Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH TINDAKAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM


MAKALAH
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra – hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu.
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.     Tujuan Penulisan................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pemantauan Involusi Uteri................................................................... 3
B.     Perawatan Vulva Masa Nifas............................................................... 5
C.     Perawatan Luka Perineum.................................................................... 7
D.    Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas ( Breast Care )............................ 12

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .......................................................................................... 20
B.     Saran .................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra – hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. (Askeb Ibu Masa Nifas, 2011)
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi. (Bennet dan Brown, 1999, P : 590)
Pada masa nifas, ibu akan mengalami perubahan perasaan, dimana keadaan ini disebut Post Partum Blues. Post Partum Blues termasuk depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu setelah melahirkan. Sekitar 70% dari semua ibu yang melahirkan pernah mengalami Post Partum Blues (The NFC Foundation, 2000).
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2006 : 122).
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI (Prawirohardjo, 2006).

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep pemantauan involusi uteri
2.      Bagaimana konsep perawatan vulva masa nifas
3.      Bagaimana konsep perawatan luka perineum
4.      Bagaimana konsep perawatan payudara pada ibu nifas (breast care)

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pemantauan involusi uteri
2.      Untuk mengetahui perawatan vulva masa nifas
3.      Untuk mengetahui perawatan luka perineum
4.      Untuk mengetahui perawatan payudara pada ibu nifas (breast care)




BAB II
PEMBAHASAN

A.    PEMANTAUAN INVOLUSI UTERI
1.      Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)
Menurut (Hincliff, 1999) Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan.

2.      Proses Involusi Uterus
 Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia, yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi lebih baik. Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada ukuran semula.

3.      Bekas Implantasi Uteri
Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol. Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih.

4.      Lokia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai berikut :
a.       Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
b.      Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
c.       Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d.      Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
e.       Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f.       Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.

5.      Teknik Pengukuran Involusi Uteri
Pengukuran involusi uteri dilakukan dengan cara palpasi, yaitu dengan mengumpulkan uterus, setelah itu diraba dan diukur dengan jari seberapa jarak uterus antara pusat sampai simpisis.





B.     PERAWATAN VULVA MASA NIFAS
1.      Pengertian
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan protektif
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya daerah perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang disediakan khusus untuk keperluan tersebut. Penggantian tampon harus sering dilakukan, sedikitnya sesudah pencucian perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis menggunakan pispot. Payudara harus mendapatkan perhatian khusus pada saat mandi yang bisa dilakukan dengan memakai spons atau shower dua kali sehari. Payudara dibasuh dengan menggunakan alat pembasuh muka yang disediakan khusus untuk keperluan ini. Kemudian masase payudara dilakukan dilakukan dengan perlahan – lahan dan puting secara hati – hati ditarik keluar. Jangan menggunakan sabun untuk membersihkan puting

2.      Tujuan
a.       Untuk mencegah infeksi
b.      Untuk penyembuhan luka jahitan perineum.
c.       Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.

3.      Persiapan Alat
a.       Kapas sumblimat
b.      Alas pantat
c.       Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
d.      Betadin dan kain kasa
e.       Bengkok

4.      Cara Ibu Nifas Melakukan Vulva Hygiene Sendiri.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri Ibu nifas adalah sebagai berikut :
1)      Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Langkah pertama ibu membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah anus. Dan sebaiknya ibu membersihkan daerah sekitar vulva setiap kali selesai BAK atau BAB.
2)      Mengganti pembalut atau kain pembalut 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
3)      Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
4)      Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut (Saifuddin, 2002).

5.      Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.
Pelaksanaan
1)      Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiran
2)      Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang akan dilakukan
3)      Perawat mencuci tangan
4)      Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka.
5)      Pengalas dan dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal recumbent
6)      Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)
7)      Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
8)      Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka labia minora. vulva dibersihkan mulai dari labia minora kiri, labia minora kanan, labia mayora kiri, labia mayora kanan, vestibulum, perineum.
9)      Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang baru hingga bersih.
10)  Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya apakah masih basah, apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainya
11)  Jahitan perineum dikompres dengan betadin
12)  Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali
13)  Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula.

C.    PERAWATAN LUKA PERINEUM
1.      Pengertian
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

2.      Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.

3.      Bentuk Luka Perineum
a.       Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
b.      Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
a.       Episiotomi medial
b.      Episiotomi mediolateral

Sedangkan rupture meliputi
a.      Tuberositas ischii
b.      Arteri pudenda interna
c.       Arteri rektalis inferior

4.      Dampak Dari Perawatan Luka Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :
a.       Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
b.      Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
c.       Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).
5.      Waktu Perawatan
a.       Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
b.      Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
c.       Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

6.      Penatalaksanaan
Langkah-langkah pejahitan robekan perineum
a.       Persiapan Alat
1)      Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
-          Wadah berisi : Sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
-          Kapas DTT
-          Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
-          Patahkan ampul lidokain
2)      Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur
3)      Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4)      Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
5)      Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
6)      Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7)      Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8)      Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan kiri
9)      Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
10)  Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua.
b.      Anestesi Lokal
1)      Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan
2)      Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3)      Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4)      Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
5)      Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang luka pada mukosa vagina
6)      Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7)      Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
c.       Penjahitan Laserasi pada Perineum
1)      Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2)      Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin hymen
3)      Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4)      Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5)      Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6)      Pidahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya
7)      Masukkan jari ke dalam rectum
8)      Periksa ulang kembali pasa luka
9)      Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
10)  Nasehati ibu untuk :
a)      Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b)      Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c)      Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
d)     Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka

D.    PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS ( BREAST CARE)
1.      Pengertian perawatan payudara pada masa nifas
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI (prawirohardjo,2006).
Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara selama kehamilan (terutama pada trimester 3) dan setelah persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Dilakukan 2 x sehari (saleha, 2009).
Perawatan  payudara (Breast care) adalah suatu cara merawat payudara yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk kebersihan  payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar.  Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan kebersihan personal hygine (Rustarmadji, 2006).

2.      Tujuan perawatan payudara
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
·         Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
·         Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
·         Untuk menonjolkan puting susu
·         Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
·         Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
·         Untuk memperbanyak produksi ASI
·         Untuk mengetahui adanya kelainan
            Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari (sulistiyawati, 2009).

3.      Persiapan perawatan payudara
Persiapan Alat:
·         Baby oil/minyak kelapa
·         Kapas/kassa secukupnya
·         Handuk 1 buah
·         Waslap bersih 2 buah
·         Bengkok/ember
·         Baskom berisi cairan (air hangat dan dingin)
·         BH yang bersih, menyangga payudara dan dapat menyerap keringat Ibu
Pelaksanaan:
·         Memberikan prosedur yang akan dilaksanakan
·         Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman
·         Mengatur posisi klien dan alat-alat peraga supaya mudah dijangkau
·         Cuci tangan sebelum dilaksanakan perawatan payudara
·         Pasang handuk di pinggang klien satu dan yang satu dipundak
·         Ambil kapas dan basahi dengan minyak dan kemudian tempelkan pada areola mamae selama 5 menit kemudian bersihkan dengan diputar.
·         Kedua tangan diberi minyak dengan rata kemudian lakukan pengurutan (Suherni, 2009).

4.      Cara perawatan payudara
Langkah-langkah pengurutan payudara
a.         Pengurutan pertama
Terdiri dari empat gerakan yang dilakukan pada kedua payudara selama lima menit. Berikut tahap-tahap yang dilakukan pada pengurutan pertama:
·         Licinkan kedua tangan dengan minyak
·         Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara
·         Lakukan pengurutan, dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kiri kearah sisi kiri dan telapak tangan kanan ke arah sisi kanan
·         Lakukan terus pengurutan ke bawah / ke samping. Selanjutnya, pengurutan melintang. Telapak tangan mengurut ke depan, lalu kedua tangan dilepas dari payudara
·         Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara
             Pengurutan kedua
Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
b.        Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan. Lakukan dua kali gerakan pada setiap payudara.
Ø  Pengompresan
Lakukan tahap pengompresan. Sebelumnya, siapkan alat berupa dua buah wadah/baskom kecil yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air dingin serta dua buah waslap. Selanjutnya, kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama dua menit, lalu ganti dengan kompres waslap dingin selama satu menit. Kompres bergantian selama tiga kali berturut-turut dan akhiri dengan kompres air hangat.
Ø  Perawatan puting susu
Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merawat puting susu :
a)         Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi minyak selama lima menit agar kotoran disekitar puting mudah terangkat
b)        Jika puting susu normal, lakukan perawatan berikut. Oleskan minyak pada ibu jari dan telunjuk, lalu letakkan keduannya pada puting susu. Lakukan gerakan memutar kearah dalam sebanyak 30 kali putaran untuk kedua puting susu. Gerakan ini untuk meningkatkan elastisitas otot puting susu
c)         Jika puting susu datar atau masuk kedalam, lakukan tahap berikut :    
-          Letakkan kedua ibu jari di sebelah kiri dan kanan puting susu, kemudian tekan dan hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan
-          Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting susu, lalu tekan serta   hentakkan   ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan.
Catatan :
·           Hindari gerakan yang dapat memarkan puting susu
·           Hindari penarikan puting susu dan payudara keluar karena dapat merusak jaringan-jaringan payudara
·           Hindari penggesekan diatas payudara karena dapat menimbulkan rasa panas pada kulit payudara
Selesai melakukan perawatan payudara, pakailah bra atau BH yang menyangga payudara dengan sempurna. Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, proses menyusui nantinya dapat berjalan dengan lancar.

5.      Perawatan payudara dengan masalah
a.      Putting susu lecet
       Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lece dan memerah ASI secara manual dan di tampung pada botol steril lalu di suapkan menggunakan sendok kecil . Olesi dengan krim untuk payudara yang lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet (Mellyna, 2009).
b.      Penyumbatan kelenjar payudara
Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area yang mengeras. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif. Lanjutkan dengan mengeluarkan air susu dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu. (Suririnah, 2007).
c.       Pengerasan payudara
Menyusui secara rutin sesuai dengan kebutuhan bisa mambantu mengurangi pengerasan, tetapi jika bayi sudah menyusui dengan baik dan sudah mencapai berat badan ideal, ibu mungkin harus melakukan sesuatu untuk mengurangi tekanan pada payudara. Sebagi contoh, merendam kain dalam air hangat dan kemudian di tempelkan pada payudara atau mandi dengan air hangat sebelum menyuusi bayi. Mungkin ibu juga bisa mengeluarkan sejumlah kecil ASI sebelum menyusui, baik secara manual atau dengan menggunakan pompa payudara. Untuk pengerasan yang parah, gunakan kompres dingin atau es kemasan ketika tidak sedang menyusui untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan mengurangi pembengkakan (Nichol, 2006).




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI (Prawirohardjo, 2006).

B.     Saran
Pengetahuan akan perawatan masa nifas sangat penting untuk dikuasai. Karena dalam periode masa nifas banyak sekali perubahan yang terjadi pada pasien sehingga perlu perawatan yang benar agar tubuh kembali normal.




DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)