Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

ADAPTASI PSIKOLOGI MASA NIFAS


ADAPTASI PSIKOLOGI MASA NIFAS

A.      Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam Masa Nifas
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah.
Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1.      Fungi menjadi orang tua
2.      Respon dan dukungan dari keluarga
3.      Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan.
4.      Harapan, keinginan dan inspirasi saat hamil dan melahirkan.

B.       Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain :
1.      Fase Taking In
Fase ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima, suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 – 3 hari. Penelitian yang lebih baru (Ament, 1990) mendukung pernyataan Rubin, kecuali bahwa wanita sekarang berpindah lebih cepat dari fase menerima.
Fase menerima yang kuat hanya terlihat pada 24 jam pertama pascapersalinan. Selama beberapa jam atau beberapa hari pasca persalinan, wanita sehat yang dewasa tampaknya mengesampingkan semua tanggung jawab sehari-hari. Mereka bergantung kepada orang lain sebagai respons terhadap kebutuhan mereka akan istirahat dan makanan.
Pada fase ini suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka mengomunikasikannya. Mereka merasa perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata.  Pemusatan, analisis, dan sikap yang menerima pengalaman ini membantu oang tua untuk berpindah ke fase berikutnya. Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit tingkat persepsi ibu. Oleh karena itu, informasi yang diberikan pada waktu ini mungkin perlu diulang. Ketidaknyamanan yang biasanya dialami pada fase ini antara lain rasa mules, nyeri luka jahitan (bila ada), kurang tidur, dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
a.       Kekecewaan pada bayinya
b.      Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
c.       Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d.      Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2.      Fase Taking Hold
Fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 – 10 hari pascapersalinan. Dalam fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia berespons dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Dalam 6 – 8 minggu pasca persalinan, kemampuan ibu untuk menguasai tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting. Harapan yang realitis mempermudah kelangsungan fungsi-fungsi keluarga selanjutnya sebagai suatu unit. Beberapa wanita sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya karena ia harus merawat bayi dan tidak suka terhadap tanggung jawab dirumah dan merawat bayi. Ibu yang kelihatanya memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai berikut:
a.       Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.
b.      Wanita karier
c.       Wanita yang tidak punya cukup banyak teman/keluarga untuk dapat berbagi rasa.
d.      Ibu yang berusia remaja.
e.       Wanita yang tidak bersuami.
Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi. Persaan mudah tersinggung bisa timbul akibat berbagai faktor. Secara psikologis, ibu mungkin jenuh dengan banyaknya tanggung jawab sebagai orang tua. Ia bisa merasa kehilangan dukungan yang pernah diterimanya dari anggota keluarga dan teman-teman ketika dia hamil. Beberapa ibu menyesal tentang hilangnya hubugan antara ibu dengan anak yang belum lahir. Beberapa yang lain mengalami perasaan kecewa ketika persalinan dan kelahiran telah selesai.
Keletihan pasca persalinan diperburuk oleh tuntutan bayi yang banyak sehingga mudah dapat timbul perasaan depresi. Dikatakan bahwa masa puerperium ini, kadar gluko kortiokid dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan fisiologis ini dapat menjelaskan depresi pascapartum ringan. Reaksi depresif tidak perlu diekspresikan secara verbal. Keadaan depresif biasanya ditandai oleh perilaku yang khas (menarik diri, kehilangan perhatian terhadap sekeliling dan menangis). Ketika tugas-tugas dan penyesuaian telah dijalankan dan dapat dikendalikan, tercapailah suatu keadaan stabil. Pada saat ini, tanggung jawab baru sebagai orang tua, yang harus dihadapi selama hidup, mulai menjadi pusat perhatian.
3.      Fase Letting Go
Pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu sistem dengan para nggota saling berinteraksi. Hubungan antarpasangan, walaupun sudah berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan banyak karakteristik awal. Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak melibatkna anak pasangan ini harus berbagi kesenangan yang bersifat dewasa. Kebanyakan suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada minggu ketiga atau keempat setelah anak lahir. Beberapa memulai hubungan lebih awal, yakni segera setelah hal itu dapat dilakukan tanpa wanita merasa nyeri.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold, dan letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang diraasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.

C.      Gangguan Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas
1.      Depresi pascapersalinan (Post Partum Blues)
Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama pascapersalinan. Atau merupakan kesedihan atau kemurungan pascapersalinan, yang biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar 2 hari – 2 minggu sejak kelahiran bayi. Disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Gejala-gejalanya sebagai berikut:
a.       Cemas tanpa sebab
b.      Menangis tanpa sebab
c.       Tidak sabar
d.      Tidak percaya diri
e.       Sensitif mudah tersinggung
f.       Merasa kurang menyayangi bayinya
Penyebabnya :
a.       Kekecewaan emosional (hamil, salin)
b.      Rasa sakit pada masa nifas awal.
c.       Kelelahan, kurang tidur
d.      Cemas terhadap kemampuan merawat bayi
e.       Takut menarik lagi bagi suami.
Banyak faktor yang dianggap mendukung pada sindroma ini, yaitu :
a.       Faktor hormonal yang terlalu rendah
b.      Faktor demografik yaitu umur dan parietas.
c.       Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan Latar belakang psikososial yang bersangkutan.
2.      Depresi Post partum
Depresi postpartum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Pitt (1988) dalam Pitt (Regina dkk,2001) depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari kehari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido. Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah persalinan, wanita stersebut secara sosial dan emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. Depresi pasca persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.       Faktor Biologis.
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
b.      Faktor umur
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
c.       Faktor pengalaman.
Depresi pasca persalinan ini lebih banyak ditemukan pada primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
d.      Faktor pendidikan.
Perempuan yang berpendidikan tinggi, menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktifitasnya diluar rumah dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka.
e.       Faktor selama proses persalinan.
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses pesalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pasca persalinan.
f.       Faktor dukungan sosial.
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Gejala depresi seringkali timbul dengan gejala kecemasan. Manivestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh bdiri. Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan pikiran-pikiran ingin bunuh diri, paham-paham paranoid dan ancaman-ancaman kekerasan terhadap anak-anaknya. Tetapi dibandingkan dengan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain mimpi buruk, insomnia, fobia, kecemasan, meningkatnya sensifitas, dan  perubahan mood.
3.      Post Partum Psikosa
Depresi ini merupakan depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam enam minggu pasca persalinan yang disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau schizoaffiktif disorder. Wanita trsebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena postpartum psikosa. Gejalanya ialah:
a.       Delusi
b.      Halusinasi
c.       Gangguan saat tidur
d.      Obsesi mengenai bayi
e.       Kesedihan dan Duka Cita
Setelah ibu melahirkan tidak hanya perasaan gembira yang dirasakan ibu, akan tetapi ibu juga akan mengalami kesedihan dan duka cita, adapun kesedihan dan duka cita ibu sebagai berikut:
a.       Kemurungan masa nifas.
Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan perubahan dalam diri seorang wanita selama kehamilan serta perubahan irama/cara kehidupannya setelah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami kemurungan pasca persalinan,karena ia masih mudah mempunyai mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa nifas adalah hal yang umum dan perasaan-perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan.
b.      Terciptanya ikatan ibu dan bayi.
Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam pertama setelah kelahiran adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya, meletakkan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi pada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya kemudian redupkan lampu lampu ruangan agar bayi membuka matanya. Perilaku normal orangtua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota badan bayi dengan telapak tangan dan menggendongnya dilengan dan memposisikannya sedemikian rupa sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi. Tanda dan gejala kemurungan masa nifas yaitu sangat emosional sedih khawatir, mudah terisnggung, cemas, merasa hilang semngat, mudah marah, sedih tanpa sebab dan menangis berulang kali. Berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan dalam cara hidupnya sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh kembali pada keadaan tidak hamil dan smentara proses menyusui telah terjadi. Kemurungan dapat terjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamana jasmani, rasa letih, stress, atau kecemasan yang tidak diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adatnya cara penanganan yang tidak peka oleh para petugas.

D.      Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas
1.      Depresi pascapersalinan (Post Partum Blues)
a.        Mempersiapkan persalinan dengan lebih baik yaitu tidak hanya menekankan pada materi, tapi yang lebih penting dari segi psikologis dan mental ibu.
b.        Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1)      Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
2)      Dapat memahami dirinya
3)      Dapat mendukung tindakan konstruktif
c.        Dengan cara peningkata suport mental/dukungan keluarga.
1)      Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan
2)      Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakn ibu, mintalah dukungan dan pertolongannya.
3)      Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
4)      Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri
2.      Depresi PostPartum
a.       Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih.
b.      Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang ringan, bernbagi cerita dengan orang lain, brsikap flesibel, bergabung dengan orang-orang baru, dan menyarankan pada ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
3.      Depresi Postpartum Psikosa
a.       Hendaknya anggota keluarga harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian
b.      Sarankan kepada pasien untuk istirahat cukup, mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, bergabung dengan orang-orang yang baru, bersikap fleksibel, berbagi cerita dengan orang yang terdekat, serta sarankan berkonsultasi dengan tenaga medis.



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)