Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Alat Kontrasepsi IUD

kti kebidanan



Satuan Acara Penyuluhan (Sap) Alat Kontrasepsi Iud

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “keluarga berkualitas tahun 2016”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.





SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik                           : Alat Kontrasepsi IUD
Subtopik                      : Alat kontrasepsi IUD
Sasaran                        : Ibu post partum dan Ibu menyusui
Pemateri                      :
Waktu                         : 40 Menit
Hari / tanggal              :
Tempat                        :

A.    Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan ibu mampu memahami tentang alat kontrasepsi IUD.

B.     Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan ibu dapat mengetahui tentang :
1.      Pengertian IUD dan Jenis IUD.
2.      Prosedur Pemasangan dan pasca pemasangan
3.      Indikasi dan kontraindikasi IUD
4.      Keuntungan dan kerugian IUD
5.      Efek samping IUD
6.      Waktu pemasangan IUD

C.    Materi
Terlampir

D.    Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
 
E.     Media
1.      Satuan Acara Penyuluhan
2.      Leaflet

F.     Sumber
Subrata, Dkk. 2012. Keluarga Berencana dan kesehatan Reproduksi. Jakarta ; Buku Kedokteranm EGC.
Saefuddin, 2009. Metode dan teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta ; Salemba Medika.
Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta ; rineka cipta.
Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta ; Rineka Cipta.

G.    Kegiatan Penyuluhan
Waktu
Tahap Kegiatan
Kegiatan
Penyuluh
Sasaran
5 Menit
Pendahuluan
1.      Membuka acara dengan mengucapkan salam kepada peserta
2.      Menyampaikan topic, maksud dan tujuan penkes kepada peserta
3.      Kontrak waktu untuk kesepakatan pelaksanaan penkes dengan peserta
1.      Menjawab salam
2.      Mendengarkan penyuluh
3.      Menyetujui kesepakatan waktu pelaksanaan penkes
20 Menit
Kegiatan Inti
Penyuluh menjelaskan tentang :
1.      Pengertian IUD dan Jenis IUD.
2.      Prosedur Pemasangan dan pasca pemasangan
3.      Indikasi dan kontraindikasi IUD
4.      Keuntungan dan kerugian IUD
5.      Efek samping IUD
6.      Waktu pemasangan IUD
Mendengarkan penyuluh menyampaikan semua materi sampai selesai


15 Menit
Evaluasi / Penutup
1.      Tanya Jawab
2.      Memberikan pertanyaan kepada peserta
3.      Menyimpulkan dan mengklarifikasi materi penyuluhan yang telah disampaikan kepada peserta
4.      Menutup acara dan mengucapkan salam serta terimakasih kepada sasaran
1.      Menanyakan yang belum jelas
2.      Menjawab pertanyaan
3.      Mendengarkan
4.      Mendengarkan penyuluh menutup acara dan menjawab salam

H.    Evaluasi
Prosedur               : Post Test
Bentuk                 : Lisan
Jenis                     : Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan :
1.      Apa yang dimaksud dengan IUD ?
2.      Apa saja kerugian dan keuntungan IUD?
3.      Bagaimana cara pengecekan IUD secara mandiri ?
4.      Apa saja efek samping dari IUD ?

I.       Lampiran
METODE ALAT KONTRASEPSI IUD

1.         Pengertian Kontrasepsi  IUD
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan yang bersifat sementara atau menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan alat atau dengan operasi. (Saefuddin, 2009).
IUD (Intra Uterine devices) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukan kedalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu.
IUD (Intra Uterine device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan kedalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. (Subrata, 2012).
Jadi Alat Kontrasepsi IUD merupakan alat yang dimasukan kedalam rahim yang bersifat sementara yang terbuat dari plastik yang lentur dan ada pula yang dililit tembaga yang berntuknya bermacam-macam.

2.         Jenis-jenis IUD
Alat
Masa Penggunaan
Bentuk
Multiload
3 tahun
Batang tegak lurus dengan panjang 3,6 cm ;250mm2 lilitan tembaga mengelilingi batang.
Multiload CU250 Pendek
3 tahun
Batang tegak lurus dengan panjang 2,5 cm;250 mm2 lilitan tembaga mengelilingi batang.
Multiload CU375
5 tahun
375mm2 lilitan tembaga mengelilingi batang.
Flexi-T300
5 tahun
300 mm2 lilitan tempat mengelilingi batang.
Nova T 300
5 tahun
380mm2 lilitan kawat tembaga dengan inti perak mengelilingi batang.
T safe 380 A
8 tahun
380mm2 lilitan mengelilingi batang dan cincin tembaga mengelilingi tiap ujung masing-masing lengan.
GyneFix
5 tahun
IUD tanpa bingkai dengan 6 tabung tembaga dengan panjang masing-masing 5mm dan diameter 2,2mm dengan total 330 mm2 lilitan tembaga mengelilingi batang dan lengan.

3.         Penjelasan Metode
Sebuah IUD dimasukan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. IUD memiliki benang yang menggantung turun kedalam vagina. Yang dapat diperiksa oleh wanita guna memastikan alat tersebut pada posisi yang benar. IUD mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum melalui perubahan tuba falopi dan cairan uterus, ada reaksi terhadap benda asing disertai peningkatan leukosit. Kondisi ini mngurangi kesempatan ovum dan sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Tembaga pada IUD bersifat toksik terhadap sperma dan ovum.( Saefuddin, 2009).

CARA KERJA
·         Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
·         Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
·         AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
·         Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

4.         Prosedur Pemasangan
Sebelum pemasangan, masa menstruasi terakhir diambil untuk menyingkirkan kehamilan yang telah ada, dan test kehamilan bila dibutuhkan. Wanita harus mengosongkan kandung kemih karena akan membuat pemasangan lebih mudah meraba uterus pada abdomen dan lebih nyaman bagi wanita. (Notoatmodjo, 2010).
Selama pemasangan IUD/AKDR, klien anda mungkin menggenggam tangannya dan membuat dirinya merasa nyaman. Sebelum dipasang pemeriksaan bimanual sangat diperlukan untuk memastikan ukuran, posisi dan arah uterus dan huna memeriksa bahwa tidak ada nyeri tekan. (Notoatmodjo, 2010).
Keterampilan dan pengalaman pemasangan akan membantu mengurangi masalah efek samping. Namun bila wanita ingin mendapat anestesi lokal guna mengurangi nyeri atau pernah mengalami pengalaman masa lalui, amak AKDR dapat dipasang dengan memberikan gel lidokain atau blok paraservikal. (Notoatmodjo, 2010).
Pemasangan AKDR dilakukan dengan suatu “tehnik tanpa sentuhan” sehingga harus menggunakan sepasang sarung tangan bersih setelah pemeriksaan bimanual. Spekulum steril dimasukan kedalam vagina dan letak serviks dicari, spekulum ini dibersihkan dengan bol kapan steril dan larutan antiseptik. Sonde uterus dimasukan kedalam uterus melalui saluran serviks untuk mengukur panjang, arah, dan potensi uterus. Tindakan ini dapat menyebabkan kram seperti nyeri menstruasi yang seharusnya berkurang saat sonde uterus dikeluarkan. Serviks dapat distabilkan dengan korsep allis atau tenakulum sehingga AKDR dapat dipasang lebih mudah, hal ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman karena serviks sangta peka. Selanjutnya AKDR dimasukan melalui canalis secvikasli kedalam uiterus. Benang AKDR dipendekan saat telah berada diposisinya dan dilipat keatas kebelakang serviks. Apabila ada masalah dengan pemasangan, klienharus dirujuk ke spesialis AKDR. (Notoatmodjo, 2010).
   Setelah pemasangan, anda harus menganjurkan klien berbaring terlentang dan beristirahat. Analgetik dibutuhkan selama nyeri menstruasi. Handuk santasi harus digunakan sejak awal guna mengurangi resiko infeksi. Klien dapat mengalami pendarahan, ini adalah waktu yang baik untuk mengingatkan tentang masalah awal dan kapan harus kembali. Anda harus mengajariklien anda cara memeriksa benang AKDR dan menganjurkan klien untuk melakukan hal ini setiap menstruasi. (Notoarmodjo, 2010).

5.         Pasca Pemasangan
Setelah pemasangan AKDR, wanita harus dianjurkan datang kembali lebih awal dari janji pertemuan 4-6 minggu bila mereka mengalami tanda-tanda infeksi, karena 20 hari pertama setelah pemasangan adalah masa infeksi paling tinggi. Apabila klien menderita neyri abdomen bawah atau pireksia, ia harus kembali lebih awal. Menganjurkan wanita pantang koitus selama 48 jam merupakan tindakan yang tepat sehingga lendir serviks dapat kembali normal, yang membantu memberi perlindungan dari infeksi yang lebih berat.

6.         Efektifitas
IUD sangat efektif,(efektifitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe multiload dapat dipakai sampai 3 tahun, Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun, Cu T380 A dapat dipakai 8 tahun. Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

7.         Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah :
a.       Usia reproduktif
b.      Keadaan multi para
c.       Mengiginkan kontrasepsi jangka panjang
d.      Perempuan menyususi yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang
e.       Setelah melahirkan dan sedang menyusui
f.       Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g.      Resiko rendah dari IMS
h.      Tidak menghendaki metoda hormonal
i.        Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j.        Tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi hormonal
k.      Gemuk ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat di lakukan oleh dokter ataupun bidan yang telah di latih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus di lakukan setelah pemasangan 1 minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya di lakukan setiap 6 bulan sekali.
AKDR dapat di gunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya :
·         Perokok
·         Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
·         Sedang memakai anti biotik atau anti kejang
·         Gemuk ataupun kurus
·         Sedang menyusui
Begitu juga dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR :
·         Penderita tumor  jinak payudara
·         Penderita kanker payudara
·         Pusing-pusing atau sakit kepala
·         Tekanan darah tinggi
·         Varises di tungkai atau di vulva
·         Penderita penyakit jantung
·         Pernah menderita stroke
·         Penderita diabetes
·         Menderita penyakit hati
·         Malaria

8.         Kontraindikasi
Yang  tidak di perkenankan menggunakan IUD adalah:
a.       Belum pernah melahirkan
b.      Hamil atau di duga hamil
c.       Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim dan kanker rahim
d.      Perdarahan vagina yang tidak di ketahui
e.       Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis,serviksitis)
f.       Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering mengalami abortus septik
g.      Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
h.      Penyakit trofoblas yang ganas
i.        Di ketahui menderita TBC pelvik
j.        Kanker alat genital
k.      Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
l.        Miom submokosum
m.    Sering ganti pasangan  (Notoadmodjo: 2010)
 
9.         Keuntungan   
o   Efektif dengan proteksi jangka panjang
Ø  AKDR dapat epektif segera setelah pemasangan
Ø  Dapat di gunakan setelah menopouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
Ø  Tidak ada interakdi dengan obat-obat
o   Tidak mengganggu hubungan suami istri
Ø  Tidak berpengaruh terhadap ASI
Ø  Kesuburan kembali setelah IUD di angkat
Ø  Epek sampingnya sangat kecil
Ø  Memiliki epek sistemik yang sangat kecil

10.     Kerugian  
o   Menoragie
o   Dismenorea
o   Sedikit peningkatan resiko kehamilan ektopik apabila ada kegagalan IUD
o   Peningkatan resiko infeksi radang panggul
o   IUD terlepas keluar
o   Perforasi uteru, usus dan kandung kemih
o   Malposisi IUD
o   Kehamilan yang di sebabkan oleh pengeluaran perforasi atau malposisi

11.     Efek samping dan komplikasi
Efek samping umum terjadi:
o   Perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan )
o   Haid lebih lama dan banyak
o   Perdarahan (spotting) antar menstruasi
o   Saat haid lebih sakit
a.       Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
b.      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
c.       Tidak baik di gunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD,PRP dapat memicu infertilitas
a.       Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvik di perlukan dalam pemasangan IUD
b.      Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangn IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari
c.       Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri, petugas terlatih yang dapat melepas
d.      Mungkin IUD dapat keluar dari uterus tanpa di ketahui (sering terjadi apabila IUD di pasang segera setelah melahirkan )
e.       Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan
f.       Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu

12.     Waktu  pemasangan
a.       2-4 hari setelah melahirkan
b.      40 hari setelah melahirkan
c.       Setelah terjadinya keguguran
d.      Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 di hitung dari hari pertama haid
e.       Menggantikan metode KB lainnya
f.       Pada akhir masa menstruasi karena servik agak terbuka pada waktu ini setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu hari apabila tidak ada gejala infeksi)

13.     Keadaan  yang memerlukan perhatian khusus
Keadaan
Anjuran
amenorea
periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila di kehendak. Apabila hamil jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat, atau kehamilan lebih dari 3 minggu. Apabila benang tidak terlihat atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan d lepaskan. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR, jelaskan kemungkinan adanya resiko kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan harus lebih di amati dan diperhatikan
kram
Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi dan beri pengobatan yang sesuai. Jika tidak parah dan tidak di temukan penyebabnya,cukup beri analgetik saja. Jika penyebabnya tidak dapat di temukan dan menderita kram berat, cabut AKDR kemudian ganti AKDR baru, atau cari metode kontrasepsi lain
Benang hitam
Periksa apakah klien hamil. Bila tidak hamil dan AKDR masih di tempat, tidak ada tindakan yang perlu di lakukan.
Menderita nyeri kepala atau migrain
Paling sering di temukan pada AKDR yang mengandung progestin. Bila sakitnya berat, rujuk klien dan cabut AKDR, keluhan ringan berikan analgetik
Penyakit jantung
sebaiknya jangan di beri AKDR yang mengandung progestin karena progestin mempengaruhi lipid dan vasokontriksi
Stroke/riwayat stroke
Sebaiknya jang di beri AKDR yang mengandung progestin
Nyeri haid hebat
Dapat di sebabkan oleh AKDR klien perlu di rujuk. Umumnya terjadi pada permulaan pemakaian
Riwayat kehamilan ektopik
Jelaskan pada klien tanda-tanda kehamilan ektopik dan bila ada segera mencari pertolongan di rumah sakit
Gejala penyakit katup jantung
Berikan anti biotik saat insersi AKDR bila anemia (hb<9), ganti dengan metode kontrasepsi lain
14.     Pemantauan  dan petunjuk bagi klien
Klien hendaknya di berikan pendidikan mengenai manfaat dan resiko AKDR. Bila terjadi ekspulsi AKDR dapat kembali di pasang. Pemeriksaan AKDR di lakukan setiap bulan atau bila terdapat keluhan (nyeri, perdarahan, demam, dsb)
·         Kembali memeriksa diri setelah 4-6 minggu pemasangan AKDR
·         Selama bulan pertama mempergunakan AKDR periksalah benang AKDR secara rutin setelah haid
·         Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami
o   Kram/kejang di perut bagian bawah
o   Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah senggama
o   Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual
·         Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila di inginkan
·         Kembali ke klinik apabila
o   Tidak dapat meraba benang AKDR
o   Merasakan bagian benang keras di AKDR
o   AKDR terlepas
o   Siklus terganggu/ meleset
o   Tarjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
o   Adanya infeksi




PENUTUP

Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR/IUD) merupakan alat kontrasepsi yang di pasang dalam rahim yang relatif lebih epektif bila di bandingkan dengan metode pil, suntik, dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari pelastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya spermatozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus di lakukan oleh tenaga medis (dokter/bidan terlatih) dapat di pakai oleh semua perempuan usia reproduktif namun tidak boleh di pakai perempuan yang terpapar IMS. Jenis-jenis IUD yaitu: Copper-T, Copper-7, multi load, lippes loap.
Jadi penulis berharap dengan adanya satuan acara penyuluhan ini masyarakat dapat lebih mengerti mengenai alat kontrasepsi IUD baik dari manfaatnya maupun keefektipannya.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)