Makalah Kesehatan Jiwa Konsep Dasar Menarik Diri
1.
Pengertian
Menarik Diri
Sosialisasi adalah kemauan untuk menjalin hubungan
kerjasama, saling tergantung pada orang lain (Stuart & Sundeen. 2010)
Menarik diri adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang
negatif dan mengancam (Nursalam, 2008)
Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain mengatakan sikap negatif atau mengancam (Nursalam
2008)
Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan
orang lain, individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi peralatan, pikiran frustasi dan kegagalan.
Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
membagi pengalaman dengan orang lain (Depkes RI, 2002 : 114)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kerusakan interaksi sosial menarik diri merupakan suatu keadaan yang dialami
oleh seseorang, dimana orang tersebut menghindari interaksi dan menghindari
hubungan dengan orang lain.
2.
Tanda dan Gejala Menarik Diri
a.
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b.
Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri
dari orang lain
c.
Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak
bercakap-cakap dengan klien lain / perawat
d.
Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk
e.
Berdiam diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang
mobilitasnya
f.
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap – cakap
g.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan
diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
h.
Posisi janin pada saat tidur (Keliat, 2006).
3.
Etiologi Perilaku Menarik Diri
a.
Faktor Predisposisi
1)
Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang, mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut,
untuk dapat mengembangkan hubungan sosial yang positif, diharapkan setiap
tahapan perkembangan dapat dilakukan dengan sukses. Sistem keluarga yang
terganggu dapat menunjang perkembangan respons sosial maladaptif.
2)
Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.
3)
Faktor Sosial Kultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
tidak mempunyai anggota masyarakat yang
kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit
kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
4)
Faktor dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negatif akan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang
bertentangan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan
berkomunikasi dengan orang lain.
b.
Faktor Presipitasi
1)
Stressor Sosio Kultural
Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga
dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di Rumah Sakit.
2)
Stressor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi. (Nursalam, 2008).
4.
Rentang Respon Sosial
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain dan
lingkungan sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari. Manusia
tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada hubungan dengan
lingkungan sosialnya. Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya
menimbulkan respon-respon sosial pada individu.
1)
Respon adaptif Respon adaptif adalah respon yang diterima
oleh norma spsoail dan kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah
dalam batas normal (Hawari,
2007).
Respon ini meliputi:
a)
Menyendiri (Solitude)
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menemukan
langkah berikutnya.
b)
Otonomi (kebebasan)
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran.
c)
Kebersamaan (Mutuality)
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.
d)
Saling ketergantungan (Interdependence)
Saling ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam hubungan interpersonal.
2)
Respon Maladaptif adalah respon yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma – norma sosial dan kebudayaan
suatu tempat (Suliswati, 2009). Sedangkan Respon maladaptif yang paling sering ditemukan
adalah :
a)
Manipulasi
Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
b)
Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
c)
Narkisisme
Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara
terus-menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris,
pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung
5.
Dampak Menarik Diri
terhadap sistem tubuh
Bila terjadi suatu konflik pada
individu seperti gangguan jiwa maka akan timbullah gejala-gejala holistik pada
manusia (Hawari, 2007).
Berdasarkan uraian diatas dan
dari beberapa referensi yang didapat penulis menyimpulkan bahwa gangguan jiwa
(psikologik) yang terjadi pada satu individu maka tidak hanya komponen
psikologik saja yang terganggu tetapi akan mengakibatkan gangguan atau dampak
terhadap fungsi badaniah atau sistem tubuh untuk lebih jelasnya dibawah ini
akan dijelaskan beberapa dampak terhadap sistem tubuh yaitu :
Pemeriksaan
Fisik (Hawari,
2007)
a. Sistem kardiovaskuler
Pada
individu yang mengalami gangguan psikologi seperti adanya stress, rasa cemas
dan ketakutan seperti pada klien yang menarik diri, maka dapat terjadi
perubahan-perubahan seperti meningkatnya kecepatan denyut jantung, meningginya
daya pompa jantung dan tekanan darah, frekuensi nadi meningkat, serta dapat
timbul sakit kepala karena vasokonstriksi atau vasodilatasi pembuluh darah
akibat ketegangan emosi (Yosep,2010).
b. Sistem pernafasan
Pada
klien dengan perasaan akut, cemas dan emosi yang meningkat biasanya menimbulkan
gejala seperti adanya napas dalam batas normal, tidak ada
sesak, tidak ditemukan napas pendek seperti terengah-engah
dan tidak ditemukan
adanya serangan asma yang selalu dialami pada pasien dengan Perilaku
Kekerasan (Yosep,2010).
c. Sistem pencernaan
Diperlukan
pemeriksaan yang betul-betul karena untuk membedakan gejala yang disebabkan
oleh faktor biologis/ organ atau oleh faktor psikologis. Bila disebabkan oleh
stress psikologik seperti karena kecemasan atau emosi yang lebih labil biasanya
ditemukan adanya gastritis, tidak enak atau nyeri pada epigastrium, pedas atau
keluar rasa asam kedalam mulut, peningkatan nafsu makan atau penurunan nafsu
makan, anoreksia, nausea, muntah, disfagia, konstipasi, diare, rasa nyeri pada
usus, sindrom kolon yang mudah terangsang, motilitas usus meningkat, obesitas
karena makan berlebihan (Yosep,2010)
d. Sistem integumen
Dikarenakan
karena adanya emosi yang meningkat dan kesukaran penyesuaian diri terhadap stress maka dapat
menimbulkan gangguan pada kulit seperti pruritus, nerodermatosis, hiperhidrosis
dan reaksi kulit lain seperti alergi, pada klien dengan halusinasi dapat
ditemukan banyak keringat (Yosep,2010).
e. Sistem endokrin
Pada
klien gangguan jiwa cenderung terjadi konflik atau stress dan krisis emosional
yang dapat menimbulkan adanya gejala hipertiroid seperti mengerasnya
sifat-sifat kepribadiannya, sindroma menopouse pada wanita(Yosep,2010).
f. Sistem perkemihan dan reproduksi
Pada
klien wanita gejala-gejala yang mungkin timbul karena faktor-faktor
psikogenetik ialah rasa nyeri dan parestesi dipanggul, dismenorea, disparenia.
Pada anak-anak adanya enuresis. Pada pria dewasa adanya hiperemi didaerah
genital karena rangsangan seksual sehingga timbul tidak enak atau nyeri(Yosep,2010).
g. Sistem muskuloskeletal
Dapat
ditemukan adanya artritis rematoid karena terlalu aktif berkenaan dengan gangguan
dan berminat pada olah raga, nyeri otot karena faktor emosi, tonus otot
meningkat, nyeri kepala dan nyeri punggung bawah, ketegangan otot dapat
menyebabkan ketegangan sendi dan nyeri sendi.
(Yosep,2010).
Comments
Post a Comment