
intravena dapat ditambahkan dengan ergonovin maleat atau metilergonovin maleat
(0.2 mg) yang diberikan secara intravena atau intramuskuler.fundus uteri di
masase melalui dinding abdomen. Eksploraasi uterus secara manual dianjurkan
untuk memastikan bahwa uterus utuh dan untuk mengangkat setiap fragmen
plasenta. Bila atonia persisten dianjurkan kompresi uterus secara bimanual.
Uterus diangkat ke atas ke luar dari pelvis dan dikompresi diantara satu tangan
pada abdomen dan tangan lain mengepal seperti sebuah tinju dalam vagina.
Elevasi dan kompresi bimanual dipertahankan selama 2- 5 menit.
Prostaglandin intramuskuler
mungkin menguntungkan bagi pasien yang tidak responsive terhadap terapi
konvensional.
Laparotomi harus dipertimbangkan
bila atonia uteri persisten dan pedarahan tak dapat dihentikan. Rupture uteri
yang tidak terdiagnosa dapat merupakan suatu kemungkinan, karean dinding
lateral segmen uterus bagian bawah mungkin sukar dipalpasi pada pemeriksaan
vagina.
Perbaikan uterus, histerektomi,
atau ligasi arteri hipogastrika atau uterine dapat dipilih, tergantung pada
umur pasien, paritas, dan keadaan umum, maupun luasnya trauma.
Tampon uterus dapat dicoba
sebagai ukuran temporer sementara persiapan untuk laparotomi dilakukan. Bila
perdarahan berasal dari tempat plasenta di dalam segmen bawah uterus dimana
kontraksi otot tidak adekuat untuk mencapai hemostasis normal, tampon mungkin
mempunyai nilai khusus. Tampon uterus di tempatkan di dalam segmen bawah
uterus, dengan tampon vagina mengkompresi segmen bawah antara uterus dan tampon
vagina (bahan yang disukai untuk tampon adalah kasa polos dengan lebar 4 inci
dan tebal 6 lapis). Bila perdarahan dapat dikontrol dengan tampon, intervensi
bedah dapat ditunda. Namun, pasien harus diawasi secara hati – hati dan
fasilitas untuk laparatomi darurat harus segera tersedia, karena tampon tidak
dapat berbuat banyak selain menutupi perdarahan aktif yang terus menerus
terkumpul di belakang tampon.(bila tampon berhasil, tampon dibiarkan di tempat
selama 12-24 jam)
Laserasi traktus genitalia :
laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik 00 atau 000. Visualisasi
yang adekuat penting, dan seorang asisten sering diperlukan untuk meretraksi
dinding vagina dengan retractor sudut kanan.
Laserasi serviks : diperbaiki
dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan dengan laserasi dengan
menggunakan forsep cincin. Jahitan berurutan dengan kromik 00 atau 000
dilakukan melalui bagian yang paling mudah dari robekan serviks. Traksi pada
jahitan tersebut dapat membantu dalam menarik apeks laserasi ke bawah. Pembuluh
– pembuluh yang mengeluarkan darah harus diligasi untuk mencegah hematoma
retroperitroneum. Jahitan yang paling penting adalah pada apeks laserasi,
dimana diperlukan perhatian yang cermat untuk memastikan bahwa pembuluh-
pembuluh yang mengalami retraksi tidak terus berdarah. Jahitan terputus atau
kontinu dapat dipakai, tergantung pada waktu perdarahan, tempat perdarahan yang
terlihat dan keinginan operator.
Hemostasis sementara dapat
dicapai dengan memasang forsep cincin di tepi laserasi. Apabila robekan meluas
kedalam segmen bawah uterus atau ligamentum latum, tampon atau forsep cincin
untuk sementara dapat bermanfaat sementara dilakukan persiapan untuk pembedahan
abdomen.
5. Kesulitan dalam menyusui
Menyusui merupakan aktivitas yang
sangat penting bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui, terjadi hubungan
yang erat antara ibu dan anak. Seorang ibu, tentu ingin dapat melaksanakan
aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun, terkadang ada hal-hal yang
mengganggu kenyamanan dalam menyusui.
Berikut ini kami paparkan
masalah-masalah yang sering dialami oleh seorang ibu, sehubungan dengan
menyusui dan cara mengatasinya.
a. Payudara Bengkak
Sekitar hari ketiga atau keempat
sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta
nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak), yang
disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Ini merupakan
tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Jika dalam keadaan tersebut ibu
menghindari menyusui karena alasan nyeri, lalu memberi prelacteal feeding
(makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan
bertambah bengkak atau penuh, karena sekresi ASI terus berlangsung, sementara
bayi tidak disusukan, sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang
mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
b. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki
kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga
kelainan anatomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui. Misalnya,
puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping
kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh
suatu proses, misalnya tumor.
c. Puting Susu Nyeri Dan
Puting Susu Lecet
Puting susu nyeri pada ibu
menyusui, biasanya terjadi karena beberapa sebab diantaranya Posisi bayi saat
menyusu yang salah. Yaitu puting susu tidak masuk ke dalam mulut bayi sampai
pada areola, sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan atau
tekanan terus-menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri
waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
d. Saluran Susu Tersumbat
Saluran susu tersumbat
(obstructive duct), adalah suatu keadaan terjadinya sumbatan pada satu atau
lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui, atau
pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi
payudara bengkak yang berlanjut, yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran
susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini, pada
wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada
perabaannya.
e. Radang Payudara
Radang payudara (mastitis) adalah
infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini
biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi
saluran susu tersumbat. Keadaan ini, biasanya diawali dengan puting susu
lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara, antara lain
kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri, dan
berbenjol-benjol.
f. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang
payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam
payudara tersebut, dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara
lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara
(mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara
seperti ini, maka perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat
tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi
untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlagesik.
g. Air Susu Ibu Kurang
Banyak di kalangan para ibu yang
mengira, bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga
keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat besar.
Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada
ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar. Menilai
kecukupan ASI, sebenarnya bukan dari hal tersebut, tetapi terutama dari berat
badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui benar,
secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui
bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya, maka akan terjadi kenaikan
berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Untuk mengetahui tingkat kenaikan
berat ini, dapat dilihat, misalnya dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi
setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan
bayi sesuai dengan usianya, biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang
tidak mencukupi, sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
h. Bayi Bingung Puting
Istilah bingung puting dipakai
untuk menggambarkan keadaan bayi yang mengalami nipple confusion, karena diberi
susu formula dalam botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Mekanisme menyusu
dan minum dari botol sangat berlainan. Untuk menyusui bayi memerlukan usaha
yang “lebih” dari minum susu dari botol. Saat menyusu pada ibu, bayi
mempergunakan otot-otot pipi, gusi, palatum durum (langit-langit) dan lidah
untuk menarik dan mengurut puting serta areolanya untuk membentuk suatu “dot”,
kemudian ditekan oleh gusi atas dan bawah, sehingga sinus laktiferus tertekan
dan keluarlah ASI. Selanjutnya, dengan gerakan yang teratur ASI diisap dan
ditelan. Tidak demikian ketika bayi mendapat minuman dari botol, sebab dot
mempunyai lubang, sehingga tanpa berusaha keras bayi dapat menelan susu karena
susu dapat terus keluar tanpa diisap.
i. Bayi Enggan Menyusu
Bayi enggan menyusu perlu
mendapat perhatian secara khusus terutama terhadap bayi dengan gumoh, diare,
mengantuk, kuning, dan kejang-kejang. Bayi dengan gejala tersebut perlu dibawa
ke dokter ahli untuk mendapatkan tindakan medis. Selain itu, masih ada penyebab
lain bayi enggan menyusu antara lain Hidung tertutup lendir atau ingus karena
pilek sehingga sulit mengisap/bernafas. Bayi dengan sariawan/moniliasis, nyeri
untuk mengisap. Terlambat dimulainya menyusu waktu di Rumah Sakit karena tidak
dirawat gabung antara ibu dan anak.
j. Bayi Sering Menangis
Menangis merupakan cara bayi
berkomunikasi, sehingga bila bayi sering menangis pasti ada penyebabnya. Kita
perlu mencari penyebabnya agar dapat diambil tindakan tepat. Penyebabnya, bisa
karena bayi lapar, takut, kesepian, bosan, popok basah/kotor, atau karena
sakit. Delapan puluh persen dari penyebab tersebut di atas, dapat ditanggulangi
dengan menyusukan bayi dengan tehnik yang benar. Di samping itu, tentu saja
dengan mengatasi sebab-sebabnya, seperti mengganti popok yang basah, membelai
bayi supaya tenang, dan membawanya ke dokter jika memerlukan penanganan karena
sakitnya.
6. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
Setelah melahirkan, ibu akan
menghadapi berbagai hal yang bisa membuat rasa tidak nyaman. Berbagai hal
tersebut mulai dari kurang tidur, pendarahan nifas, sampai rasa sakit akibat
jahitan baik itu karena Episiotomi ataupun Caesar. Belum lagi terkadang muncul
rasa sakit pada punggung, pinggang, maupun daerah panggul atau bokong, sehingga
membuat ibu merasa sulit atau nyeri ketika berjalan, ketika ingin membalikkan
badan atau ketika ingin bangun dari tidur.
a. Penyebab
Penyebab rasa sakit atau nyeri
punggung, pinggang, dan panggul pasca melahirkan Rasa sakit (nyeri) pada
punggung bagian belakang, pinggang ataupun panggul (bokong) pasca melahirkan
ini sebenarnya masih ada hubungannya dengan rasa nyeri yang ibu alami sewaktu
hamil, terutama pada trimester akhir kehamilan. Rasa nyeri pada punggung dan
sekitarnya saat hamil tua tersebut berkaitan dengan berubahnya titik berat
tubuh ibu hamil, seiring dengan membesarnya rahim dan pertumbuhan janin, titik
berat tubuh cenderung menjadi condong ke depan. Sehingga berakibat Ibu hamil
akan berusaha “menarik” bagian punggung, agar lebih ke belakang, tulang
punggung bagian bawah pun akan lebih melengkung sehingga otot-otot tulang
belakang memendek dan menimbulkan rasa nyeri.
Belum lagi, setelah melahirkan
kondisi ini akan semakin diperparah lagi, karena:
1) Tambahan aktivitas yang
membebani tubuh, padahal otot-otot masih melemah
2) Anestesi Epidural saat
proses persalinan
3) Melahirkan secara Caesar
b. Penatalaksanaan
Berikut bebeberapa cara untuk
meredakan (mengatasi) nyeri pada punggung, pinggang dan panggul pasca
melahirkan, yang bisa ibu lakukan dirumah, diantaranya:
1) Ibu bisa meminta suami
untuk melakukan pemijatan pada area punggung atau pinggang ibu yang terasa
sakit. Dengan begitu tubuh ibu akan mengeluarkan Hormon Endorphin, yaitu hormon
alami yang diproduksi tubuh sebagai penghilang rasa nyeri dan rileksasi yang
paling baik.
2) Melakukan olah raga ringan
seperti Yoga. Yoga pasca melahirkan sangat efektif dalam memperkuat punggung
dan otot. Ibu bisa mengikuti kelas Yoga Postnatal untuk mengembalikan bentuk
tubuh semula dan juga meredakan rasa nyeri di punggung setelah melahirkan.
3) Lakukan kompres hangat atau
dingin pada lokasi yang terasa sakit. Atau bila diperlukan ibu bisa mandi air
hangat untuk melancarkan peredaran darah dan meredakan kekakuan otot didaerah
punggung.
4) Perlu juga diperhatikan
keadaan tempat tidur, jangan terlalu melengkung.
5) Hindari untuk mengangkat
beban berat (kecuali menggendong bayi).
6) Susui bayi dalam posisi
tubuh tegak atau punggung lurus.
7) Jemur punggung pada sinar
matahari di pagi hari, untuk pembentukan vitamin D yang membantu penyerapan
kalsium untuk tulang.
8) Bila rasa nyeri tidak
tertahankan, ibu bisa mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri yang telah diresepkan
oleh Dokter.
E. Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
Tindakan Baik:
1. Mengikat tali pusat.
2. Memeriksa tinggi fundus
uteri.
3. Menganjurkan ibu untuk
cukup nutrisi dan hidrasi.
4. Membersihkan ibu dari
kotoran.
5. Memberikan cukup istirahat.
6. Menyusui segera.
7. Membantu ibu ke kamar
mandi.
8. Mengajari ibu dan keluarga
tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:
1. Tampon vagina – menyebabkan
sumber infeksi.
2. Pemakaian gurita –
menyulitkan memeriksa kontraksi.
3. Memisahkan ibu dan bayi.
4. Menduduki sesuatu yang
panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan
dan menyebabkan dehidrasi.
F. Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum
1. Indikasi Episiotomi
a. Gawat janin
b. Persalinan per vaginam
dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).
c. Jaringan parut (perineum
dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.
2. Tujuan Penjahitan
a. Untuk menyatukan kembali
jaringan yang luka.
b. Mencegah kehilangan darah.
3. Keuntungan Teknik Jelujur
Selain teknik jahit satu-satu,
dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan model jelujur. Adapun
keuntungannya adalah:
a. Mudah dipelajari.
b. Tidak nyeri.
c. Sedikit jahitan.
4. Hal Yang Perlu Diperhatikan
Dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang:
a. Laserasi derajat satu yang
tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan penjahitan.
b. Menggunakan sedikit
jahitan.
c. Menggunakan selalu teknik
aseptik.
d. Menggunakan anestesi lokal,
untuk memberikan kenyamanan ibu.
5. Penggunaan Anestesi Lokal
a. Ibu lebih merasa nyaman
(sayang ibu).
b. Bidan lebih leluasa dalam
penjahitan.
c. Lebih cepat dalam menjahit
perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
d. Trauma pada jaringan lebih
sedikit (mengurangi infeksi).
e. Cairan yang digunakan:
Lidocain 1 %.
6. Tidak Dianjurkan Penggunaan
Lidocain 2 % (konsentrasinya
terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan). Lidocain dengan epinephrine
(memperlambat penyerapan lidocain dan memperpanjang efek kerjanya).
7. Nasehat Untuk Ibu
Setelah dilakukan penjahitan,
bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini berguna agar ibu selalu
menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang diberikan diantaranya:
a. Menjaga perineum ibu selalu
dalam keadaan kering dan bersih.
b. Menghindari penggunaan
obat-obat tradisional pada lukanya.
c. Mencuci perineum dengan air
sabun dan air bersih sesering mungkin.
d. Menyarankan ibu
mengkonsumsi makanan dengan gizi yang tinggi.
e. Menganjurkan banyak minum.
f. Kunjungan ulang dilakukan
1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka jahitan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Infeksi Masa Nifas yaitu
infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun
dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari
pertama dan berturut-turut selama dua hari.
2. Keadaan abnormal pada psikologis
seperti gangguan Psikologi Pada Masa Nifas dan Depresi Pada Masa Nifas
3. Keadaan abnormal pada rahim
seperti Sub involusi uteri, Pendarahan masa nifas sekunder dan Flegmansia alba
dolens.
4. Perdarahan aktif kala IV
yaitu hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya
bayi. Penyebab utama perdarahan post
partum primer : atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta dan laserasi
jalan lahir
5. Kesulitan menyusui bisa
diakibatkan oleh payudara bengkak, kelainan puting susu, puting susu nyeri dan
puting susu lecet, saluran susu tersumbat, radang payudara, abses payudara, air
susu ibu kurang, bayi bingung puting, bayi enggan menyusu dan bayi sering
menangis.
6. Nyeri panggul atau abdomen
yang lebih kram dari uterus biasa
B. Saran
Sebagai seorang bidan, kita harus
bisa mengenali dan mengatahui berbagai macam penatalaksanaan dari tanda bahaya
yang mungkin terjadi pada kala IV persalinan, agar proses persalinan berjalan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Draft, Acuan Pelatihan Pelayanan Dasar Kebidanan. Dep.Kes. RI, 2004,
Asuhan Persalinan Normal, Jakarta.
Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi 2 Jilid 1, EGC, Jakarta.
Pusdiknakes, 2003, Buku 3 Asuhan Intrapartum, Jakarta.
Sarwono, P, 2003, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, YBP SP, Jakarta.
Scoot, J, dkk, 2002, Dandorft Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi,
Cetakan I, Widya Merdeka, Jakarta.
Comments
Post a Comment