Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Higiene (Perawatan Kuku Tangan Dan Kaki)

kti kebidanan



ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : PERSONAL HIGIENE (PERAWATAN KUKU TANGAN DAN KAKI)


Personal higiene seperti merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku yang kotor dan panjang.





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar belakang............................................................................... 1
1.2     Tujuan penulisan............................................................................ 2
1.3     Rumusan permasalahan................................................................. 2
1.4     Kegunaan....................................................................................... 3
1.5     Sistematika penulisan.................................................................... 4

BAB II TUJUAN TEORITIS
2.1     Konsep dasar................................................................................. 5
2.1.1   Pengertian ............................................................................ 5
2.1.2   Klasifikasi............................................................................. 5
2.1.3   Etiologi................................................................................. 6
2.1.4   Anatomi dan fisiologi........................................................... 8
2.1.5   Faktor Resiko....................................................................... 11
2.1.6   Patofisiologis........................................................................ 13
2.1.7   Manisfestasi klinis................................................................ 14
2.2     Konsep asuhan keperawatan......................................................... 15
2.2.1   Pengkajian............................................................................ 15
2.2.2   Penetapan Diagnosis............................................................ 17
2.2.3   Perencanaan dan Implementasi............................................ 17
2.2.4   Intervensi ............................................................................. 22
2.2.5   Evaluasi................................................................................ 23




BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Personal higiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan higiene berarti sehat.
Higiene personal adalah upaya yang dilakukan individu dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya baik secara fisik mau pun mental. Berpenampilan bersih, harum, dan rapi merupakan dimensi yang sangat penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan individu secara umum. Menurut Roper ( 2002 ), mengingat kebersihan merupakan kebutuhan dasar utama yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan kondisi psikologis individu. (Wahit Iqbal Mubarak , Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar , 2015 , Hal. 143 )
Efek yang akan timbul jika personal higiene tidak dilakukan akan menimbulkan berbagai bibit penyakit. Oleh karena itu, kebersihan tubuh perlu di perhatikan.
Adapun jenis personal hygiene yang di perlu di perhatikan diantaranya perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh, perawatan mata, perawatan hidung, perawatan telinga, perawatan gigi dan mulut, perawatan kuku tangan dan kaki, perawatan genetalia, perawatan tubuh ( memandikan ), dan kesehatan pakaian. Perawatan personal higiene salah satunya perawatan kuku tangan dan kaki. Kuku tangan dan kaki  sering kali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Akan tetapi, sering kali tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.
Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal higiene karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Tujuan perawatan kuku tangan dan kaki adalah agar klien memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, klien merasa nyaman dan bersih, klien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku yang benar.
Dari latar belakang di atas kami tertarik untuk menyusun makalah dengan judul  Asuhan Keperawatan personal higiene : Perawatan Kuku Tangan dan Kaki "

1.2    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam hal Personal Higiene : Perawatan kuku dan kaki.
2.      Tujuan khusus
a.         Mampu mengetahui konsep dasar Personal Higiene.
b.         Mampu mengetahui dan melakukan proses pengkajian pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.
c.         Mampu menganalisa data  klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.
d.        Mampu menyusun  perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.
e.         Mampu menyusun dan memberikan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.
f.          Mampu mengevaluasi  atas tindakan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.

1.3    Rumusan masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas bahwa pemenuhan kebutuhan dasar manusia “ Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “ . Kuku tangan dan kaki  sering kali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Akan tetapi, sering kali tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.
Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal higiene karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku., maka dengan itu kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa konsep dasar Personal Higiene ?
2.      Apa saja yang harus dkaji pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “ ?
3.      Bagaimana  menganalisa data klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.
4.      Bagaimana  menyusun  perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “ ?
5.      Bagaimana  menyusun dan memberikan tindakan asuhan keperaatan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “ ?
6.      Bagamaina  mengevaluasi  atas tindakan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.

1.4    Sistematika penulisan
Sistematika penulisan laporan ini dibagi atas:
-       Bab I        Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, manfaat dan sistematika penulisan.
-       Bab II      Tujuan teoritis terdiri dari konsep dasar, pengertian, klasifikasi, etiologi, anatomi dan fisiologi, faktor resiko, fatofisiologis, manifestasi klinis. Konsep asuhan keperawatan, pengkajian, keperawatan dan intervensi.
-       Bab III     Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian analisa data, daftar asuhan keperawatan, rencana asuhan keperawatan, catatan keperawatan atau implmentasi, evaluasi dan catatan perkembangan.
-       Bab IV     Pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
-       Bab V      Penutup yang berisi tentang kesimpulan, kritik dan saran yang menunjang dari kasus yang di angkat.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1    Konsep Dasar
2.1.1   Higiene personal
1.      Pengertian
Personal higiene atau kesehatan pribadi adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kerbersihan rambut, teliga, gigi dan mulut, kuku, dan kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkn kesehatan yang optimal. (Wahit Iqbal Mubarak , Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar , 2015 , Hal. 145)
2.      Pentingnya Higiene Personal
Personal higiene seperti merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku yang kotor dan panjang.

2.1.2   Klasifikasi Personal Higiene
Higiene personal merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang rutin dilakukan  oleh perawat setiap hari di rumah sakit (Depkes RI, 1987). Tindak tersebut meliputi sebagai berikut.
1.         Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh.
2.         Perawatan mata.
3.         Perawatan hidung.
4.         Perawatan telinga
5.         Perawatan gigi dan mulut.
6.         Perawatan kuku tangan dan kaki.
7.         Perawatan genitalia.
8.         Perawatan tubuh (memandikan).
9.         Perawatan pakaian.
2.1.3   Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1.         Kelelahan fisik
2.         Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1.         Faktor predisposisi:
a.       Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b.      Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c.       Kemampuan realistis turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d.      Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2.         Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a.       Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.



b.      Praktik sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene.
c.       Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d.      Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e.       Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f.       Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g.      Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
1.    Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.



2.    Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa nyaman,kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.1.4   Anatomi dan fisiologi
Kuku merupakan bagian tubuh yang belum jelas secara fungsi spesifiknya, kuku merupakan bagian dari tulang. Apakah untuk ngupil saja juga terlalu tajam. Menggaruk terlalu keras akan membuat lecet, digunakan cakar - cakaran masuk penjara. Malah bisa dibilang kuku adalah tempat bersembinya penyakit atau bakteri. Akan tetapi ada beberapa artikel yang menyebutkan fungsi kuku adalah sebagai pelindung ujung saraf di ujung jari dan mempertinggi daya sentuh.
Kuku  terdiri dari lempeng kuku (nail plate), lipatan kuku lateral dan proximal, hiponikium, bantalan kuku (nail bed) dan matriks. Matriks dan bantalan kuku membantu pembentukan lempeng kuku. Bagian ventral lempeng kuku dibentuk oleh bantalan kuku, sedangkan sisanya berasal dari matriks. Lempeng kuku berwarna transculent, melalui lempeng kuku merupakan struktur yang paling besar. Melekat kuat pada bantalan kuku dimana perlekatan ini kurang kuat ke arah proximal, terpisah dari sudut postolateral. Seperempat bagian kuku ditutupi oleh lunula putih.
Pada pemotongan longitudinal, lipatan kuku bagian proximal terlihat berupa lanjutan dari kulit sekitar dorsum dan phalangs terminal. Epidermis pada lipatan ini berlanjut disekitar dasar kuku. Lipatan kuku bagian proximal dan memiliki dua permukaan epitel yaitu bagian dorsal dan ventral. Pada persambungan keduanya dijumpai kutikula yang berproyeksi kearah distal diatas permukaan kuku. Matrix kuku dapat dibagi atas bagian dorsal yaitu bagian intermediate yang menutupi lempeng kuku bagian proximal sampai ujung distal dari lunula dan bagian ventral. Pada daerah pemisah antara lempeng kuku dan bantalan kuku, dapat dijumpai epitel sohlenhorn. Pada keadaan normal struktur ini hanya berupa sisa.
Matriks merupakan pusat pertumbuhan kuku. Kuku tangan tumbuh lebih cepat dari kuku kaki, yaitu 2-3mm perbulan, sedagkan kuku kaki 1mm/bulan. Dierlukan waktu 100 - 300 hari untuk mengganti kuku tangan dan 12 - 18 bulan untuk kuku kaki. Kecepatan pertumbuhan kuku menurun pada penderita penyakit pembuluh darah kapiler dan pada usia lanjut.
Anatomi dan Fisiologi Kuku Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk yang menebal.Bagian kuku terdiri dari: 1Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru 2Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas 3Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku 4Alur kuku (nail grove): merupakan celah antar dinding dan dasar kuku 5Akar kuku (nail root): merupakan bagian proksimal kuku 6Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingidinding kuku 7Lunula: merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit 8 ponikium (kutikula): merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit arinyamenutupi bagian permukaan lempeng kuku9 Hiponikium: merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (freeedge) menebal.
Fungsi kuku Kuku mempunyai 2 fungsi utama. Fungsi pertama yang diketahui secaraumum ialah sebagai pelindung dari ujung jari. Fungsi keduanya yang juga sangat penting adalah memberi sensitifitas daya sentuh . Pada ujung jari terdapat banyak reseptor yang berfungsi untuk menghantarkan rangsang sentuh saat kitamenyentuh suatu objek sehingga kita dapat merasakan bersentuhan dengan objek yang kita sentuh. 170 hari dan kuku kaki: 12- 18 bulan. Gejala klinis Gejala yang ditimbulkan bervariasi tergantung pada kondisi dan faktor virulensi dari Penyakit mulut dan kuku tersebut. Gejala klinis yang mula mula terlihat antara lain: Suhu tubuh meningkat dan akan terlihat jelas pada sapi yang masih muda. Kenaikan ini akibat dari fase viremia dari virus picorna virus. Dan biasanya suhu tersebut akan turun setelah terbentuknya lepuh-lepuh Lepuh-lepuh tersebut dapat ditemukan didalam mulut sehingga menyebabkan meningkatnya saliva dalam mulut sehingga terbentuk busa disekitar bibir. Lepuh tersebut juga dapat ditemukan pada ambing yang menyebabkan produksi susu turun dan kadang dapat menyebabkan keguguran. Pada tracak biasanya lepuh terjadi bersamaan dengan proses yang terjadi didalam mulut. Lepuh yang terjadi menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada hewan yang menderita, sehingga menyebabkan hewan tersebutmalas bergerak dan hanya mau berbaring. Kesembuhan dari lesi yang tidak mengalami komplikasi akan berlangsung dengan cepat berkisar antara 1-2minggu, namun apabila ada infeksi skunder maka kesembuhan akan tertunda (Anonim1., 2008). Gejala umum PMK pada ternak ditandai dengan adanya kelesuan, suhu tubuh meningkat dan mencapai 410C, hypersalivasi (keluarnya air liur yang berlebihan), nafsu makan berkurang, enggan berdiri, pincang dan semua gejala tadi terjadi serentak pada suatu kelompok hewan/ternak Tanda klinis khusus penyakit ini berupa adanya lepuh-lepuh berupa penonjolan berisi cairan bening hingga kuning keruh kemerahan dan dapat dengan mudah terkelupas. Lepuhlepuh ini sering ditemukan pada bagian lidah, bibir, mucosa pipi, gusi, langit-langit mulut, ujung kaki, teracak dan ambing pada hewan betina (Anonim2., 2009). Diagnosa Diagnosis dari penyakit mulut dan kuku didasarkan pada gejala klinis yang ditimbulkan. Selain itu dilakukan koleksi sampel pada hewan yang menderita untuk diperiksa dilaboratorium. Sampel isolasi dapat diambil melalui cairan lepuh, keropeng bekas lepuh, dan sampel darah (Anonim1., 2008).




2.1.5   Faktor Resiko
Dampak yang muncul pada masalah personal hygiene adalah:
1.         Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan  mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga serta gangguan fisik pada kuku.
2.         Dampak psikologi
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan interaksi sosial.

Epidemiologi/Insiden Kasus Gangguan Personal Hygiene. Defisit personal hygiene dapat terjadi pada setiap orang mulai dari lahir sampai mati karena ketidakmampuan melakukan aktivitas sendiri, kurangnya pengetahuan dan banyak faktor lain yang mempengaruhi.
Etiologi/Penyebab Defisit Gangguan Personal Hygiene. Adapun penyebab terjadinya defisit gangguan personal hygiene adalah:
a.         Sakit, sehingga tidak dapat melakukan sendiri
b.         Kurangnya pengetahuan dan informasi
c.         Keterbatasan biaya
d.        Lingkungan yang tidak mendukung
e.         Tidak adanya fasilitas yang memadai
Menurut Tarwoto dan Wartinah dalam buku Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawata, sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a.         Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangan mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli kebersihannya.
b.         Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri sehingga kemungkinan akan terjadi perubahan personal hygiene.
c.         Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo dan alat lainnya yang semuanya memerlukan biaya untuk membelinya.
d.        Pengetahuan
Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
e.         Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit maka tidak boleh dimandikan.
f.          Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampo, dll.
g.         Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Menurut Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Cahayati dalam buku Kebutuhan Dasar mengatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu:
a.         Budaya
Sejumlah mitos berkembang dimasyarakat bahwa saat individu sakit, ia tidak boleh dimandikan karena dapat memperparah penyakitnya.
b.         Status Soial – Ekonomi
Untuk melakukan personal hygiene yang baik diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Semua kebutuhan itu memerlukan biaya.

c.         Agama
Agama juga mempengaruhi keyakinan individu dalam melaksanakan kebiasaan sehari – hari. Setiap agama pasti memerintahkan umatnya untuk menjaga kebersihan karena kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini tentu akan mendorong untuk mengingat pentingnya kebersihan diri bagi kelangsungan hidupnya.
d.        Tingkat Pengetahuan/Perkembangan Individu
Kedewasaan sesorang mempengaruhi pada kualitas diri seseorang, salah satunya adalah pengetahuan yang baik.
e.         Status Kesehatan
Kondisi sakit/cedera akan menghambat kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat kesehatan individu. Individu akan semakin lemah sehingga jatuh sakit.
f.          Cacat Mental dan Jasmani
Kondisi cact dan gangguan mental yang menghambat kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.

2.1.6   Patofisiologi
Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk memelihara kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu apabila individu sedang sakit. Selan itu fasilitas yang kurang, kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi yang kurang dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan mrngalami defisit personal hygiene.
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan menimbulkan dampak baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
a.         Gangguan integritas kulit
b.         Gangguan mukosa mulut
c.         Infeksi pada mata dan telinga
d.        Gangguan fisik pada kuku
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah:
a.         Kebutuhan harga diri
b.         Gangguan interaksi sosial
c.         Aktualisasi diri
d.        Gangguan rasa nyaman
e.         Kebutuhan mencintai dicintai

2.1.7   Manifestasi Klinis
1.         Fisik
a.         Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
b.        Hidung kotor telinga juga kotor
c.         Gigi kotor disertai mulut bau
d.        Kuku panjang dan tidak terawatt
e.         Badan kotor dan pakaian kotor
f.         Penampilan tidak rapi
2.         Psikologis
a.         Malas, tidak ada inisiatif
b.        Menarik diri, isolasi
c.         Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina
3.         Social
a.         Interaksi kurang
b.        Kegiatan kurang
c.         Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan, buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/sikat gigi, tidak dapat berpakaian sendiri.




2.2    Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Perawatan Higiene
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian perawat tetantang bibir,gigi,mokusoa mulut,gusi, langit-langit, dan lidah klien. Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur dan lukanya. Klien yang tidak mengikuti praktik higiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam ( khususnya sepanjang margin gusi ), karies gigi, kehilangan gigi, dan holitasis. Rasa sakit yang di lokalisasi adalah gejela umum dari penyakit gusi atau gangguan gusi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan organisme seperti Treponeme pallidum, Neisseria gonorrhea, dan hominis virus herpes. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi, sangat penting mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga mulut klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk keperawatan preventif bagi klien saat mereka melewati pengobatan.
Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukan perubahan aktual atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnosis keperawatan yang berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukan kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena defisit perawatan diri. Identifikasi diagnosis yang akurat memerlukan sleksi faktor yang berhubungan dengan yang menyebabkan masalah klien. Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi mislanya akan memerlukan intervensi berbeda dari pada kerusakan mokusa akibat penempatan selang endotrakea.
Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana, yang dimiliki, serta faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene personal individu- baik faktor pendukung mau pun faktor pencetus.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu mulai dari ekstremitas atas sampai bawah.
1.         Rambut. Amati kondisi rambut ( warna, tekstur, kuantitas ), apakah tampak kusam ? apakah di temukan kerontokan ?
2.         Kepala. Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan adanya ketombe, kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
3.         Mata. Amati adanya tanda-tanda ikterus, conjungtiva pucat, secret pada kelopak mata, kemerahan, atau gatal-gatal pada mata
4.         Hidung. Amati kondisi hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-tanda pilek, yang tidak kunjung sembuh, tanda-tanda alergi, atau perubahan pada daya penciuman.
5.         Mulut. Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya. Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang,gusi, atau sariawan, kekeringan, atau pecah-pecah.
6.         Gigi. Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-tanda karang gigi, caries, gigi pecah-pecah, tidak lengkap, atau gigi palsu.
7.         Telinga. Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan daya pendengaran.
8.         Kulit. Amati kondisi kulit ( tekstur, turgor, kelembaban ) dan kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna kulit, stria, kulit keriput, lesi, atau pruritus.
9.         Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku perhatikan adanya kelainan atau luka.
10.     Genetelia. Amati kondisi dan kebersihan genetelia berikut area perineum. Perhatikan pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki, perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
11.     Hygiene personal secara umum. Amati kondisi dan kebersihan kulit secara umum perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.

2.2.2. Penetapan Diagnosis
Diagnosis keperawatan umum untuk klien masalah perawatan hygiene adalah defisi perawatan diri. Lebih lanjut, diagnosis tersebut terbagi menjadi 4 ( kozier 2004 ), yaitu defisit perawat diri : makan, defisit perawatan diri: mandi atau hygiene, defisit perawatan diri: berpakaian atau berhias, defisit perawatan diri: eliminasi dan diagnosis umum lain yang muncul gangguan integritas kulit dan gangguan citra tubuh.

2.2.3. Perencanaan dan Implementasi
Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan hygiene mulut termasuk mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan fisik klien. Perawatan harus membina hubungan yang baik dengan klien untuk membantu praktek hygiene mulut. Beberapa klien sangat sensitif tentang kondisi mulut mereka dan enggan membiarkan ornag lain merawat. Dalam banyak kasus, klien ( seperti yang terkena diabetes dan kanker ) juga tidak sadar bahwa mereka beresiko penyakit gigi dan priodontal dan karenanya memerlukan pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami perubahan mukosa akan memerlukan perawatan jangka panjang hasil tidak dapat terlihat untuk beberapa hari atau minggu. Keluarga dapat memainkan peranan penting dalam pembelajaran bagaimana untuk memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan memberikan hygiene mulut meliputi sebagai berikut.
1.         Klien akan memiliki mokusa mulut utuh yang terhidrasi mulut
2.         Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.
3.         Klien akan mencapai rasa nyaman
4.         Klien akan memahami praktek hygiene mulut
Rencana kesehatan keperawatan untuk klien dengan gangguan hygiene personal harus meliputi beberapa pertimbangan yaitu hal-hal yang disukai klien, kesehatan klien, serta keterbatasan yang di milikinya. Selain itu, perawat juga perlu pertimbangkan waktu yang tepat untuk memberikan asuhan serta fasilitas dan tenaga yang tersedia.
Implementasi untuk hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan, dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas keperawatan jangka panjang sering kali tidak menerima rawatan agresif yang mereka butuhkan. Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi bergantung pada mulut klien.
1.         Defisit perawatan diri : mandi  atau hygiene berhubungan dengan :
a.         Kurangnya koordinasi, sekunder akibat dalam
b.        Kelemahan otot, sekunder
c.         Paralisis sebagian atau total, sekunder
d.        Keadaan koma
e.         Gangguan visual, sekunder
f.         Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g.        Peralatan eksternal ( gips, bidai, penyokong, alat intravena )
h.        Kelelahan nyeri pasca operasi
i.          Defisit kognitif
j.          Nyeri
Kriteria Hasil
Individu akan melakukan aktivitas mandi pada tingkatan yang optimal sesuai dengan harapan atau mengungkapkan kepuasan atas keberhasilan yang di capai meski dengan keterbatasan yang dimiliki.
Indikator
a.         Mengungkapan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan tubuh.
b.        Mendemonstrasikan kemampuan menggunakan peralatan adaptif.
c.         Menjelaskan faktor penyebab untuk defisit kemampuan mandi.
Intervensi Umum
a.         Kaji faktor penyabab ( misal keterbatasan atau gangguan pada ekstremitas, gangguan visual). Rasional adalah ketidak mampuan untuk melakukan perawatan diri menimbulkan perasaan ketergantungan dan konsep diri yang rendah.
b.        Beri kesempatan pada klien untuk mempelajari kembali atau beradaptasi dengan aktivitas perawatan diri. Rasional dengan meningkatnya kemampuan merawat diri, harga diri akan meningkat.
c.         Lakukan intervensi umum untuk klien dengan ketidak mampuan untuk mandi.
1)        Jaga suhu kamar mandi tetap hangat ; cari tahu suhu air yang di sukai individu.
2)        Berikan privasi selama mandi.
3)        Jaga agar kondisi lingkungan sederhana dan tidak berantakan
4)        Observasi kondisi kulit selama mandi
5)        Letakkan seluruh peralatan mandi di tempat yang mudah di jangkau
6)        Untuk klien dengan gangguan penglihatan, letakkan seluruh peralatan di dalam lapang pandang klien atau pada tempat yang sesuai untuk klien.
7)        Berikan pengamanan di kamar mandi ( keset antislip, pegangan ).
8)        Jika klien mampu secara fisik, anjurkan dia untuk menggunakan bak mandi atau shower, tergantung apa yang di guanakan di rumah ( klien harus berlatih di rumah sakit untuk persiapan pulang ke rumah )
9)        Berikan peralatan adaptif sesuai kebutuhan ( misal spoon dengan tangkai yang panjang, balok pegangan di dinding kamar mandi, semprotan shower yang dapat di pegang, dan lain-lain 
10)    Untuk klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa kaki atau puntung guna melihat integritas kulit. Mandikan bagian puntung 2x sehari dan yakinkan bagian tersebut kering sebelum di bungkus atau di pasangkan prostesis.
11)    Berikan pereda nyeri yang bisa mempengaruhi kemampuan untuk mandi sendiri
d.      Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai dengan indikasi.
2.         Defisit perawatan dirim : eliminasi berhubungan dengan :
a.       Kurangnya koordinasi, sekunder
b.      Kelemahan otot sekunder
c.       Paralisis sebagian atau total, sekunder
d.      Keadaan koma
e.       Gangguan visual, sekunder
f.       Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g.      Peralatan eksternal ( gips, bidai, penyokong, alat intravena )
h.      Kelelahan dan nyeri pasca operasi
i.        Defisit kognitif
j.        Nyeri
Kriteria Hasil
Individu akan memperlihatkan peningkatan kemampuan untuk melakukan eliminasi secara mandiri atau mengungkapkan bahwa dia tidak mampu melakukan eliminasi sendiri. Indikator
a.         Mendemostrasikan kemampuan untuk menggunakan peralatan adaftif untuk mempermudahkan eliminasi
b.        Menjelaskan paktor penyebab untuk depisit kemampual eliminasi
c.         Menyebutkan rasional tidakan dan porsedurnya
Intervensi umum
a.         Kaji faktor penyebab ( misal keterbatasan atau gangguan pada ektreitas ganggugan pisual).
b.        Beri kesempatan induvidu untuk mempelajari kembali atau beradaptasi dengan aktivitas eliminasi.
c.         Lakukan intervensi umum untuk klien yang kesulitan eliminasi
1)        Kaji riwayat BAK dan BAB klien
2)        Buat cattan BAK dan BAB untuk menentukan pola eliminasi klien.
3)        Berikan asupan cairan yang adekut dan duit yang seimbang untuk mendukung saluran urine yang adekut dan pengosongan usus yang normal
4)        Dukung pola eliminasi yang normal dengan mengatur pelaksanan aktivitas dan latian fisik yang sesuai dengan kemampuan klien
5)        Capai kemandirian dalam elakukan eliminasi dengan latihan terus menerus tanpa bantuan.
6)        Hindari penggunaan kateter indweling dan kateter kondom untuk mempercepat pengeluaran urine (jika memungkinkan).
d.        Berikan intervensi khusus untuk klien dengan defisit visual.
1)        Letakan bel pada tempat yang mudah di jangkau sehingga klien dapat segera memperoleh bantun untuk melakukan eliminasi; jawab panggilan dengan segera untuk mengurangi kecemasan
2)        Jika pispot atau urinal di butuhkan untuk eliminasi pastikan benda benda tersebut terletak dalam jangkawan klien
3)        Atur jona aman dan bebas hambatan unjtuk menuju toilet
e.         Untuk klien yang mengalami gangguan pada ektremitas atau kehilangan anggota gerak, berikan perawatan adaktif yang di perlukan dan meningkatkan kemandirian dan keamanan klien (commode, vispotuntuk peraktur, tempat duduk toilet ygang bisa di tinggikan side rail untk toilet).
f.         Berikan intervensi khusud untuk klien dengan  berikan intervensi khusus untuk klien dengang devisit kognitif.
1)        Pasang pengikat waktu (timer) untuk eliminasi setiap dua jam sehabis makan, dan sebelum tidur.
2)        Anjurkan klien mengguanakan pakaian yang bisa (banyak individu yang awalnya kebingungan akhirnya dapat berkemih ketika mengguanakan pakaian yang biasa.
3)        Hindari penggunaan pispot jika kondisi pisik klien memungkinkan,ciptakan suasananya yang normal dengan membiasakan klien eliminasi di kamar mandi.
3.         Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, prekuensi BAB yang berlebihan.

2.2.4. Intervensi
a.         Ganti popok anak jika basah.
b.         Bersihkan bokong perlahan dengan sabun nonalkohol.
c.         Beri salep seperti zink oksida bila terjaid iritasi pada kulit.
d.        Observasi bokong dan parienen dri infeksi.
e.         Kolaborasi dengan dokter dan pemberian terapi antifungsi sesuai indikasi.
f.          Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.



Intervensi dan rasional.
a.       Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan,pandangan dirinya, Rasional : membantu klien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa.
b.      Catat prilaku menarik diri, penimgkatan ketergantungan, manipulasi, atau tidak terliabt pada perawatan . rasional : dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
c.       Pertahankan pendektan positif selama aktivitas perawatan. Rasional: bantu/klien orang terdekat untuk menerima perubahan tbuh dan merasakan baik tentang diri tersendiri.

2.2.5. Evaluasi
1.         Melihat kembali perkembangan  kesembuhan klien.
2.         Hasil yang diharapkan dari higiene mulut tidak dapat dilihat dalam beberapa hari.
3.         Pembersihan yang berulang-ulang harus sering kali dilakukan.
4.         Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi dalam evaluasi.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)