Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

PENGARUH FAKTOR MATERNAL TERHADAP KEJADIAN PERSALINAN PRETERM PADA IBU BERSALIN


PENGARUH FAKTOR MATERNAL TERHADAP KEJADIAN PERSALINAN PRETERM PADA IBU BERSALIN
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37. Persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Masalah utama dalam persalinan prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya. (1)
Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas dan mortalitas neonatal diseluruh dunia. Saat paling berbahaya dalam hidup bagi seorang bayi prematur adalah ketika ia baru saja terlahir ke dunia. Persalinan preterm merupakan salah satu penyebab terbanyak kematian bayi, selain karena infeksi. Menurut data WHO bahwa sebanyak 15 juta bayi terlahir prematur setiap tahun. Data WHO tahun 2013 menunjukan angka kelahiran bayi pada 2010 sebanyak 4.371.800 jiwa. Dari jumlah tersebut, satu dari enam yang lahir mengalami premature atau 15,5 per 100 kelahiran hidup. (2)
 Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran di Indonesia diperkirakan sebesar 5.000.000 orang pertahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi 56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2 -2,6 menit bayi meninggal. Penyebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%). (2)
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan disuatu Negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih sangat tinggi, menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Bayi (AKB) adalah 32/1000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target dalam Millennium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun XXX yaitu 23/1000 KH, ternyata AKB di Indonesia masih sangat tinggi. (3)
Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 6,3/1000 kelahiran hidup yang disebabkan oleh kematian neonatal yaitu karena BBLR 43,7%, asfiksia 26,1%, kelainan congenital 7,9%, sepsis 2,5%, ikterus 1,4%, tetanus neonatorum 0,6%, lain-lain17,7%, dan penyebab kematian bayi yaitu pneumonia 26,7%, diare 11,3%, kelainan syaraf 2,8%, kelainan saluran cerna 2,3%, tetanus 0,2%, dan lain-lain 56,6%.(4)
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten XXX (2014) jumlah estimasi persalinan mencapai 58,921 sedangkan angka persalinan yang ada yaitu 45,898 (78%). Angka Kematian Bayi sebesar 309 kasus. Penyebab kematian tersebut antara lain BBLR (156), asfiksia (80), tetanus neonatorum (3), sepsis (5), kelainan kongenital (27), icterus (3), lain-lain (35). (5)
Penyebab persalinan prematur yaitu iatrogenic (20%), infeksi (30%), ketuban pecah dini saat preterm (20-25%), dan persalinan preterm spontan (20-25%). Secara teoritis faktor resiko prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu iatrogenik, faktor maternal, faktor janin, dan faktor prilaku. Faktor iatrogenic merupakan faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa, kelainan serviks (serviks inkompeten), hidramnion, infeksi intra-amnion, hipertensi dan trauma. Faktor janin meliputi kehamilan kembar (gemelli), janin mati (IUFD), dan cacat bawaan (kelainan kongenital). Faktor perilaku meliputi ibu yang merokok dan minum alcohol. (1)
Berdasarkan studi pendahuluan di RUMAH SAKIT XXX pada tanggal 27 Mei XXX diperoleh data jumlah seluruh ibu bersalin periode januari-April XXX sebanyak 434 dan jumlah persalinan preterm terdapat 54 kasus.(6)
Masih tingginya angka persalinan preterm yang di sebabkan oleh berbagai faktor yang salah satunya disebabkan oleh faktor maternal dan faktor janin, maka peran bidan dalam melakukan pengawasan antenatal care harus lebih ditingkatkan kembali, agar dapat meminimalisir angka kejadian persalinan preterm, karena dengan kejadian persalinan preterm maka lebih banyak faktor resiko yang akan dialami oleh bayi terutama asfiksia, BBLR dan belum matangnya ogan-organ vital lainnya yang akan menyebabkan kematian bayi.
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan “Pengaruh Faktor Maternal Terhadap Kejadian Persalinan Preterm pada Ibu Bersalin di RUMAH SAKIT XXX Kabupaten XXX Periode bulan April XXX.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut “Apa Pengaruh Faktor Maternal Terhadap Kejadian Persalinan Preterm pada Ibu Bersalin di RUMAH SAKIT XXX Kabupaten XXX Periode bulan April XXX.

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
 Untuk mengetahui faktor maternal terhadap kejadian persalinan preterm pada ibu bersalin di RUMAH SAKIT XXX Kabupaten XXX Periode bulan April XXX.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui gambaran faktor maternal di RUMAH SAKIT XXX Kabupaten XXX Periode bulan April XXX.
b.      Mengetahui gambaran persalinan preterm di RUMAH SAKIT XXX Kabupaten XXX Periode bulan April XXX.
c.       Mengetahui pengaruh faktor maternal terhadap kejadian persalinan preterm di RUMAH SAKIT XXX Kabupaten XXX Periode bulan April XXX.

D.    Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada faktor maternal terhadap kejadian persalinan preterm. Subjek penelitian ini seluruh ibu bersalin di RUMAH SAKIT XXX Kabupaten XXX. Alasan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor maternal mempengaruhi terhadap kejadian persalinan preterm. Penelitian ini dilakukan pada seluruh ibu bersalin pada bulan April XXX. Tempat penelitian di RUMAH SAKIT XXX Kabupaten XXX. Metode penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan retrospektif.

E.     Kegunaan Penelitian
1.      Guna Teoritis
a.      Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik. Sebagai bahan acuan untuk penulisan selanjutnya yang berkaitan dengan persalinan preterm. Dapat memperbaiki mutu pembelajaran dalam institusi pendidikan.
b.      Bagi Peneliti
Mendapatkan tambahan wawasan mengenai pengaruh faktor maternal terhadap kejadian persalinan preterm pada Ibu Bersalin.
2.      Guna Praktis
a.      Bagi Responden
Diharapkan ibu dapat mengetahui tentang faktor apa saja yang dapat menyebabkan persalinan prematur.
b.      RUMAH SAKIT XXX
Untuk dijadikan sebagai acuan untuk mengidentifikasi kejadian persalinan preterm.
c.       Bagi profesi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam melakukan pemeriksaan Antenatal Care untuk mencegah persalinan preterm.



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)