Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Masalah Kesehatan Reproduksi Dan Cara Penanggulangannya

kti kebidanan




Masalah Kesehatan Reproduksi Dan Cara Penanggulangannya

Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk  memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada usia 40 tahun ke atas wanita masih mampu hamil, tetapi fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut.






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.       Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.      Pelvic Implementary Desease (PID).......................................................... 2
1.      Pengertian ........................................................................................... 2
2.      Gejala pelvic inflammatory deseases................................................... 3
3.      Bentuk-bentuk PID............................................................................. 3
B.       Unawanted Pregnancy dan Aborsi............................................................ 9
1.      Aborsi.................................................................................................. 9
2.      Faktor-faktor penyebab unwanted pregnancy..................................... 9
3.      Pencegahan unwanted pregnancy....................................................... 9
4.      Akibat unwanted pregnancy dan aborsi bagi remaja........................... 10
5.      Bila kehamilan diakhiri (aborsi)........................................................... 11
6.      Penanganan kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja............. 12
7.      Aborsi di Indonesia............................................................................. 13
8.      Aspek hukum....................................................................................... 14
C.       Hormon reflancemenet therafi................................................................... 16
1.      Konsep-konsep penduduk usia lanjut.................................................. 16
2.      Klimakterium, Menapouse, Dan Senium Pada Perempuan................. 16
3.      Perubahan endokrin pada menopause................................................. 18
4.      Perubahan pada pramenopause............................................................ 19
5.      Kontraindikasi terapi sulih hormone.................................................... 23
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan................................................................................................ 28
B.       Saran.......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 29



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kesehatan reproduksi (Kespro) mulai dimasukkan dalam Riskesdas 2010 yang hanya memberikan gambaran nasional dan provinsi. Riskesdas 2013 menyediakan informasi kesehatan reproduksi baik tingkat nasional, provinsi, bahkan kabupaten/kota (terbatas untuk indikator tertentu), sehingga provinsi dapat menilai cakupan pelayanan kesehatan ibu berbasis komunitas sebagai komplemen dari data rutin.
Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk  memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada usia 40 tahun ke atas wanita masih mampu hamil, tetapi fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraan meraka.
Untuk itu, penulis dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan beberapa pengertian yang mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk khalayak pembaca khususnya para perempuan. Oleh karena itu penulis mengambil judul pada makalah ini, yaitu “MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN CARA PENANGGULANGANNYA”.

B.       Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui tentang Pelvic Implementary Desease (PID)
2.      Untuk mengetahui tentang Unawanted Pregnancy dan Aborsi
3.      Untuk mengetahui tentang Hormon reflancemenet therafi
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pelvic Implementary Desease (PID)
1.      Pengertian
Adalah  suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum mapun secara hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual.
Mekanisme Infeksi Menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginecologi disebabkan oleh bakteri.
a.       Gonorhoe
b.      Kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococuc.
c.       Chalamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit.

Bentuk-bentuk PID
a.       Endomitrisis
b.      Endomitris acut
c.       Endrometrisis kronica
d.      Myometrisis
e.       Parametrisis (celulit pelvic).
f.       Salpingitis.
g.      Salvingitis dan oovhoritis (adneksitis).
h.      Pelvioperitonitis (perimetrisis).
Faktor predisposisi penyakit radang panggul:
a.       Wanita tanpa perlindungan kontrasepsi (kondom) dengan seksual aktiv apalagi multi patner.
b.      Pemakai IUD yang terlalu lama.
c.       Berbagai tindakan medis intra uterin.

2.      Gejala pelvic inflammatory deseases:
a.       Tegang nyeri abdomen bagian bawah.
b.      Tegang nyeri adneksa unilateral dan bilateral.
c.       Tegang nyeri pada pergerakan servik.
d.      Tempratur diatas 30◦c
e.       Pengeluaran cairan servik atau vagina abnormal
f.       Peningkatan C reaktiv protein.
g.      Pada pemeriksaan lender servik dijumpai clamidia terachomatis atau neisseria gonorhoe
h.      Laju endap darah meningkat.
Diagnosis banding penyakit radang panggul adalah:
a.       Kehamilah ektopic yang pecah intak
b.      Toxis kista ovarium
c.       Appendicitis acuta.
d.      Pervorasi dan taypus abdominalis.

3.      Bentuk-bentuk PID
a.      Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan pada endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada jaringan.
Edometritis paling sering ditemukan terutama:
1)      Setelah seksio sesarea.
2)      Partus lama atau pecah ketuban yang lama.

Diagnosis banding
Diagnosis banding endometritis meliputi infeksi traktus urinarius, infeksi pernafasan, septikemia, tromboflebitis pelvis dan abses pelvis.
Penata laksanaan pada endometritis
1)      pemberian anti biotika dan drainase yang memadai.
2)      Pemberian cairan intra vena dan elektrolit.
3)      Penggantian darah.
4)      Tirah balingdan analgesia.
5)      Tindakan bedah.
Endometritis akut
Pada  endrometritis akut endometrium mengalami endema dan hiperemi terutama terjadi pada post partum dan post abortus.
Penyebab :
1)      Infeksi  gonorhoe dan infeksi pada abortus dan partus.
2)      Tindakan yang dilakukan didalam uterus seperti pemasangan IUD, kuretase.
Gejala-gejala :
1)      Demam.
2)      Lochia berbau.
3)      Lochia lama berdarah malahan metro rhagia.
4)      Kalau randang tidak menjalar keparametrium atau perimetrium tidak nyeri.
Penatalaksanaan :
Dalam  pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya:
1)      Uterotonik.
2)      Isitirahat, letak powler.
3)      Antibiotika.
Endometritis kronika
Endometritis kronika tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan microscopic ditemukan banyak sel-sel plasma dan limposit.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika :
1)      Leukorea.
2)      Kelainan haid seperti menorhagie dan metrorhagie.
Pengobatannya tergantung pada penyebabnya endometritis kronika ditemukan:
1)      Pada tuberkolosis.
2)      Pada sisa-sisa abortus atau partus yang tertinggal.
3)      Terdapat corpus alineum dikavum uteri.
4)      Pada polip uterus dengan infeksi.
5)      Pada tumor ganas uterus.
6)      Pada salpingo ooforitis dan selulitis pelvic.
b.      Myometritis
Biasanya  tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, maka gejala-gejala dan terapinya sama dengan endommetritis. Diagnose hanya dapat dibuat secara patologi anatomis.
c.       Para metritis (celulit pelvica)
Para  metritis yaitu radang dari jaringan longgar dalam ligamenlatum. Radang ini biasanya unilateral.
Diagnosa banding
Adnexitis  lebih tinggi dan tidak sampai  ke dinding panggul : biasanya birateral.
Etiologi : parametrisis dapat terjadi :
1)      Dari endometritis dengan 3 cara ;
a)      Percontinuitatum : endometritis, metritis, para metritis.
b)      Leyempuhogen
c)      Hamematogen : phelbitis, para metritis.
2)      Dari robekan serfik.
Perforasi  uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD).

Gejala :
1)      Suhu tinggi dengan demam mengigil.
2)      Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah, defense dll.
Terapi : antibiotika.
d.      Salpingitis akut
Diagnose  banding :
kehamilan  ektopik, tidak ada demam, KED tidak tinggi,dan leokositose tidak seberapa. Kalau  test kehamilan positif,maka adneksitis dapat dikesampingkan, tapi kalau negatif keduanya mungkin.
Appendicitis: tempat nyeri tekan lebih tinggi (MC burney).
Salpingitis menjalar ke ovarium sehingga terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi nama adnexitis.
Etilogi
Paling sering disebabkan oleh gonococcus dan bactery tbc.
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1)      Naik dari cavum uteri.
2)      Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari appendiks yang meradang.
3)      Haematogen terutama salpingitis tuberculosa. Salpingitis biasanya bilateral.
Gejala :
1)      Demam tinggi dengan mengigil.
2)      Nyeri perut kanan kiri bawah, terutama kalau ditekan.
3)      Defense kanan dan kiri atas ligamen pourparet.
4)      Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan peritoneum.
5)      Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rectum dan sigmoid.
6)      Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan karena nyeri kiri dan kanan dari uterus, kadang-kadang ada penebalan dari tuba.
Terapi :
1)      Isitrahat, antibotik broad spectrum dan corticosteroid.
2)      Usus harus kosong.
e.       Pelvioperitonitis (perimetritis)
Bianya  terjadi sebagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang-kadang terjadi dari endometritis atau para metritis.
Etiologi :
1)      GO.
2)      Sepsis (post partum dan post abortus).
3)      Dari appendicitis.
Pelvioperitonitis dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-alat dalam rongga panggul dengan akibat perasaan nyeri atau ileus.
Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
1)          Bentuk yang menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembentukan nanah.
2)          Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses.
Pelviumperitonitis akut
Gejala : nyeri diperut bagia bawah.
Diagnosa :
Pada periksa dalam teraba infiltrate dalam cavum Douglasi, tapi kadang-kadang hanya ada penebalan lipatan cavum Douglasi yang teraba sebagai pinggir yang keras. Sebagai akibat pelveoperitonitis dapat terjadi douglas abces. Douglas abces ini dapat pecah kedalam rectum atau kedalam fornix posterior vaginae.
Douglas abses dapat terjadi :
a.       Nanah yang keluar dari salpingitis purulenta
b.      Pyosalping yang pecah
c.       Haematocela retrouterina yang terinfeksi
d.      Abses ovarium yang pecah
e.       Dari abses appendicular
f.       pelveoperitonitis purulenta
g.      perforasi usus pada typus abdominalis (terutama di Negara yang sedang berkembang).
Gejala :
a.         Demam intermitens , pasien mengigil.
b.        Tanesmi ad anum.
Diagnosa :
a.       Pada periksa dalam teraba masa yang kenyal yang berfluktuasi dalam cavum douglasi dan nyerti tekan.
b.      KED tinggi dan gambaran darah toksis.
Diagnosa banding :
a.       Haematocele retrouterina : terjadi lambat laun dan setelah beberapa laa menjadi keras.
b.      Tumor-tumor retrouterin : biasanya batas-batasnya jelas, kadang-kadang dapat digerakan
c.       dalam palametrium : terletak dalam ligamen sacrouterinum.
Terapi :
a.       Antibiotik bored sepectrum.
b.      Istirahat dalam letak powler.
c.       Opiat untuk mengurangi rasa nyeri.
d.      Infus untuk mempertahankan balance elektrolit.
e.       Dekompresi  dengan abott miller tube.
f.       Pada douglas abses dilakukan kolpotomia kosterior, kalau setelah kolpotomi tidak segara ada perbaikan harus dicari sebab-sebab extra genital, misal perforasi karena usus typus abdominalis.

B.       Unawanted Pregnancy dan Aborsi
Unawanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari perilaku seksual/hubungan seksual baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
1.      Aborsi
Aborsi merupakan  upaya terminasi kehamilan dengan alasan sosial,ekonomi,dan kesehatan.
2.      Faktor-faktor penyebab unwanted pregnancy
Banyak faktro yang menyebabkan unwanted pregnancy,antara lain:
a.       Penundaan dan peningkatan usia perkawinan,serta semakin dininya usia mensturasi pertama (menarche).
b.      Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
c.       Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan.
d.      Persoalan ekonomi(biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak).
e.       Alasan karir atau masih sekolah(karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar).
f.       Kehamilan karena incest.
3.      Pencegahan unwanted pregnancy 
Unwanted pregnancy dapat dicegah dengan beberapa langkah,yaitu:
a.       Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b.      Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolahraga, seni dan keagamaan
c.       Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual,seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.

4.      Akibat unwanted pregnancy dan aborsi bagi remaja     
Angka kejadian aborsi di indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta per tahun,sekitar 750.000 dilakukan oleh remaja. Program kesehatan reproduksi yang dikembangkan oleh pemerintah hanya untuk yang sudah menikah dan tidak merujuk pada kebutuhan yang terkait degan informasi seksualitas,edukasi dan penyediaan pelayanan.
Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang tidak diharapkan(KTD). Ada 2 hal yang bisa dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan kehamilan dan mengakhiri kehamilan(aborsi). Semua tindakan tersebut membawa dampak baik fisik,psikis,sosial dan ekonomi.
Bila kehamilan dipertahankan:
a.       Risiko fisik:
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti pendarahan,bahkan bisa sampai pada kematian.
b.      Risiko psikis atau psikologis.
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mau menikah,hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orangtua. Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan dibebani oleh berbagai perasaan tidak nyaman seperti dihantui rasamalu terus-menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka perasaan tesebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.
c.       Risiko sosial
Salah satu risiko sosial adalah behenti/putus sekolah atau kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan.
Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang hamil.Risiko sosial lain adalah menjadi obyek pembicaraan,kehilangan masa remaja yamg seharusnya dinikmati dan dianggap buruk karena melahirkan anak diluar nikah. Di indonesia,melahirkan anak diluar nikah masih sering menjadi beban orangtua.
d.      Risiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar.

5.      Bila kehamilan diakhiri (aborsi)
Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan(aborsi)bila hamil. Jika dinegara maju akan melegalkan aborsi,bisa dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan berpengalaman. Di negara kita lebih searing dilakukan dengan cara yang tidak aman bahkan tidak lazim dan oleh dukun aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis, dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.
a.       Risiko fisik
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
b.      Risiko psikis
Pelaku aborasi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah,atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan kepercayaan diri.
c.       Risiko sosial
Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa tidak perawan,pernah mengalami KTD atau aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu.
d.      Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi.

6.      Penanganan kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja
Saat menemukam kasus unwanted pregnancy pada remaja,sebagai petugas kesehatan harus :
a.       Bersikap bersahabat dengan remaja.
b.      Memberikan konseling pada remaja dan keluarganya.
c.       Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila belum bisa teaarsealesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli.
d.      Memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja yaitu :
1)      Diselesaikan secara kekeluargaan.
2)      Segera menikah.
3)      Konseling kehamilan,persalinan dan keluarga berencana.
4)      Pemeriksaan kehamilan sesuai standar.
5)      Bila ada gangguan kejiwaan,rujuk ke psikiater.
6)      Bila ada risiko tinggi kehamilan,rujuk ke SpOG.
7)      Bila tidak terselesaikan dengan menikah,anjurkan pada keluarga supaaya menerima dengan baik.
8)      Bila ingin melakukan aborsi,berikan kenseling risiko aborsi.
7.      Aborsi di indonesia
Aborsi menjadi masalah di indonesia karena diperkirakan pertahunnya ada 2,3 juta tindakan aborsi yang dilakukan. Menurut data yang dilakukan (YKP,20020),aborsi banyak dilakukan oleh mereka yang sudah menikah(89%),usia produktif anatara 20-29 tahun (51%),dan belim menikah 11%.
Pelaksanaan tindak aborsi terbagi menjadi di kota dan di desa. Di kota tindakan aborsi banyak dilakukan oleh dokter (24-57%),sedangkan didesa oleh dukun(31-47%).
Teknik aborsi yang digunakan oleh tenaga kesehatan anatra lain adalah dengan obat prostaglandin,dan tindakan medis seperti kiret isap, kiret tajam dan laminaria. Sementara yang dilakukan oleh tenaga tradisional dengan jamu,pijat,dan alat tertentu.
Isu pokok aborsi di indonesia dan dampaknya
Ada 2 isu pokok aborsi di indonesia,yaitu masalah aspek legal atau bersifat ilegal dan pelaksana aborsi yang tidak profesional atau dilakukan oleh tenaga profesional.
Dampak aborsi ilegal ada beberapa hal,yaitu:
a.       Pengawasan dan pemantauan pada praktek aborsi ilegal tidak dapat diawasi memengaruhi standarisasi mutu.
b.      Obyek pemerasan memengaruhi biaya`
c.       Berhubungan dengan obyek pemerasan sehingga mengakibatkan biaya
Biaya tinggi mengakibatkan terhambatnya tindakan aborsi sehingga begitu biaya terkumpul kehamilan sudah di atas 20 minggu. Bukan lagi pengguguran,tapi pembunuhan. Hal ini juga yang mengakibatkan pelaku pelaku aborsi menggunakan tenaga tradisional.
Penggunaan tenaga tradisional ini juga tidak mungkin bisa dipantau,dan mereka melakukannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah pengobatan yang modern.
Kedua isu ini berpengaruh pada tinggimya angka kematian ibu (AKI), konstribusi antara 15-50%. Artinya dari 10 kehamilan mengalami 1 kematian akibat aborsi,kemataian karena perdarahan sangat sulit dideteksi apakah itu kemataian murni karena perdarahan atau karena aborsi. Komplikasi infeksi juga bisa mengakibtakan perdarahan. Sehingga sebenernya angka dilapangan lebih tinggi`

8.      Aspek hukum         
Dunia internasional hanya memfokuskan perhatiannya pada aborsi buatan. Aborsi buatan dengan indikasi medis adalah legal. Sedangkan untuk aborsi buatan atas indikasi non medis terdapat dua pendapat,yaitu legal(pro choice) dan ilegal (pro life).
Pro choice : dimana kaum ibu diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri dilegalkan,sedangkan pro life : untuk alasan apapun dianggap tidak boleh,jadi aborsi adalah ilegal.
Aturan hukum yang di indonesia adalah kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yamg menyatakan bahwa tindakan aborsi dengan alasan apapun tidak dibenarkan atau ilegal,baik untuk alasan medis maupun non medis (dapat dilihat pada pasal 347 ayat 1 dan 2,pasal 348 ayat 1 dan 2,pasal 349). Hal ini merupakan persoalan besar,karenanya kalangan kesehatan mencoba untuk memperbaikinya.
Disusunlah Undang-undang Kesehatan no 23 tahun 1992,menyatakan bahwa aborsi legal hanya untuk alasan medis (terdapat pada pasal 15). Tetapi dalam UU ini masih terdapat kerancuan pada pemgertian tindakan medis tertentu untuk menyelamatkan jiwa janin (lihat penjelasan pasal 15) pertanyaan yang timbul adalah tidak ada janin yang selamat kalau aborsi dilakukan.
Langkah pemerintah                  
Ada beberapa langkah yang dilaksanakan pemerintah dalam menghadapi persoalan ini,yaitu:
a.       Merujuk pada paradigma sehat,yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati, meningkatkan upaya pencegahan dengan melakukan pendidikan seks, pendidikan moral dan agama dan penggunaan alat kontrasepsi secara efektif oleh pasangan suami istri.
b.      Mengusahakan dan meningkatkan pelayanan aborsi yang aman (safe abortion) bukan legalisasi aborsi departemen kesehatan sebenarnya punya program ini walaupun tidak dilegalisasi. Ijin tidak dikeluarkan karena dikhawatirkan akan menjadi pembenaraan sehingga dilakukan tindakan yang berlebihan. Ijin depkes jangan digunakan sebagai kedok karena memang ijin tersebut tidak bisa melindungi diri dari tanggapan polisi. Hal ini tidak akan menjadi persoalan kalau dilakukan secara benar dan hati-hati,mengikuti standar operasional yang berlaku. Namunmasih menghadapi kendala karena bertentangan dengan hukim/perundang-undang yang bearlaku.
Usaha peningkatan pelayanan aborsi ini dapat dimulai dilakukan dibebarapa rumah sakit pendidikan dalam rangka penelitian atau klinik swasta yang tidak mencari keuntungan dengan persyaratan yang ketat.
c.       Memperbaiki UU no.23/tahun 1992,dengan tujuan utama adalah menghilangkan kerancuan  (pada penjelasan tindakan medis tertentu untuk keselamatan janin),dan memperluas indikasi medis menjadi indikasi kesehatan. Depkes sudah mencoba secara lintas sektor tapi mengalami deadlock. Ini pokoknya adalah tidak mengubah UU no.23/1992 tapi pengubahan pada KHUP yang menjadikan pasal pasal tersebut tidak berlaku. Ini bisa terjadi seperti mempertontonkan alat kontrasepsi. Pada KHUP dilarang tetapi dapat dibatalkan atau tidak berlaku.
d.      Mengembangkan pelayanan pasca aborsi (post abortion care ),dirumah sakit dan puskesmas (masih pilot project).


C.      Hormon reflancemenet therafi
1.      Konsep-konsep penduduk usia lanjut
Selain individu seseorang disebut usia lanjut jika setelah umur 60 tahun  keatas dinegara berkembang atau 65 tahun keatas dinegara maju. Diantara usia lanjut yang berumur keatas dikelompokan lagi jadi young old (60-69),old (70-79) tahun dan old-old (80 tahun keatas)
Dari aspek kesehatan,seseorang dinyatakan sebagai usia lanjut (lderly) jika berusia 60 tahun keatas sedangkan penduduk yang berusia 60 tahun keatas sedangkan yang berusia antara 49-59 tahun disebut sebagai praseline. Sehubungan dengan aspek kesehatan,penduduk usia lanjut secara biologis telah mengalami proses penuaan,dimana terjadi penurunan daya tubuh pisik yang ditandai dengan semakin rentannya terhadap serangan berbagai penyakit yang menyebaabkan kematian. Hal ini disebabkan akibat terjadinya perubahan dalam stuktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ.
Dalam hal ini masalah kesehatan reproduksi pada usia lanjut terutama dirasakan  perempuan ketika masa suburnya berakhir (menipouse),meskipun laki-laki mengalami penurunan fungsi reproduksi
2.      Klimakterium, Menapouse, Dan Senium Pada Perempuan
Menopouse adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Menopouse terjadi karena penurunan fungsi indung telur sehingga reproduksi hormon estrogen berkurang yang mengakibatkan terhentinya atau matinya haid untuk selamanya. Usia terjadinya menopouse sangat bervariasi, dipengaruhui oleh keturunan, kesehatan umur, dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di bandung dalam Wignyosastro Hanifa, Saifuddin, Abdul Bari. Rachimhadhi, Trijatmo, (1994) menunjukan bahwa 50% perempuan Indonesia telah mengalami menopouse pada usia 48 tahun. Bagi perempuan Indonesia, usia menopouse sekitar 49 tahun pada tahun 2000.
Menopouse ada hubungannya dengan menarche (haid yang pertama datang) semakin dini manarche timbul makin dini dan menopouse semakin lambat terjadi lambat sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang.
Definisi lain yang berkaitan dengan menopouse adalah klimakterium dan senium
Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium masa klimakterium sebelum menopouse disebut pramenopouse dan sesudah menopouse disebut pascamenopouse sulit menentukan awal masa klimakterium, tetapi berdasarkan kenyataan keadaan endokrine (kadar hormon estrogen dan kadar hormon gonadotropin meningkat) dan gejala klinis jika ada maka dapat dikatakan bahwa klimakterium mulai kira0kira 6 tahun sebelum menopouse. Klimakterium berakhir kira-kira 6-7 tahun.pada saat ini kadar hormon estrogen telah rendah yang sesuai dengan keadaan senium. Dengan demikian klimakterium seamanya lebih kurang 1 tahun.
Proses menjadi tua sebenarnya sudah mulai pada usia 40 tahun jumlah efikel dalam ovarium pada waktu lahir lebih kurang 750.000 buah pada waktu menopouse tinggal beberapa ribu buah dan falikel yang tersisa ini lebih resistem dan terhadap rangsangan gonadoptrin. Dengan demikain,siklus ovarium yang terdiri dalam pertumbuhan folikel,ovulasi kemudian pembentukan korpus luteum lambat laut berhenti. Pada 25% perempuan usia siklus menstruasi tidak disertai ovulasi atau onovulatoar .
Senium
Pada masa senium terjadi keseimbangan hormonal yang baru. Penurunan yang baru penurunan reproduksi hormon estrogen dan kenaikan hormon gonadoropin yang terjadi pada amsa klimakterium terus berlanjut samapai kira-kira gangguan vegetatif maupun psiokologis.yang menyolok pada masa ini adalah kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik.
3.      Perubahan endokrin pada menopouse
Sebelum menstruasi berhenti (menopouse),telah terjadi berbagai perubahan pada ovarium yang menyebabkan terganggunya interaksi antara hipotalamus – hifosis. Pertama-tama yang terjadi adalah terjadinya kegagalan fungsi korfus leteum  di ovarium.
Menopause memberi tanda akan berakhirnya potensi reproduksi seiring dengan dimulainya kegagalan fungsi kegagalan secara ireversibel. Simpanan oosit ovarium habis yang menyebabkan terhentinya perkembangan foulikel dan ovulasi akibatnya adalah:
a.       Penurunan sirkulasi estradiol secara bertahap dan kadar estrogen  darah sangat rendah setelah aktivitas ovarium secara interversibel. Simpanan oosit ovrium hebis yang menyebabkan terhentinya perkembangan faolikel dan ovilasi adrenalat di jaringan perifer.
b.      Peningkatan sirkulasi gonadrotropin, follicle stimulating hormone (FHS) dan lueteinzing hormone (LH)  Akibat hilangnya efek umpan balik negatif estrogen
c.       Amenore akibat tidak adanya stimulasi endrometrium oleh hormon sterpoid ovarium

Gambaran klinis dari devinisi estrogen dapat berupa gangguan neurovegetatif atau sering juga disebut gangguan vasomotorik, gangguan psikis, gangguan somatik dan gangguan siklus menstruasi.


4.      Perubahan pada pramenopause
Pemendekan siklus menstruasi mingkun terjadi meruoakan gambaran paling awal meskipun pada pola menstruasi ini sangat bervariasi diantara individu. Ovarium secara progresif semakin tidak berespon tergadap rangsangan gonadrotropin disertai peningkatan konstrasi FSH yang terdeteksi dalam fase falikel siklus menstruasi. Seiring dengan mendekatntya periode mestruasi terakhir, bulan-bulan amenore sering diselingi dengan mendekatnya periode reguler walopun misalnya terjadi pemanjangan siklus. Siklus yang lama meng-indikasikan tidak adanya ovulasi dan peredaran ovulasi dan pemdarahan menstruasi berikutny mungkin banyak karena stimulasi yang berkepanjangan pada endometrium oleh ekstrogen yang tanpa imbangan
Diagnosis
Diagnosis sindrom klimakterium dapat ditegakan berdasarkan usia klien dan kluhan keluhan-keluhanyang timbul. Diagnosa pasti didasarkan pada peningkatan kadar FSH serum (lebih dari 30  IU/I menunjukan kadar menopause. Pada awal pramenopause, terjadi peningkatan FSH yang terdeteksi pada 7 hari pertama siklus. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalalah penyakit pembuluh darah, gangguan psikiatrik dan hipertensi. Gojolak dapat juga disebabkan oleh hipertiroid.
Pengukuran kepala dan tulang.
Pengukuran kepadatan mineral tulang (bone mineral drnensity BMD ) dapat dilakukan dengan mesin-mesin sangat akurat, misalnya dual X-ray absorpitiometry (DXA), dianjurlan sebagai setrategi untyuk menemukan kasus, dan bukan penapisan populasi, serta untuk penapisan populasi serta untuk menilai respons terhadap pengobatan tekhnik lain untuk menemukan BMD adalah ultrasonografi kuantatif tetapi bila hasilnya abnormal harus dengan DXA
Konsekuensi Kegagalan Ovaroim
Definisi estrogen sebagai akbiat menurunya fungsi ovarium merupakan penyebab timbulnya gejala-gejala yang dialami perempuan pada waktu menstruasi terakhir mereka. Gejala yang muncul dapat bersipat akut ( jangka peeendek), jangka menengah dan jangka panjang
Dampak jangka pendek
a.       Gejala neurovegetatif (gejala vasomotor)
Rasa panas di dada yang menjalar ke wajah (hot flush). Sering timbul pada malam  hari dan terjadi hanya beberapa menit saja, tetapi kadang-kadang dapat sampai satu jam. Pada saat gejolak panas, warna kulit di daerah dada, leher dan waja menjadi kemerahan terasa hangat dalam perabaan. Stress psikis menyebabkan gejala ini gejala ini timbul lebih sering dan sangat mengganggu. Gajala vasomotor yang lain adalah keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah tidak stabil, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus. Gangguan lain yang dapat  timbul adalah gangguan psikis, gangguan somatic dan gangguan siklus menstruasi.
b.      Gangguan psikologis . penurunan estrogen pada perempuan daopat menyebabkan gangguan psikologis berupa depresi, kurang percaya diri,tersinggung, sulit berkonsentrasi, menurunnya daya ingat dan kehilangan gairah seksual, murung, cemas, merasa tidak berharga, sulit mengambil keputusan. Ganguan kronik akibat kulit memerah, perasa panas dan banyak keringat berpengaruh banyak terhadap timbulnya gangguan ini. Hal lain yang mempengaruhi insidensi gejala psikologis ini adaah keprobadian, sikap terhadap menopause, factor budaya.
Dampak jangka menengah
a.       Antropi uregenitl:
1)        Kekeringan vagina yang menyebabkandispareunia, yang kemudian akan menurunkan libido. Vagina terasa kering dan gatal, mudah luka, sering keputihan, nyeri waktu senggama atau pendarahan pasca sangama.
2)        Ph vagina meningkat dan vagina rentan terhadap infeksi bakteri karena terjadi penurunan kolonisasi laktobasil.
3)        Insidensi disuria, frekuensi, urgensi, dan inkontinensia miningkat seiring bertambahnya usia dank arena atrofi serta berkurangnya jaringan di sekitar leher kandung kemih.
b.      Perubahan kulit:
Kulit menjadi tipis, kering dan keriput karena kehilangan jaringan kolegen dari lapisan dermis kulit, rambut mudah rontok, kuku rapuh, gigi mudah goyang, dan gusi mudah berdarah, bibir menjadi pecah-pecah serta rasa sakit dan ngilu di di daerah persendian.
c.       Gangguan mata; mata terasa kering dan kadang-kadang terasa gatal karena terasa gatal karena produksi air mata berkurang
Dampak jangka panjang
a.       Osteoporosis didefiniskan oleh WHO sebabagai ”penyakit tulang sistemik progresif yang ditandai oleh berkurangkya massa tulang dan memburuknya mikroarsitektur jaringan tulanh”. Penyakit ini terjadi secara diam-diam dan makna klinisnya terletak pada fraktur yang terjadi. Pada perempuan, kepadatan tulang mencapai puncaknya pada usia pertengahan 30-an dan setelah itu menurun secara perlahan sampai terjadi akselerasi penurunan pusat masa tulang yang kurang padat dibandingkan dengan laki-laki dan resiko fraktur osteoporosis seumur hidup lebih dari dua kali. Osteoporosis  umunya terjadi pada tilang yang berongga seperti paha, tulang lengan bawah, tulang belakang, tulang leher. Keadaan osteoporosis dipengaruhi Ras, menopause, premature, sosok yang kecil dan ramping dan dipercepat oleh kurangnya asupan zat kalsium, sinar matahari, kurang aktivitas fisik dan olahraga, merokok, minum alcohol, dan gangguan kortikosteroid, misalnya pada penderita asma dan lupus.
b.      Penyakit jantung koroner. Berkurangnya esterogen dapat menurunkan kadar kolestrol baik (high density lopopteroin, HDL). Yang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner pada perempuan.
c.       Kepikunan (dimensia tipe Alzheimer). Penurunan kadar esterogen juga berpengaruh terhadap susunan saraf pusat yang menyebabkan sulit berkonsentrasi, kehilangan ingatan terhadap peristiwa jangka pendek, gelisah, sulit tidur, depresi sampai kepikunan tipe Alzheimer .
Ø  Terapi
1.      Terapi non hormon
a.       Obat anti hipertensi, obat penenang, sudah luas penggunanya pada perempuan dengan masalah klimakterium
b.      Sebagian perempuan mendapatkan manfaat relaksasi, berolahraga, atau aroma terapi atau konseling dengan perawat mungkin membantu mengatasi gejala-gejala.
2.      Terapi sulih hormone (THS)
a.       Terapi esterogen. Terapi yang logis pada menopause adalah sulih esterogen, karena gejala menopause disebabkan oleh devisiensi esterogen. Terapi esterogen dapat diberikan melalui rute oral, transdermis seperti koyo dan jeli subkutan: implant, vagina: krim, pesarium tablet dan cincin, sublingual atau intransal. Pilihan pembraninya tergantung pilihan pasien, walaupun pada umumnya perempuan memilih pereparat oral karena lebih murah dan dapat diterima. Terapi esterogen tidak banyak menimbulkan efek samping.
b.      Kombinasi esterogen-progestogen
Pemakaian sulih hormon estrogen tanpa imbangan secara subtansial meningkatkan resiko kanker endometrium. Penambahan progestogen kedalam regimen estrogen mengurangi resiko kanker endometrium.
c.       Terapi sulih hormon menstruasi antara lain:
Ø  Terapi sulih hormone kombinasi kontinu
Ø  Pemberian harian secara terus menerus dan progestin menyebabkan atripi endometrium dan amenore. Obat ini cocok diberikan kepada perempuan yang sudah tidak dapat menstruasi paling sedikit 1 tahun. Secara komersial tersedia dalam kalender kombinasi atau dapat diberikan resep estrogen dan progestogen secara terpisah.
Ø  Tibolone steroid sintetik yang memiliki efek estrogenic, progestegonic dan androgenic. Diberikan terbatas kepada perempuan yang sudah tidak mengalami menstruasi paling sedikit satu tahun.

5.      Kontraindikasi terapi sulih hormone
a.       Mutlak: pada lahan vagina yang tidak dapat dijelaskan, kehamilan, kanker payudara, penyakit hati aktif berat, penyakit tromboembolus aktif.
b.      Relatif
1)      Hipertensi: bila klien ternyata menderita hipertensi(terkendali), dapat diberi THS, tetapi sebelum THS diberikan harus mendapat obat antihipertensi yang sesuai
2)      Riwayat trombosis vena dalam atau emboiparu. Dalam hal ini perlu evaluasi lengkap dan sebaiknya dirujuk untuk penapisan trombilipia praterapi dan nasihat spesipik.
3)      Penyakit kadung empedu. Estrogen dapat mengubah komposisi sehingga memudahkan terjadinya batu empedu. Pemberian yang lebih aman melalui rute nonoral
4)      Fibroid : tumor ini dapat membesar pada pemberian THS dan menyebabkan masalah perdarahan
5)      Endomentriosis dapat mengalami kekambuhan oleh sulih estrogen tetapi bergantung pada jumlah residu penyakit. Pemberian progestogen sebahai tambahan dapat mengalami resiko kekambuhan.
6)      Riwayat infark miokardium(IM) atau cerebrovascular accident (CVA). Setelah tiga bulan sampai enam bulan berlalu TSH apat diberikan dengan pengawasan tetap.
7)      Kanker TSH tidak menimbulkan efek pada sebagian kanker.

a.      Komplikasi Terapi Sulih Hormon
Efek samping estrogen dapat berupa : mual, nyeri tekan payudara dan rasa kembung, keram tungkai dan migren, biesedangkan efek samping progestogen adalah withdrawal bleeding bulanan yang teratur dan mungkin banyak, berkepanjangan atau nyeri, gejalan mirip sindrom premenstruasi berupa lekas merah, depresi, nyeri payudara, pretense cairan dan rasa kembung.
Pertimbangan Khusus: menurut (Glasier, Anna, Gebbie, Alisa, 2006).
1)      Kanker payudara menurut penelitian dari( collaborative group on hormonal factors inbreast cancer, 1997). Tidak diketahui apakah resiko THS meningkat pada mereka yang memiliki riwayat adanya kanker payudara dalam keluarga atau riwayat penyakit jinak juga belum ada konsesus mengenai apakah penambahan progestogen member manfaat atau menambah resiko dalam kaitannya dengan kanker payudara.
2)      Teromboembolisme vena
Beberapa study epidemiologi saat ini memastikan bahwa terjadi peningkatan dua sampai empat kali lipat resiko tromboembolisme vena pada perempuan yang mendapat THS
3)      Kepatuhan terhadap terapi
Kurang dari 60% perempuan yang menggunakan THS masih tetap menggunakannya setelah satu tahun. Kekhawatiran tetap menggunakannya adalah resiko terhadap kanker payudara, withdrawal bleeding antara lain menyebabkan perempuan menghentikan THS. Oleh Karen aitu perempuan menghentikan THS memerlukan bantuan dan dukungan yang baik dari para penyuluh kesehatan.

b.      Pelaksanaan klinis
Pengkajian pada perempuan sebelum terapi sulih hormone
Anamnesis : tanyakan mengenai riwayat
1)      Gejala  saat ini yang berkaitan dengan menopause
2)      Riwayat menstruasi dan ginekologis
3)      Riwayat penyakit dahulu, terutama yang berkaitan dengan kontraindikasi untuk pemakaian THS
4)      Riwayat keluarga terutama kanker payudara, penyakit jantung iskemik dan stroke pada usia muda serta osteoporosis
5)      Riwayat social pekerjaan, merokok, ada tidanya maslah social dll.
Pemeriksaan
1)      Tekanan darah, penimbangan berat badan
2)      Pengetahuan tentang kewaspadaan akan kesehatan payudara dan pemeriksaan payudara sendiri
3)      Bila ada riwayat medis yang signifikan laukan pemeriksaan payudara dan panggul.
Pemeriksaan penunjang biasanya tidak di perlukan atau bila di perlukan berdasarkan riwayat yang telah ditanyakan kepada klien.
Bila dari riwayat dan pemeriksaan yang dilakukan tidak diperlukan maka THS dapat diberikan kepada pasien (jenisnya ditentukan oleh dokter atau atas permintaan pasien dan sesuai untuknya). Pemantaun yang dilakukan setelah pemberian THS belum ada kesepakatan, tetai berdasarkan perjanjian, kunjungan tindak lanjut yang pertama biasanya setelah 3 bulan dan setelah itu dapat dilakukan setiap 6 bulan atau lebih sering bila ada masalah. Lama pemakaian : tidak ada aturan yang pasti. Untuk mengatasi gejala-gejala menopause akut, sebagian besar pemempuan memerlukan terapi selama 3-5 tahun. Untuk mencegah osteoporosis pada perempuan usia lanjut, terapi perlu dilanjutkan tanpa batas tetapi harus dipertimbangkan terhadap resiko kanker payudara. Keputusan bersifat individu, banyak yang menghentikan terapi TSH tanpa meminta anjuran medis, tetapi banyak juga yang tidak menghentikannya.
c.       Andropause pada laki-laki
Penurunan fungsi reproduksi akibat penurunan kadar hormon testosterone (DHEA,Dhidro-epian dosteron), hormon pertumbuhan, melatonin dll. Pada laki-laki disebut andropause, dapat menimbulkan dampak negatif pada laki-laki seperti :
1)      Keluhan seksual : libido atau keinginan seksual berkurang dan gangguan ereksi
2)      Kekuatan otot menurun akibat menurunnya metabolisme protein, oksidasi lemak, peningkatan timbun dan lemak dan penurunan massa otot dibandingkan dengan umur lebih muda.
3)      Osteoporosis yang dapat diperberat penguna alkohol, penggunaan kortikosteroid, penuaan dan faktor genetik, osteoporosis pada laki-laki tidak sebanyak pada perempuan.
4)      Kepikunan (demensia tipe Alzheimer). Akibat penurunan kadar testoteron daya ingat dan fungsi kognitip terpengaruh. Pada kondisi berat terjadi kepikunan.
d.      Cara menilai adanya andropause
Dengan mengunakan 10 kriteria adam :
1)      Penurunan libido
2)      Kekurangan tenaga atau lemah
3)      Penurunan kekuatan atau ketahanan otot
4)      Penurunan tinggi badan
5)      Berkurangnya kenyamanan dan kesenangan hidup
6)      Sedih dan atau serih marah tanpa sebab yang jelas
7)      Berkurangnya kemampuan ereksi
8)      Kemunduran kemampuan olahraga
9)      Tertidur setelah makan malam
10)  Penurunan kemampuan bekerja.
Jika ada keluhan nomor 1 dan 7 ada beberapa kombinasi dari 4 atau lebih, maka laki-laki dikatakan sudah andropause

e.       Cara mencegah dampak negatif andropause
1)      Pemeiksaan kelenjar prostat. Pembesaran kelenjar prostat meningkat pada usia 40 tahun keatas, dengan gejala sering berkemih, terutama pada malam hari, kemih tidak lancer atau menetes setelah selesai berkemih, tidak dapat menahan kemih. Jika diraba ada pembesaran kelenjar prosta.
2)      Pemberian multivitamin untuk mencegah osteoporosis seperti vitamin B,C,E dan D3.
3)      Pemberian kalsium dengan dosis 800-1000 mg/hari dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Tetapi perlu diwaspadai batu saluran kemih akibat timbunan kalsium.





BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk diketahui oleh para perempuan bakal calon ibu ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.

B.       Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga, supaya kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna. Oleh kerana itu penulis memberi saran kepada para pihak yang terkait khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan pengetahuan dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi masyarakat bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.




DAFTAR PUSTAKA


Pinem saroha, 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Trans Info Media. Jakarta
Widyastuti, Yani. Dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya : Jakarta

Comments

Popular posts from this blog