Masalah Kesehatan Reproduksi
Dan Cara Penanggulangannya
Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita dan
berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus
pada alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini
terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama
1800 hari. Biarpun pada usia 40 tahun ke atas wanita masih mampu hamil, tetapi
fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan
....................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pelvic Implementary Desease (PID).......................................................... 2
1. Pengertian ........................................................................................... 2
2.
Gejala pelvic
inflammatory deseases................................................... 3
3.
Bentuk-bentuk PID............................................................................. 3
B.
Unawanted Pregnancy
dan Aborsi............................................................ 9
1.
Aborsi.................................................................................................. 9
2. Faktor-faktor
penyebab unwanted pregnancy..................................... 9
3. Pencegahan
unwanted pregnancy....................................................... 9
4. Akibat
unwanted pregnancy dan aborsi bagi remaja........................... 10
5. Bila
kehamilan diakhiri (aborsi)........................................................... 11
6. Penanganan
kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja............. 12
7. Aborsi
di Indonesia............................................................................. 13
8. Aspek
hukum....................................................................................... 14
C.
Hormon
reflancemenet therafi................................................................... 16
1. Konsep-konsep
penduduk usia lanjut.................................................. 16
2. Klimakterium,
Menapouse, Dan Senium Pada Perempuan................. 16
3. Perubahan
endokrin pada menopause................................................. 18
4. Perubahan
pada pramenopause............................................................ 19
5. Kontraindikasi
terapi sulih hormone.................................................... 23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 28
B. Saran.......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
reproduksi (Kespro) mulai dimasukkan dalam Riskesdas 2010 yang hanya memberikan
gambaran nasional dan provinsi. Riskesdas 2013 menyediakan informasi kesehatan
reproduksi baik tingkat nasional, provinsi, bahkan kabupaten/kota (terbatas
untuk indikator tertentu), sehingga provinsi dapat menilai cakupan pelayanan kesehatan
ibu berbasis komunitas sebagai komplemen dari data rutin.
Masa
reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33
tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna
untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih
450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada usia 40
tahun ke atas wanita masih mampu hamil, tetapi fertilitas menurun cepat sesudah
usia tersebut.
Pengetahuan
kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atau
spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para
istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi
kesehatan, dan kesejahteraan meraka.
Untuk
itu, penulis dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan beberapa pengertian
yang mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk khalayak pembaca khususnya para
perempuan. Oleh karena itu penulis mengambil judul pada makalah ini, yaitu “MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN CARA PENANGGULANGANNYA”.
B.
Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang Pelvic
Implementary Desease (PID)
2. Untuk mengetahui tentang Unawanted
Pregnancy dan Aborsi
3. Untuk mengetahui tentang Hormon
reflancemenet therafi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pelvic Implementary Desease (PID)
1.
Pengertian
Adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital
bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba
fallopi ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum mapun secara
hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual.
Mekanisme
Infeksi Menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginecologi
disebabkan oleh bakteri.
a. Gonorhoe
b. Kuman-kuman
lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococuc.
c. Chalamydia,
mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit.
Bentuk-bentuk PID
a. Endomitrisis
b. Endomitris
acut
c. Endrometrisis
kronica
d. Myometrisis
e. Parametrisis
(celulit pelvic).
f. Salpingitis.
g. Salvingitis
dan oovhoritis (adneksitis).
h. Pelvioperitonitis
(perimetrisis).
Faktor
predisposisi penyakit radang panggul:
a. Wanita
tanpa perlindungan kontrasepsi (kondom) dengan seksual aktiv apalagi multi
patner.
b. Pemakai
IUD yang terlalu lama.
c. Berbagai
tindakan medis intra uterin.
2.
Gejala pelvic inflammatory deseases:
a. Tegang
nyeri abdomen bagian bawah.
b. Tegang
nyeri adneksa unilateral dan bilateral.
c. Tegang
nyeri pada pergerakan servik.
d. Tempratur
diatas 30◦c
e. Pengeluaran
cairan servik atau vagina abnormal
f. Peningkatan
C reaktiv protein.
g. Pada
pemeriksaan lender servik dijumpai clamidia terachomatis atau neisseria
gonorhoe
h. Laju
endap darah meningkat.
Diagnosis
banding penyakit radang panggul adalah:
a. Kehamilah
ektopic yang pecah intak
b. Toxis
kista ovarium
c. Appendicitis
acuta.
d. Pervorasi
dan taypus abdominalis.
3.
Bentuk-bentuk PID
a.
Endometritis
Endometritis adalah suatu
peradangan pada endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada
jaringan.
Edometritis paling sering ditemukan
terutama:
1) Setelah
seksio sesarea.
2) Partus
lama atau pecah ketuban yang lama.
Diagnosis banding
Diagnosis banding endometritis
meliputi infeksi traktus urinarius, infeksi pernafasan, septikemia, tromboflebitis
pelvis dan abses pelvis.
Penata laksanaan pada endometritis
1)
pemberian anti biotika
dan drainase yang memadai.
2)
Pemberian cairan intra
vena dan elektrolit.
3)
Penggantian darah.
4)
Tirah balingdan
analgesia.
5)
Tindakan bedah.
Endometritis akut
Pada
endrometritis akut endometrium mengalami
endema dan hiperemi terutama terjadi pada post partum dan post abortus.
Penyebab :
1) Infeksi gonorhoe dan infeksi pada abortus dan partus.
2) Tindakan
yang dilakukan didalam uterus seperti pemasangan IUD, kuretase.
Gejala-gejala :
1) Demam.
2) Lochia
berbau.
3) Lochia
lama berdarah malahan metro rhagia.
4) Kalau
randang tidak menjalar keparametrium atau perimetrium tidak nyeri.
Penatalaksanaan :
Dalam
pengobatan endometritis akut yang paling
penting adalah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar. Adapun
pengobatannya:
1) Uterotonik.
2) Isitirahat,
letak powler.
3) Antibiotika.
Endometritis kronika
Endometritis kronika tidak sering
ditemukan. Pada pemeriksaan microscopic ditemukan banyak sel-sel plasma dan
limposit.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika :
1) Leukorea.
2) Kelainan
haid seperti menorhagie dan metrorhagie.
Pengobatannya
tergantung pada penyebabnya endometritis kronika ditemukan:
1) Pada
tuberkolosis.
2) Pada
sisa-sisa abortus atau partus yang tertinggal.
3) Terdapat
corpus alineum dikavum uteri.
4) Pada
polip uterus dengan infeksi.
5) Pada
tumor ganas uterus.
6) Pada
salpingo ooforitis dan selulitis pelvic.
b.
Myometritis
Biasanya tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari
endometritis, maka gejala-gejala dan terapinya sama dengan endommetritis.
Diagnose hanya dapat dibuat secara patologi anatomis.
c.
Para
metritis (celulit pelvica)
Para metritis yaitu radang dari jaringan longgar
dalam ligamenlatum. Radang ini biasanya unilateral.
Diagnosa
banding
Adnexitis lebih tinggi dan tidak sampai ke dinding panggul : biasanya birateral.
Etiologi
: parametrisis dapat terjadi :
1) Dari
endometritis dengan 3 cara ;
a) Percontinuitatum
: endometritis, metritis, para metritis.
b) Leyempuhogen
c) Hamematogen
: phelbitis, para metritis.
2) Dari
robekan serfik.
Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD).
Gejala :
1)
Suhu tinggi dengan
demam mengigil.
2)
Nyeri unilateral tanpa
gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah, defense dll.
Terapi :
antibiotika.
d.
Salpingitis
akut
Diagnose banding :
kehamilan ektopik, tidak ada demam, KED
tidak tinggi,dan leokositose tidak seberapa. Kalau test kehamilan positif,maka adneksitis dapat
dikesampingkan, tapi
kalau negatif keduanya mungkin.
Appendicitis: tempat nyeri tekan
lebih tinggi (MC burney).
Salpingitis menjalar ke ovarium
sehingga terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi nama adnexitis.
Etilogi
Paling sering disebabkan oleh
gonococcus dan bactery tbc.
Infeksi dapat terjadi sebagai
berikut :
1) Naik
dari cavum uteri.
2) Menjalar
dari alat yang berdekatan seperti dari appendiks yang meradang.
3) Haematogen
terutama salpingitis tuberculosa. Salpingitis biasanya bilateral.
Gejala :
1) Demam
tinggi dengan mengigil.
2) Nyeri
perut kanan kiri bawah, terutama kalau ditekan.
3) Defense
kanan dan kiri atas ligamen pourparet.
4) Mual
dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan peritoneum.
5) Kadang-kadang
ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rectum dan sigmoid.
6) Pada
periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan karena nyeri kiri dan kanan dari
uterus, kadang-kadang ada penebalan dari tuba.
Terapi :
1) Isitrahat,
antibotik broad spectrum dan corticosteroid.
2) Usus
harus kosong.
e.
Pelvioperitonitis
(perimetritis)
Bianya terjadi sebagai lanjutan dari
salpingoophoritis. Kadang-kadang terjadi dari endometritis atau para metritis.
Etiologi
:
1)
GO.
2)
Sepsis (post partum dan
post abortus).
3)
Dari appendicitis.
Pelvioperitonitis
dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-alat dalam rongga panggul
dengan akibat perasaan nyeri atau ileus.
Dapat dibedakan
menjadi 2 bentuk :
1)
Bentuk yang menimbulkan
perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.
2)
Bentuk dengan
pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses.
Pelviumperitonitis
akut
Gejala : nyeri
diperut bagia bawah.
Diagnosa :
Pada
periksa dalam teraba infiltrate dalam cavum Douglasi, tapi kadang-kadang hanya
ada penebalan lipatan cavum Douglasi yang teraba sebagai pinggir yang keras.
Sebagai akibat pelveoperitonitis dapat terjadi douglas abces. Douglas abces ini dapat pecah kedalam rectum atau
kedalam fornix posterior vaginae.
Douglas abses dapat
terjadi :
a. Nanah
yang keluar dari salpingitis purulenta
b. Pyosalping
yang pecah
c. Haematocela
retrouterina yang terinfeksi
d. Abses
ovarium yang pecah
e. Dari
abses appendicular
f. pelveoperitonitis
purulenta
g. perforasi
usus pada typus abdominalis (terutama di Negara yang sedang berkembang).
Gejala :
a.
Demam intermitens ,
pasien mengigil.
b.
Tanesmi ad anum.
Diagnosa :
a. Pada
periksa dalam teraba masa yang kenyal yang berfluktuasi dalam cavum douglasi
dan nyerti tekan.
b. KED
tinggi dan gambaran darah toksis.
Diagnosa banding :
a. Haematocele
retrouterina : terjadi lambat laun dan setelah beberapa laa menjadi keras.
b. Tumor-tumor
retrouterin : biasanya batas-batasnya jelas, kadang-kadang dapat digerakan
c. dalam
palametrium : terletak dalam ligamen sacrouterinum.
Terapi :
a. Antibiotik
bored sepectrum.
b. Istirahat
dalam letak powler.
c. Opiat
untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Infus
untuk mempertahankan balance elektrolit.
e. Dekompresi dengan abott miller tube.
f. Pada
douglas abses dilakukan kolpotomia kosterior, kalau setelah kolpotomi tidak
segara ada perbaikan harus dicari sebab-sebab extra genital, misal perforasi
karena usus typus abdominalis.
B.
Unawanted
Pregnancy dan Aborsi
Unawanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan
yang tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki
adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan
akibat dari perilaku seksual/hubungan seksual baik yang disengaja maupun tidak
disengaja.
1.
Aborsi
Aborsi merupakan
upaya terminasi kehamilan dengan alasan sosial,ekonomi,dan kesehatan.
2.
Faktor-faktor
penyebab unwanted pregnancy
Banyak faktro yang menyebabkan unwanted pregnancy,antara lain:
a. Penundaan
dan peningkatan usia perkawinan,serta semakin dininya usia mensturasi pertama
(menarche).
b. Ketidaktahuan
atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan
kehamilan.
c. Kehamilan
yang diakibatkan oleh pemerkosaan.
d. Persoalan
ekonomi(biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak).
e. Alasan
karir atau masih sekolah(karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang dianggap
dapat menghambat karir atau kegiatan belajar).
f. Kehamilan
karena incest.
3.
Pencegahan
unwanted pregnancy
Unwanted pregnancy dapat dicegah dengan beberapa
langkah,yaitu:
a. Tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. Memanfaatkan
waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolahraga, seni dan keagamaan
c. Hindari
perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual,seperti meraba-raba
tubuh pasangannya dan menonton video porno.
4.
Akibat
unwanted pregnancy dan aborsi bagi remaja
Angka kejadian aborsi di indonesia
diperkirakan mencapai 2,3 juta per tahun,sekitar 750.000 dilakukan oleh remaja.
Program kesehatan reproduksi yang dikembangkan oleh pemerintah hanya untuk yang
sudah menikah dan tidak merujuk pada kebutuhan yang terkait degan informasi
seksualitas,edukasi dan penyediaan pelayanan.
Bermula dari hubungan seks pranikah
atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang tidak diharapkan(KTD). Ada 2 hal
yang bisa dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan kehamilan dan mengakhiri
kehamilan(aborsi). Semua tindakan tersebut membawa dampak baik
fisik,psikis,sosial dan ekonomi.
Bila kehamilan dipertahankan:
a. Risiko
fisik:
Kehamilan pada usia
dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti pendarahan,bahkan bisa
sampai pada kematian.
b. Risiko
psikis atau psikologis.
Ada kemungkinan pihak
perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mau menikah,hal ini juga bisa
mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik karena sama-sama belum
dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orangtua. Selain itu pasangan
muda terutama pihak perempuan akan dibebani oleh berbagai perasaan tidak nyaman
seperti dihantui rasamalu terus-menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain.
Bila tidak ditangani dengan baik, maka
perasaan tesebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.
c. Risiko
sosial
Salah satu risiko
sosial adalah behenti/putus sekolah atau kemauan sendiri dikarenakan rasa malu
atau cuti melahirkan.
Kemungkinan lain
dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak
mentolerir siswi yang hamil.Risiko sosial lain adalah menjadi obyek
pembicaraan,kehilangan masa remaja yamg seharusnya dinikmati dan dianggap buruk
karena melahirkan anak diluar nikah. Di indonesia,melahirkan anak diluar nikah
masih sering menjadi beban orangtua.
d. Risiko
ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan
membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar.
5.
Bila
kehamilan diakhiri (aborsi)
Banyak remaja memilih untuk mengakhiri
kehamilan(aborsi)bila hamil. Jika dinegara
maju akan melegalkan aborsi,bisa dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan
berpengalaman. Di negara kita lebih searing dilakukan dengan cara yang tidak
aman bahkan tidak lazim dan oleh dukun aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif
secara fisik, psikis, dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.
a. Risiko
fisik
Perdarahan dan
komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi yang berulang selain
bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang
dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
b. Risiko
psikis
Pelaku aborasi
seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stres, trauma mengingat proses
aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah,atau dosa akibat aborsi
bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan
kepercayaan diri.
c. Risiko
sosial
Ketergantungan pada
pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa tidak
perawan,pernah mengalami KTD atau aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih
sulit menolak ajakan seksual pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan menjadi
terputus atau masa depan terganggu.
d. Risiko
ekonomi
Biaya aborsi cukup
tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi.
6.
Penanganan
kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja
Saat menemukam kasus unwanted pregnancy pada
remaja,sebagai petugas kesehatan harus :
a. Bersikap
bersahabat dengan remaja.
b. Memberikan
konseling pada remaja dan keluarganya.
c. Apabila
ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila
belum bisa teaarsealesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli.
d. Memberikan
alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja yaitu :
1) Diselesaikan
secara kekeluargaan.
2) Segera
menikah.
3) Konseling
kehamilan,persalinan dan keluarga berencana.
4) Pemeriksaan
kehamilan sesuai standar.
5) Bila
ada gangguan kejiwaan,rujuk ke psikiater.
6) Bila
ada risiko tinggi kehamilan,rujuk ke SpOG.
7) Bila
tidak terselesaikan dengan menikah,anjurkan pada keluarga supaaya menerima
dengan baik.
8) Bila
ingin melakukan aborsi,berikan kenseling risiko aborsi.
7.
Aborsi
di indonesia
Aborsi menjadi masalah
di indonesia karena diperkirakan pertahunnya ada 2,3 juta tindakan aborsi yang
dilakukan. Menurut data yang dilakukan (YKP,20020),aborsi banyak dilakukan oleh
mereka yang sudah menikah(89%),usia produktif anatara 20-29 tahun (51%),dan
belim menikah 11%.
Pelaksanaan tindak
aborsi terbagi menjadi di kota dan di desa. Di kota tindakan aborsi banyak
dilakukan oleh dokter (24-57%),sedangkan didesa oleh dukun(31-47%).
Teknik aborsi yang
digunakan oleh tenaga kesehatan anatra lain adalah dengan obat
prostaglandin,dan tindakan medis seperti kiret isap, kiret tajam dan laminaria.
Sementara yang dilakukan oleh tenaga tradisional dengan jamu,pijat,dan alat
tertentu.
Isu pokok aborsi di
indonesia dan dampaknya
Ada 2 isu pokok aborsi di
indonesia,yaitu masalah aspek legal atau bersifat ilegal dan pelaksana aborsi
yang tidak profesional atau dilakukan oleh tenaga profesional.
Dampak aborsi ilegal ada beberapa
hal,yaitu:
a. Pengawasan
dan pemantauan pada praktek aborsi ilegal tidak dapat diawasi memengaruhi
standarisasi mutu.
b. Obyek
pemerasan memengaruhi biaya`
c. Berhubungan
dengan obyek pemerasan sehingga mengakibatkan biaya
Biaya
tinggi mengakibatkan terhambatnya tindakan aborsi sehingga begitu biaya
terkumpul kehamilan sudah di atas 20 minggu. Bukan lagi pengguguran,tapi
pembunuhan. Hal ini juga yang mengakibatkan pelaku pelaku aborsi menggunakan
tenaga tradisional.
Penggunaan
tenaga tradisional ini juga tidak mungkin bisa dipantau,dan mereka melakukannya
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah pengobatan yang modern.
Kedua
isu ini berpengaruh pada tinggimya angka kematian ibu (AKI), konstribusi antara
15-50%. Artinya dari 10 kehamilan mengalami 1 kematian akibat aborsi,kemataian
karena perdarahan sangat sulit dideteksi apakah itu kemataian murni karena
perdarahan atau karena aborsi. Komplikasi infeksi juga bisa mengakibtakan
perdarahan. Sehingga sebenernya angka dilapangan lebih tinggi`
8.
Aspek
hukum
Dunia internasional hanya memfokuskan perhatiannya pada
aborsi buatan. Aborsi buatan dengan indikasi medis adalah legal. Sedangkan
untuk aborsi buatan atas indikasi non medis terdapat dua pendapat,yaitu legal(pro choice) dan ilegal (pro life).
Pro choice
: dimana kaum ibu diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri
dilegalkan,sedangkan pro life : untuk
alasan apapun dianggap tidak boleh,jadi aborsi adalah ilegal.
Aturan hukum yang di indonesia adalah kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) yamg menyatakan bahwa tindakan aborsi dengan alasan apapun
tidak dibenarkan atau ilegal,baik untuk alasan medis maupun non medis (dapat
dilihat pada pasal 347 ayat 1 dan 2,pasal 348 ayat 1 dan 2,pasal 349). Hal ini
merupakan persoalan besar,karenanya kalangan kesehatan mencoba untuk
memperbaikinya.
Disusunlah Undang-undang Kesehatan no 23 tahun
1992,menyatakan bahwa aborsi legal hanya untuk alasan medis (terdapat pada
pasal 15). Tetapi dalam UU ini masih terdapat kerancuan pada pemgertian
tindakan medis tertentu untuk menyelamatkan jiwa janin (lihat penjelasan pasal
15) pertanyaan yang timbul adalah tidak ada janin yang selamat kalau aborsi
dilakukan.
Langkah pemerintah
Ada beberapa langkah
yang dilaksanakan pemerintah dalam menghadapi persoalan ini,yaitu:
a. Merujuk
pada paradigma sehat,yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati, meningkatkan upaya
pencegahan dengan melakukan pendidikan seks, pendidikan moral dan
agama dan penggunaan alat kontrasepsi secara efektif oleh pasangan suami istri.
b. Mengusahakan
dan meningkatkan pelayanan aborsi yang aman (safe abortion) bukan legalisasi aborsi departemen kesehatan
sebenarnya punya program ini walaupun tidak dilegalisasi. Ijin tidak
dikeluarkan karena dikhawatirkan akan menjadi pembenaraan sehingga dilakukan
tindakan yang berlebihan. Ijin depkes jangan digunakan sebagai kedok karena
memang ijin tersebut tidak bisa melindungi diri dari tanggapan polisi. Hal ini
tidak akan menjadi persoalan kalau dilakukan secara benar dan
hati-hati,mengikuti standar operasional yang berlaku. Namunmasih menghadapi
kendala karena bertentangan dengan hukim/perundang-undang yang bearlaku.
Usaha peningkatan
pelayanan aborsi ini dapat dimulai dilakukan dibebarapa rumah sakit pendidikan
dalam rangka penelitian atau klinik swasta yang tidak mencari keuntungan dengan
persyaratan yang ketat.
c. Memperbaiki
UU no.23/tahun 1992,dengan tujuan utama adalah menghilangkan kerancuan (pada penjelasan tindakan medis tertentu
untuk keselamatan janin),dan memperluas indikasi medis menjadi indikasi
kesehatan. Depkes sudah mencoba secara lintas sektor tapi mengalami deadlock.
Ini pokoknya adalah tidak mengubah UU no.23/1992 tapi pengubahan pada KHUP yang
menjadikan pasal pasal tersebut tidak berlaku. Ini bisa terjadi seperti
mempertontonkan alat kontrasepsi. Pada KHUP dilarang tetapi dapat dibatalkan
atau tidak berlaku.
d. Mengembangkan
pelayanan pasca aborsi (post abortion
care ),dirumah sakit dan puskesmas (masih pilot project).
C.
Hormon
reflancemenet therafi
1.
Konsep-konsep
penduduk usia lanjut
Selain individu seseorang disebut
usia lanjut jika setelah umur 60 tahun
keatas dinegara berkembang atau 65 tahun keatas dinegara maju. Diantara
usia lanjut yang berumur keatas dikelompokan lagi jadi young old (60-69),old
(70-79) tahun dan old-old (80 tahun keatas)
Dari aspek kesehatan,seseorang
dinyatakan sebagai usia lanjut (lderly) jika berusia 60 tahun keatas sedangkan
penduduk yang berusia 60 tahun keatas sedangkan yang berusia antara 49-59 tahun
disebut sebagai praseline. Sehubungan dengan aspek kesehatan,penduduk usia
lanjut secara biologis telah mengalami proses penuaan,dimana terjadi penurunan
daya tubuh pisik yang ditandai dengan semakin rentannya terhadap serangan
berbagai penyakit yang menyebaabkan kematian. Hal ini disebabkan akibat
terjadinya perubahan dalam stuktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ.
Dalam hal ini masalah kesehatan
reproduksi pada usia lanjut terutama dirasakan
perempuan ketika masa suburnya berakhir (menipouse),meskipun laki-laki
mengalami penurunan fungsi reproduksi
2.
Klimakterium,
Menapouse, Dan Senium Pada Perempuan
Menopouse adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid
terakhir. Menopouse terjadi karena penurunan fungsi indung telur sehingga
reproduksi hormon estrogen berkurang yang mengakibatkan terhentinya atau
matinya haid untuk selamanya. Usia terjadinya menopouse sangat bervariasi, dipengaruhui
oleh keturunan, kesehatan umur, dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di
bandung dalam Wignyosastro Hanifa, Saifuddin, Abdul Bari. Rachimhadhi, Trijatmo,
(1994) menunjukan bahwa 50% perempuan Indonesia telah mengalami menopouse pada
usia 48 tahun. Bagi perempuan Indonesia, usia menopouse sekitar 49 tahun pada
tahun 2000.
Menopouse ada hubungannya dengan menarche (haid yang pertama
datang) semakin dini manarche timbul makin dini dan menopouse semakin lambat
terjadi lambat sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang.
Definisi lain yang berkaitan dengan menopouse adalah
klimakterium dan senium
Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi
dan masa senium masa klimakterium sebelum menopouse disebut pramenopouse dan
sesudah menopouse disebut pascamenopouse sulit menentukan awal masa
klimakterium, tetapi berdasarkan kenyataan keadaan endokrine (kadar hormon
estrogen dan kadar hormon gonadotropin meningkat) dan gejala klinis jika ada
maka dapat dikatakan bahwa klimakterium mulai kira0kira 6 tahun sebelum
menopouse. Klimakterium berakhir kira-kira 6-7 tahun.pada saat ini kadar hormon
estrogen telah rendah yang sesuai dengan keadaan senium. Dengan demikian
klimakterium seamanya lebih kurang 1 tahun.
Proses menjadi tua sebenarnya sudah mulai pada usia 40 tahun
jumlah efikel dalam ovarium pada waktu lahir lebih kurang 750.000 buah pada
waktu menopouse tinggal beberapa ribu buah dan falikel yang tersisa ini lebih
resistem dan terhadap rangsangan gonadoptrin. Dengan demikain,siklus ovarium
yang terdiri dalam pertumbuhan folikel,ovulasi kemudian pembentukan korpus
luteum lambat laut berhenti. Pada 25% perempuan usia siklus menstruasi tidak
disertai ovulasi atau onovulatoar .
Senium
Pada masa senium terjadi keseimbangan hormonal yang baru.
Penurunan yang baru penurunan reproduksi hormon estrogen dan kenaikan hormon
gonadoropin yang terjadi pada amsa klimakterium terus berlanjut samapai
kira-kira gangguan vegetatif maupun psiokologis.yang menyolok pada masa ini
adalah kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik.
3.
Perubahan
endokrin pada menopouse
Sebelum menstruasi berhenti (menopouse),telah terjadi
berbagai perubahan pada ovarium yang menyebabkan terganggunya interaksi antara
hipotalamus – hifosis. Pertama-tama yang terjadi adalah terjadinya kegagalan
fungsi korfus leteum di ovarium.
Menopause memberi tanda akan berakhirnya potensi reproduksi
seiring dengan dimulainya kegagalan fungsi kegagalan secara ireversibel.
Simpanan oosit ovarium habis yang menyebabkan terhentinya perkembangan foulikel
dan ovulasi akibatnya adalah:
a. Penurunan
sirkulasi estradiol secara bertahap dan kadar estrogen darah sangat rendah setelah aktivitas ovarium
secara interversibel. Simpanan oosit ovrium hebis yang menyebabkan terhentinya
perkembangan faolikel dan ovilasi adrenalat di jaringan perifer.
b. Peningkatan
sirkulasi gonadrotropin, follicle stimulating hormone (FHS) dan lueteinzing
hormone (LH) Akibat hilangnya efek umpan
balik negatif estrogen
c. Amenore
akibat tidak adanya stimulasi endrometrium oleh hormon sterpoid ovarium
Gambaran klinis dari devinisi
estrogen dapat berupa gangguan neurovegetatif atau sering juga disebut gangguan
vasomotorik, gangguan psikis, gangguan somatik dan gangguan siklus menstruasi.
4.
Perubahan
pada pramenopause
Pemendekan siklus menstruasi
mingkun terjadi meruoakan gambaran paling awal meskipun pada pola menstruasi
ini sangat bervariasi diantara individu. Ovarium secara progresif semakin tidak
berespon tergadap rangsangan gonadrotropin disertai peningkatan konstrasi FSH
yang terdeteksi dalam fase falikel siklus menstruasi. Seiring dengan
mendekatntya periode mestruasi terakhir, bulan-bulan amenore sering diselingi
dengan mendekatnya periode reguler walopun misalnya terjadi pemanjangan siklus.
Siklus yang lama meng-indikasikan tidak adanya ovulasi dan peredaran ovulasi
dan pemdarahan menstruasi berikutny mungkin banyak karena stimulasi yang
berkepanjangan pada endometrium oleh ekstrogen yang tanpa imbangan
Diagnosis
Diagnosis sindrom klimakterium dapat ditegakan berdasarkan
usia klien dan kluhan keluhan-keluhanyang timbul. Diagnosa pasti didasarkan
pada peningkatan kadar FSH serum (lebih dari 30
IU/I menunjukan kadar menopause. Pada awal pramenopause, terjadi
peningkatan FSH yang terdeteksi pada 7 hari pertama siklus. Diagnosis banding
yang perlu dipikirkan adalalah penyakit pembuluh darah, gangguan psikiatrik dan
hipertensi. Gojolak dapat juga disebabkan oleh hipertiroid.
Pengukuran kepala dan
tulang.
Pengukuran kepadatan mineral tulang (bone mineral drnensity
BMD ) dapat dilakukan dengan mesin-mesin sangat akurat, misalnya dual X-ray
absorpitiometry (DXA), dianjurlan sebagai setrategi untyuk menemukan kasus, dan
bukan penapisan populasi, serta untuk penapisan populasi serta untuk menilai
respons terhadap pengobatan tekhnik lain untuk menemukan BMD adalah
ultrasonografi kuantatif tetapi bila hasilnya abnormal harus dengan DXA
Konsekuensi
Kegagalan Ovaroim
Definisi estrogen sebagai akbiat
menurunya fungsi ovarium merupakan penyebab timbulnya gejala-gejala yang
dialami perempuan pada waktu menstruasi terakhir mereka. Gejala yang muncul
dapat bersipat akut ( jangka peeendek), jangka menengah dan jangka panjang
Dampak jangka pendek
a. Gejala
neurovegetatif (gejala vasomotor)
Rasa panas di dada yang menjalar ke wajah (hot
flush). Sering timbul pada malam hari
dan terjadi hanya beberapa menit saja, tetapi kadang-kadang dapat sampai satu
jam. Pada saat gejolak panas, warna kulit di daerah dada, leher dan waja
menjadi kemerahan terasa hangat dalam perabaan. Stress psikis menyebabkan
gejala ini gejala ini timbul lebih sering dan sangat mengganggu. Gajala
vasomotor yang lain adalah keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala,
desing dalam telinga, tekanan darah tidak stabil, berdebar-debar, susah
bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus. Gangguan lain yang dapat timbul adalah gangguan psikis, gangguan
somatic dan gangguan siklus menstruasi.
b. Gangguan
psikologis . penurunan estrogen pada perempuan daopat menyebabkan gangguan
psikologis berupa depresi, kurang percaya diri,tersinggung, sulit
berkonsentrasi, menurunnya daya ingat dan kehilangan gairah seksual, murung,
cemas, merasa tidak berharga, sulit mengambil keputusan. Ganguan kronik akibat
kulit memerah, perasa panas dan banyak keringat berpengaruh banyak terhadap
timbulnya gangguan ini. Hal lain yang mempengaruhi insidensi gejala psikologis
ini adaah keprobadian, sikap terhadap menopause, factor budaya.
Dampak
jangka menengah
a. Antropi
uregenitl:
1)
Kekeringan vagina yang
menyebabkandispareunia, yang kemudian akan menurunkan libido. Vagina terasa
kering dan gatal, mudah luka, sering keputihan, nyeri waktu senggama atau
pendarahan pasca sangama.
2)
Ph vagina meningkat dan
vagina rentan terhadap infeksi bakteri karena terjadi penurunan kolonisasi
laktobasil.
3)
Insidensi disuria,
frekuensi, urgensi, dan inkontinensia miningkat seiring bertambahnya usia dank
arena atrofi serta berkurangnya jaringan di sekitar leher kandung kemih.
b. Perubahan
kulit:
Kulit menjadi tipis, kering dan keriput karena kehilangan
jaringan kolegen dari lapisan dermis kulit, rambut mudah rontok, kuku rapuh,
gigi mudah goyang, dan gusi mudah berdarah, bibir menjadi pecah-pecah serta
rasa sakit dan ngilu di di daerah persendian.
c. Gangguan
mata; mata terasa kering dan kadang-kadang terasa gatal karena terasa gatal
karena produksi air mata berkurang
Dampak jangka panjang
a. Osteoporosis
didefiniskan oleh WHO sebabagai ”penyakit tulang sistemik progresif yang
ditandai oleh berkurangkya massa tulang dan memburuknya mikroarsitektur jaringan
tulanh”. Penyakit ini terjadi secara diam-diam dan makna klinisnya terletak
pada fraktur yang terjadi. Pada perempuan, kepadatan tulang mencapai puncaknya
pada usia pertengahan 30-an dan setelah itu menurun secara perlahan sampai
terjadi akselerasi penurunan pusat masa tulang yang kurang padat dibandingkan
dengan laki-laki dan resiko fraktur osteoporosis seumur hidup lebih dari dua
kali. Osteoporosis umunya terjadi pada
tilang yang berongga seperti paha, tulang lengan bawah, tulang belakang, tulang
leher. Keadaan osteoporosis dipengaruhi Ras, menopause, premature, sosok yang
kecil dan ramping dan dipercepat oleh kurangnya asupan zat kalsium, sinar
matahari, kurang aktivitas fisik dan olahraga, merokok, minum alcohol, dan
gangguan kortikosteroid, misalnya pada penderita asma dan lupus.
b. Penyakit
jantung koroner. Berkurangnya esterogen dapat menurunkan kadar kolestrol baik
(high density lopopteroin, HDL). Yang meningkatkan resiko penyakit jantung
koroner pada perempuan.
c. Kepikunan
(dimensia tipe Alzheimer). Penurunan kadar esterogen juga berpengaruh terhadap
susunan saraf pusat yang menyebabkan sulit berkonsentrasi, kehilangan ingatan
terhadap peristiwa jangka pendek, gelisah, sulit tidur, depresi sampai
kepikunan tipe Alzheimer .
Ø Terapi
1. Terapi
non hormon
a. Obat
anti hipertensi, obat penenang, sudah luas penggunanya pada perempuan dengan
masalah klimakterium
b. Sebagian
perempuan mendapatkan manfaat relaksasi, berolahraga, atau aroma terapi atau
konseling dengan perawat mungkin membantu mengatasi gejala-gejala.
2. Terapi
sulih hormone (THS)
a. Terapi
esterogen. Terapi yang logis pada menopause adalah sulih esterogen, karena
gejala menopause disebabkan oleh devisiensi esterogen. Terapi esterogen dapat
diberikan melalui rute oral, transdermis seperti koyo dan jeli subkutan:
implant, vagina: krim, pesarium tablet dan cincin, sublingual atau intransal.
Pilihan pembraninya tergantung pilihan pasien, walaupun pada umumnya perempuan
memilih pereparat oral karena lebih murah dan dapat diterima. Terapi esterogen
tidak banyak menimbulkan efek samping.
b. Kombinasi
esterogen-progestogen
Pemakaian sulih hormon estrogen tanpa imbangan
secara subtansial meningkatkan resiko kanker endometrium. Penambahan
progestogen kedalam regimen estrogen mengurangi resiko kanker endometrium.
c. Terapi
sulih hormon menstruasi antara lain:
Ø Terapi
sulih hormone kombinasi kontinu
Ø Pemberian
harian secara terus menerus dan progestin menyebabkan atripi
endometrium dan amenore. Obat ini cocok diberikan kepada perempuan yang sudah
tidak dapat menstruasi paling sedikit 1 tahun. Secara komersial tersedia dalam
kalender kombinasi atau dapat diberikan resep estrogen dan progestogen secara
terpisah.
Ø Tibolone
steroid sintetik yang memiliki efek estrogenic, progestegonic dan androgenic.
Diberikan terbatas kepada perempuan yang sudah tidak mengalami menstruasi
paling sedikit satu tahun.
5.
Kontraindikasi
terapi sulih hormone
a. Mutlak:
pada lahan vagina yang tidak dapat dijelaskan, kehamilan, kanker payudara,
penyakit hati aktif berat, penyakit tromboembolus aktif.
b. Relatif
1) Hipertensi:
bila klien ternyata menderita hipertensi(terkendali), dapat diberi THS, tetapi
sebelum THS diberikan harus mendapat obat antihipertensi yang sesuai
2) Riwayat
trombosis vena dalam atau emboiparu. Dalam hal ini perlu evaluasi lengkap dan
sebaiknya dirujuk untuk penapisan trombilipia praterapi dan nasihat spesipik.
3) Penyakit
kadung empedu. Estrogen dapat mengubah komposisi sehingga memudahkan terjadinya
batu empedu. Pemberian yang lebih aman melalui rute nonoral
4) Fibroid
: tumor ini dapat membesar pada pemberian THS dan menyebabkan masalah
perdarahan
5) Endomentriosis
dapat mengalami kekambuhan oleh sulih estrogen tetapi bergantung pada jumlah
residu penyakit. Pemberian progestogen sebahai tambahan dapat mengalami resiko
kekambuhan.
6) Riwayat
infark miokardium(IM) atau cerebrovascular accident (CVA). Setelah tiga bulan
sampai enam bulan berlalu TSH apat diberikan dengan pengawasan tetap.
7) Kanker
TSH tidak menimbulkan efek pada sebagian kanker.
a.
Komplikasi
Terapi Sulih Hormon
Efek samping
estrogen dapat berupa : mual, nyeri tekan payudara dan rasa kembung, keram
tungkai dan migren, biesedangkan efek samping progestogen adalah withdrawal
bleeding bulanan yang teratur dan mungkin banyak, berkepanjangan atau nyeri,
gejalan mirip sindrom premenstruasi berupa lekas merah, depresi, nyeri
payudara, pretense cairan dan rasa kembung.
Pertimbangan Khusus: menurut
(Glasier, Anna, Gebbie, Alisa, 2006).
1) Kanker
payudara menurut penelitian dari( collaborative group on hormonal factors
inbreast cancer, 1997). Tidak diketahui apakah resiko THS meningkat pada mereka
yang memiliki riwayat adanya kanker payudara dalam keluarga atau riwayat
penyakit jinak juga belum ada konsesus mengenai apakah penambahan progestogen
member manfaat atau menambah resiko dalam kaitannya dengan kanker payudara.
2) Teromboembolisme
vena
Beberapa study epidemiologi saat ini memastikan
bahwa terjadi peningkatan dua sampai empat kali lipat resiko tromboembolisme
vena pada perempuan yang mendapat THS
3) Kepatuhan
terhadap terapi
Kurang dari 60% perempuan yang menggunakan THS masih
tetap menggunakannya setelah satu tahun. Kekhawatiran tetap menggunakannya
adalah resiko terhadap kanker payudara, withdrawal
bleeding antara lain menyebabkan perempuan menghentikan THS. Oleh Karen
aitu perempuan menghentikan THS memerlukan bantuan dan dukungan yang baik dari
para penyuluh kesehatan.
b.
Pelaksanaan
klinis
Pengkajian pada
perempuan sebelum terapi sulih hormone
Anamnesis : tanyakan
mengenai riwayat
1) Gejala saat ini yang berkaitan dengan menopause
2) Riwayat
menstruasi dan ginekologis
3) Riwayat
penyakit dahulu, terutama yang berkaitan dengan kontraindikasi untuk pemakaian
THS
4) Riwayat
keluarga terutama kanker payudara, penyakit jantung iskemik dan stroke pada
usia muda serta osteoporosis
5) Riwayat
social pekerjaan, merokok, ada tidanya maslah social dll.
Pemeriksaan
1) Tekanan
darah, penimbangan berat badan
2) Pengetahuan
tentang kewaspadaan akan kesehatan payudara dan pemeriksaan payudara sendiri
3) Bila
ada riwayat medis yang signifikan laukan pemeriksaan payudara dan panggul.
Pemeriksaan
penunjang biasanya tidak di perlukan atau bila di perlukan berdasarkan riwayat
yang telah ditanyakan kepada klien.
Bila
dari riwayat dan pemeriksaan yang dilakukan tidak diperlukan maka THS dapat
diberikan kepada pasien (jenisnya ditentukan oleh dokter atau atas permintaan
pasien dan sesuai untuknya). Pemantaun yang dilakukan setelah pemberian THS
belum ada kesepakatan, tetai berdasarkan perjanjian, kunjungan tindak lanjut
yang pertama biasanya setelah 3 bulan dan setelah itu dapat dilakukan setiap 6
bulan atau lebih sering bila ada masalah. Lama pemakaian : tidak ada aturan
yang pasti. Untuk mengatasi gejala-gejala menopause akut, sebagian besar
pemempuan memerlukan terapi selama 3-5 tahun. Untuk mencegah osteoporosis pada
perempuan usia lanjut, terapi perlu dilanjutkan tanpa batas tetapi harus
dipertimbangkan terhadap resiko kanker payudara. Keputusan bersifat individu,
banyak yang menghentikan terapi TSH tanpa meminta anjuran medis, tetapi banyak
juga yang tidak menghentikannya.
c.
Andropause
pada laki-laki
Penurunan
fungsi reproduksi akibat penurunan kadar hormon testosterone (DHEA,Dhidro-epian
dosteron), hormon pertumbuhan, melatonin dll. Pada laki-laki disebut
andropause, dapat menimbulkan dampak negatif pada laki-laki seperti :
1) Keluhan
seksual : libido atau keinginan seksual berkurang dan gangguan ereksi
2) Kekuatan
otot menurun akibat menurunnya metabolisme protein, oksidasi lemak, peningkatan
timbun dan lemak dan penurunan massa otot dibandingkan dengan umur lebih muda.
3) Osteoporosis
yang dapat diperberat penguna alkohol, penggunaan kortikosteroid, penuaan dan
faktor genetik, osteoporosis pada laki-laki tidak sebanyak pada perempuan.
4) Kepikunan
(demensia tipe Alzheimer). Akibat penurunan kadar testoteron daya ingat dan
fungsi kognitip terpengaruh. Pada kondisi berat terjadi kepikunan.
d.
Cara
menilai adanya andropause
Dengan mengunakan 10
kriteria adam :
1) Penurunan
libido
2) Kekurangan
tenaga atau lemah
3) Penurunan
kekuatan atau ketahanan otot
4) Penurunan
tinggi badan
5) Berkurangnya
kenyamanan dan kesenangan hidup
6) Sedih
dan atau serih marah tanpa sebab yang jelas
7) Berkurangnya
kemampuan ereksi
8) Kemunduran
kemampuan olahraga
9) Tertidur
setelah makan malam
10) Penurunan
kemampuan bekerja.
Jika ada keluhan nomor 1 dan 7 ada
beberapa kombinasi dari 4 atau lebih, maka laki-laki dikatakan sudah andropause
e.
Cara
mencegah dampak negatif andropause
1) Pemeiksaan
kelenjar prostat. Pembesaran kelenjar prostat meningkat pada usia 40 tahun
keatas, dengan gejala sering berkemih, terutama pada malam hari, kemih tidak
lancer atau menetes setelah selesai berkemih, tidak dapat menahan kemih. Jika
diraba ada pembesaran kelenjar prosta.
2) Pemberian
multivitamin untuk mencegah osteoporosis seperti vitamin B,C,E dan D3.
3) Pemberian
kalsium dengan dosis 800-1000 mg/hari dapat mencegah terjadinya osteoporosis.
Tetapi perlu diwaspadai batu saluran kemih akibat timbunan kalsium.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesehatan
reproduksi sangatlah penting untuk diketahui oleh para perempuan bakal calon
ibu ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas
dapat penulis simpulkan bahwa.
Kesehatan
reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Hak
reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan
individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak,
dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk
melakukannya.
B.
Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi
sangatlah penting untuk bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan
laki-laki yang berumah tangga, supaya kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai
dengan sempurna. Oleh kerana itu penulis memberi saran kepada para pihak yang
terkait khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan pengetahuan
dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara sosialisasi,
kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi masyarakat bisa tercapai
dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Pinem saroha, 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Trans
Info Media. Jakarta
Widyastuti,
Yani. Dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya
: Jakarta
Comments
Post a Comment