Pengaruh Bimbingan
Labolatorium Mandiri Terhadap Kecakapan Mahasiswa Kebidanan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita sudah memasuki tahun 2010 dan
tantangan yang dihadapi saat ini tidaklah sedikit sehingga dibutuhkan sumber
daya manusia Indonesia yang handal untuk menghadapi tantangan tersebut. Tidak
bisa dipungkiri lagi bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor untuk
meningkatkan sumber daya manusia. Suatu negara tidak akan pernah maju jika
sumber daya manusia yang ada didalamnya berkualitas rendah (Djamarah, 2006).
Dengan begitu sumber daya manusia
suatu negara dan kesuksesan pembangunan nasional ditentukan oleh faktor
pendidikan. Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa
khususnya bagi bangsa Indonesia sebagai negara berkembang. Sejalan dengan
pembangunan nasional pada hakekatnya membangun manusia Indonesia seutuhnya
adalah membangun masyarakat Indonesia guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur
baik spiritual atau material, pemerintah memberikan penegasan tentang
pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan
kualitas sumber daya manusia (Djiwandono, 2005).
Terdapat tiga persoalan pokok dalam
belajar yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Persoalan proses
adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek
belajar. Didalam proses belajar terjadi pengaruh timbalbalik antara berbagai
faktor antara lain: Subyek belajar, metode, peralatan dan materi (Notoatmodjo,
2005).
Proses belajar itu memerlukan empat
faktor penunjang antara lain faktor dari luar meliputi: faktor lingkungan dan
faktor instrumental, serta dari dalam meliputi: faktor fisiologis dan faktor
psikologis (Djamarah, 2005).
Menurut Syah (2004) faktor yang mempengaruhi
belajar ada tiga yaitu: Faktor internal yang meliputi fisiologis dan
psikologis, faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan non sosial serta
faktor pendekatan belajar mahasiswa. Faktor psikologis merupakan faktor dari
dalam yang merupakan hal utama yang menentukan intensitas belajar yang
meliputi: Minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif (Djamarah,
2006).
Motivasi belajar merupakan
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada
kegiatan belajar demi mencapai tujuan (Winkel, 2005).
Motivasi dapat menentukan baik
tidaknya mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar
kesuksesan yang diraih. Motivasi belajar mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran
praktik di laboratorium dapat timbul secara intrinsik dan ekstrinsik (Winkel,
2007).
Kurikulum yang ditetapkan di Akademi
kebidanan menjadi salah satu motivasi ekstrinsik bagi mahasiswa dalam
mengikuti pembelajaran praktik di laboratorium karena mengikuti kegiatan
tersebut merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa kebidanan dalam rangka
menerapkan teori dan konsep-konsep kebidanan yang didapat saat pembelajaran di kelas.
Jadi mau tidak mau mahasiswa harus mengikutinya padahal motivasi yang
sesungguhnya dalam diri mahasiswa untuk belajar praktik di laboratorium sangat
berbeda-beda antara mahasiswa satu dengan yang lainya.
Kemauan mahasiswa dalam mengikuti
pembelajaran praktik di laboratorium sangat menentukan kemampuan mahasiswa
dalam melakukan praktik tindakan kebidanan bagi pasien, sehingga pada akhirnya
nanti motivasi belajar mahasiswa yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran
praktik di laboratorium, akan membentuk seorang bidan yang profesional yang
unggul dalam keterampilan bidan dan mampu memberikan pelayanan kebidanan yang
terbaik untuk pasien. Oleh sebab itulah motivasi diperlukan dalam mengikuti
proses belajar baik dikelas, klinik maupun di laboratorium, bagi mahasiswa
kebidanan. Disamping itu output yang baik dapat membawa nama baik
institusi penyelenggara pendidikan kebidanan (Maay, 2007).
Studi pendahuluan yang dilakukan
penulis yaitu dengan observasi secara langsung di Laboratorium Akademi
Kebidanan XXX. Sesuai dengan hasil observasi peneliti di Laboratorium Akademi
Kebidanan XXX ditemukan masalah sarana dan fasilitas yang kurang lengkap untuk
menjadi sebuah laboratorium pendidikan, Sarana yang kurang lengkap tersebut
misalnya patung manekin (boneka
tiruan seperti manusia yang digunakan sebagai pasien) kondisi sebagian sudah
rusak, dan patung NGT tidak ada di labolatorium kebidanan.
Sedangkan fasilitas yang kurang
lengkap ditunjukkan dengan kondisi dan jumlah gedung laboratorium yang hanya
terdiri dari dua ruangan yang digunakan untuk belajar praktik mahasiswa Diploma
III, dimana jumlah 30 mahasiswa tidak sebanding dengan luas ruangan yang ada.
Seharusnya sebuah laboratorium yang ideal memiliki sarana yang memadai seperti
peralatan dan perlengkapan praktik yang sesuai dengan jenis mata pelajaran
praktik di kebidanan serta memiliki sejumlah besar peralatan yang bisa
digunakan untuk belajar mahasiswa secara mandiri atau kelompok dalam waktu yang
sama, selain itu sebuah laboratorium juga harus memiliki prasarana belajar yang
menunjang seperti gedung yang baik, dalam hal luasnya, jumlah ruangan, kondisi
fisik bangunan, letak yang strategis dan nyaman.
Masalah yang lain yaitu saat proses
pembelajaran di laboratorium berlangsung, jumlah mahasiswa lebih banyak daripada
dosen dimana satu dosen mengajar kurang lebih 30 mahasiswa dalam waktu yang
bersamaan. Perbandingan antara dosen dan mahasiswa yang ideal saat pembelajaran
di laboratorium yaitu 1:14. Seharusnya saat dosen melakukan pembelajaran dengan
metode demonstrasi, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (10-14
mahasiswa) didampingi oleh seorang dosen ataupun asisten dosen (Roestiyah,
2006).
Terdapat juga masalah jadwal
penggunaan laboratorium yang tidak teratur, karena untuk mahasiswa Diploma III
tingkat I, dan tingkat III menempati ruang laboratorium yang sama dalam belajar
praktik, seharusnya ada jadwal yang jelas dan pasti dalam hal hari, tanggal,
waktu yang dibuat oleh kepala laboratorium sehingga tidak terjadi permasalahan
dalam penggunaan ruangan dan peralatan sehingga proses belajar akan menjadi
lancar.
Suasana belajar praktik yang tidak
kondusif juga terjadi, misalnya suasana ruangan yang panas dan gaduh karena
jumlah mahasiswa yang lebih banyak daripada dosen sehingga mahasiswa menjadi
sulit berkonsentrasi dan tidak efektif karena waktu dan peralatan yang tersedia
terbatas sehingga mahasiswa tidak bisa mencoba prasat kebidanan secara mandiri
ataupun kelompok serta metode pembelajaran yang digunakan oleh dosen kurang
bervariasi karena selama ini hanya demonstrasi saja seharusnya dosen mampu
menggunakan metode pembelajaran yang lain seperti simulasi, role play,
kerja kelompok dan lain-lain dalam pembelajaran praktik di laboratorium
(Roestiyah, 2006).
Hasil observasi pada kegiatan
belajar mahasiswa semester IV yang berjumlah 50 mahasiswa saat mengikuti
pembelajaran praktik Kebidanan ditemukan masih adanya mahasiswa yang datang
terlambat dengan berbagai macam alasan keterlambatan sebanyak 15% dan yang
tidak masuk sebanyak 2%, masih adanya mahasiswa yang tidak memperhatikan saat
dosen mempraktikkan prasat tindakan kebidanan misalnya dengan bermain hp, Mp3,
dan berbicara sendiri dengan teman yang lain sebanyak 20%, dan masih adanya
mahasiswa yang tidak mau mencoba melakukan prasat kebidanan saat ditunjuk oleh
dosen maupun pada latihan mandiri dan kelompok sebanyak 5%.
Setelah melakukan studi pendahuluan dengan cara wawancara
kepada 10 mahasiswa tingkat III didapatkan data: 2 mahasiswa merasa tertarik
dengan belajar praktik di laboratorium karena kurikulum belajar, materi praktik
dan metode belajar yang digunakan oleh pengajar dan 8 mahasiswa kurang berminat
terhadap belajar praktik di laboratorium karena masalah sarana dan fasilitas,
metode dan kurikulum belajar.
Gambaran yang diperoleh peneliti
dari hasil observasi dan wawancara tersebut yaitu adanya motivasi belajar
mahasiswa dalam belajar praktik di laboratorium yang masih kurang, seharusnya
100% mahasiswa tertarik belajar di laboratorium tanpa alasan apapun karena
merupakan aplikasi dari teori yang diberikan di kelas dan merupakan kewajiban
yang harus dilakukan ketika seseorang memilih untuk kuliah di kebidanan.
Motivasi belajar yang kurang ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya
yaitu faktor dari luar seperti suasana laboratorium yang kurang mendukung, metode
pembelajaran yang kurang bervariasi serta sarana dan prasarana yang kurang
lengkap.
Motivasi pada dasarnya berfungsi
sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Mahasiswa yang mempunyai
motivasi belajar yang tinggi maka prestasi yang diperoleh akan lebih baik pula,
sebaliknya apabila motivasi belajar yang rendah dan merasa dirinya bosan dan
malas belajar maka prestasi belajarnya akan menurun. Jika dikaitkan dengan
proses pembelajaran di laboratorium maka motivasi belajar mahasiswa yang rendah
mengakibatkan mahasiswa menjadi kurang terampil dalam melakukan keterampilan
kebidanan. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi output proses belajar di
kebidanan.
Berdasarkan kondisi proses belajar
di laboratorium tersebut maka perlu diteliti. Seberapa besar hubungan motivasi
belajar mahasiswa kebidanan tingkat II dengan mengikuti pembelajaran praktik di
laboratorium Akademi Kebidanan.
B.
RumusanMasalah
Berdasarkan
uraian masalah dalam latar belakang yaitu mengikuti
pembelajaran praktik lab maka rumusan permasalahan
yang dibuat oleh peneliti ini adalah Pengaruh Bimbingan Labolatorium Mandiri
Terhadap Kecakapan Mahasiswa Kebidanan Di XXX Tahun XXX.
C.
TujuanPenelitian
1.
TujuanUmum
Tujuan
umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Bimbingan Labolatorium Mandiri Terhadap Kecakapan Kebidanan Di XXX Tahun
XXX.
2.
TujuanKhusus
Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi :
a.
Mengetahui
Proses Bimbingan Labolatorium
Mandiri Mahasiswa Kebidanan Di XXX Tahun XXX
b.
Mengetahui
tingkat Kecakapan Mahasiswa
Kebidanan Di XXX Tahun XXX
c.
Mengetahui Pengaruh Bimbingan Labolatorium Mandiri Terhadap Kecakapan
Mahasiswa Kebidanan Di XXX Tahun XXX
D.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup
penelitian ini dilaksanakan di XXX, objek penelitian yaitu seluruh mahasiswa
kebidanan yang ada di lingkungan XXX yang turut serta dalam penatalaksanaan
kecakapan mahasiswa di XXX tahuan XXX
E. KegunaanPenelitian
1.
Guna Teoritis
a.
Bagi Institusi pendidikan
Dapat meningkatkan kualitas bimbingan dan strategi pembelajaran yang
lebih baik pada mahasiswa dalam belajar praktik di laboratorium dalam rangka
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
b. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan kualitas bimbingan dan strategi pembelajaran yang
lebih baik pada mahasiswa dalam belajar praktik di laboratorium dalam rangka
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
2.
GunaPraktis
a. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian dapat memberikan dorongan pada mahasiswa untuk
lebih memahami arti pentingnya Pengaruh Bimbingan
Labolatorium Mandiri Terhadap Kecakapan Mahasiswa Kebidanan Di XXX .
b. Bagi XXX.
Hasil penelitian dapat digunakan untuk masukan dalam menanamkan
motivasi belajar serta dapat meningkatkan mutu pembelajaran praktik di
laboratorium Akademi Kebidanan XXX.
Comments
Post a Comment