Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

PENGARUH BIMBINGAN LABOLATORIUM MANDIRI TERHADAP KECAKAPAN MAHASISWA KEBIDANAN


Pengaruh Bimbingan Labolatorium Mandiri Terhadap Kecakapan Mahasiswa Kebidanan
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kita sudah memasuki tahun 2010 dan tantangan yang dihadapi saat ini tidaklah sedikit sehingga dibutuhkan sumber daya manusia Indonesia yang handal untuk menghadapi tantangan tersebut. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan sumber daya manusia. Suatu negara tidak akan pernah maju jika sumber daya manusia yang ada didalamnya berkualitas rendah (Djamarah, 2006).
Dengan begitu sumber daya manusia suatu negara dan kesuksesan pembangunan nasional ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa khususnya bagi bangsa Indonesia sebagai negara berkembang. Sejalan dengan pembangunan nasional pada hakekatnya membangun manusia Indonesia seutuhnya adalah membangun masyarakat Indonesia guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur baik spiritual atau material, pemerintah memberikan penegasan tentang pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia (Djiwandono, 2005).
Terdapat tiga persoalan pokok dalam belajar yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Persoalan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar. Didalam proses belajar terjadi pengaruh timbalbalik antara berbagai faktor antara lain: Subyek belajar, metode, peralatan dan materi (Notoatmodjo, 2005).
Proses belajar itu memerlukan empat faktor penunjang antara lain faktor dari luar meliputi: faktor lingkungan dan faktor instrumental, serta dari dalam meliputi: faktor fisiologis dan faktor psikologis (Djamarah, 2005).
 Menurut Syah (2004) faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga yaitu: Faktor internal yang meliputi fisiologis dan psikologis, faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan non sosial serta faktor pendekatan belajar mahasiswa. Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam yang merupakan hal utama yang menentukan intensitas belajar yang meliputi: Minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif (Djamarah, 2006).
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan (Winkel, 2005).
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan yang diraih. Motivasi belajar mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran praktik di laboratorium dapat timbul secara intrinsik dan ekstrinsik (Winkel, 2007).
Kurikulum yang ditetapkan di Akademi kebidanan menjadi salah satu motivasi ekstrinsik bagi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran praktik di laboratorium karena mengikuti kegiatan tersebut merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa kebidanan dalam rangka menerapkan teori dan konsep-konsep kebidanan yang didapat saat pembelajaran di kelas. Jadi mau tidak mau mahasiswa harus mengikutinya padahal motivasi yang sesungguhnya dalam diri mahasiswa untuk belajar praktik di laboratorium sangat berbeda-beda antara mahasiswa satu dengan yang lainya.
Kemauan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran praktik di laboratorium sangat menentukan kemampuan mahasiswa dalam melakukan praktik tindakan kebidanan bagi pasien, sehingga pada akhirnya nanti motivasi belajar mahasiswa yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran praktik di laboratorium, akan membentuk seorang bidan yang profesional yang unggul dalam keterampilan bidan dan mampu memberikan pelayanan kebidanan yang terbaik untuk pasien. Oleh sebab itulah motivasi diperlukan dalam mengikuti proses belajar baik dikelas, klinik maupun di laboratorium, bagi mahasiswa kebidanan. Disamping itu output yang baik dapat membawa nama baik institusi penyelenggara pendidikan kebidanan (Maay, 2007).
Studi pendahuluan yang dilakukan penulis yaitu dengan observasi secara langsung di Laboratorium Akademi Kebidanan XXX. Sesuai dengan hasil observasi peneliti di Laboratorium Akademi Kebidanan XXX ditemukan masalah sarana dan fasilitas yang kurang lengkap untuk menjadi sebuah laboratorium pendidikan, Sarana yang kurang lengkap tersebut misalnya patung manekin (boneka tiruan seperti manusia yang digunakan sebagai pasien) kondisi sebagian sudah rusak, dan patung NGT tidak ada di labolatorium kebidanan.
Sedangkan fasilitas yang kurang lengkap ditunjukkan dengan kondisi dan jumlah gedung laboratorium yang hanya terdiri dari dua ruangan yang digunakan untuk belajar praktik mahasiswa Diploma III, dimana jumlah 30 mahasiswa tidak sebanding dengan luas ruangan yang ada. Seharusnya sebuah laboratorium yang ideal memiliki sarana yang memadai seperti peralatan dan perlengkapan praktik yang sesuai dengan jenis mata pelajaran praktik di kebidanan serta memiliki sejumlah besar peralatan yang bisa digunakan untuk belajar mahasiswa secara mandiri atau kelompok dalam waktu yang sama, selain itu sebuah laboratorium juga harus memiliki prasarana belajar yang menunjang seperti gedung yang baik, dalam hal luasnya, jumlah ruangan, kondisi fisik bangunan, letak yang strategis dan nyaman.
Masalah yang lain yaitu saat proses pembelajaran di laboratorium berlangsung, jumlah mahasiswa lebih banyak daripada dosen dimana satu dosen mengajar kurang lebih 30 mahasiswa dalam waktu yang bersamaan. Perbandingan antara dosen dan mahasiswa yang ideal saat pembelajaran di laboratorium yaitu 1:14. Seharusnya saat dosen melakukan pembelajaran dengan metode demonstrasi, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (10-14 mahasiswa) didampingi oleh seorang dosen ataupun asisten dosen (Roestiyah, 2006).
Terdapat juga masalah jadwal penggunaan laboratorium yang tidak teratur, karena untuk mahasiswa Diploma III tingkat I, dan tingkat III menempati ruang laboratorium yang sama dalam belajar praktik, seharusnya ada jadwal yang jelas dan pasti dalam hal hari, tanggal, waktu yang dibuat oleh kepala laboratorium sehingga tidak terjadi permasalahan dalam penggunaan ruangan dan peralatan sehingga proses belajar akan menjadi lancar.
Suasana belajar praktik yang tidak kondusif juga terjadi, misalnya suasana ruangan yang panas dan gaduh karena jumlah mahasiswa yang lebih banyak daripada dosen sehingga mahasiswa menjadi sulit berkonsentrasi dan tidak efektif karena waktu dan peralatan yang tersedia terbatas sehingga mahasiswa tidak bisa mencoba prasat kebidanan secara mandiri ataupun kelompok serta metode pembelajaran yang digunakan oleh dosen kurang bervariasi karena selama ini hanya demonstrasi saja seharusnya dosen mampu menggunakan metode pembelajaran yang lain seperti simulasi, role play, kerja kelompok dan lain-lain dalam pembelajaran praktik di laboratorium (Roestiyah, 2006).
Hasil observasi pada kegiatan belajar mahasiswa semester IV yang berjumlah 50 mahasiswa saat mengikuti pembelajaran praktik Kebidanan ditemukan masih adanya mahasiswa yang datang terlambat dengan berbagai macam alasan keterlambatan sebanyak 15% dan yang tidak masuk sebanyak 2%, masih adanya mahasiswa yang tidak memperhatikan saat dosen mempraktikkan prasat tindakan kebidanan misalnya dengan bermain hp, Mp3, dan berbicara sendiri dengan teman yang lain sebanyak 20%, dan masih adanya mahasiswa yang tidak mau mencoba melakukan prasat kebidanan saat ditunjuk oleh dosen maupun pada latihan mandiri dan kelompok sebanyak 5%.
Setelah melakukan studi pendahuluan dengan cara wawancara kepada 10 mahasiswa tingkat III didapatkan data: 2 mahasiswa merasa tertarik dengan belajar praktik di laboratorium karena kurikulum belajar, materi praktik dan metode belajar yang digunakan oleh pengajar dan 8 mahasiswa kurang berminat terhadap belajar praktik di laboratorium karena masalah sarana dan fasilitas, metode dan kurikulum belajar.
Gambaran yang diperoleh peneliti dari hasil observasi dan wawancara tersebut yaitu adanya motivasi belajar mahasiswa dalam belajar praktik di laboratorium yang masih kurang, seharusnya 100% mahasiswa tertarik belajar di laboratorium tanpa alasan apapun karena merupakan aplikasi dari teori yang diberikan di kelas dan merupakan kewajiban yang harus dilakukan ketika seseorang memilih untuk kuliah di kebidanan. Motivasi belajar yang kurang ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu faktor dari luar seperti suasana laboratorium yang kurang mendukung, metode pembelajaran yang kurang bervariasi serta sarana dan prasarana yang kurang lengkap.
Motivasi pada dasarnya berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi maka prestasi yang diperoleh akan lebih baik pula, sebaliknya apabila motivasi belajar yang rendah dan merasa dirinya bosan dan malas belajar maka prestasi belajarnya akan menurun. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran di laboratorium maka motivasi belajar mahasiswa yang rendah mengakibatkan mahasiswa menjadi kurang terampil dalam melakukan keterampilan kebidanan. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi output proses belajar di kebidanan.
Berdasarkan kondisi proses belajar di laboratorium tersebut maka perlu diteliti. Seberapa besar hubungan motivasi belajar mahasiswa kebidanan tingkat II dengan mengikuti pembelajaran praktik di laboratorium Akademi Kebidanan.

B.     RumusanMasalah
Berdasarkan uraian masalah dalam latar belakang yaitu mengikuti pembelajaran praktik lab maka rumusan permasalahan yang dibuat oleh peneliti ini adalah Pengaruh Bimbingan Labolatorium Mandiri Terhadap Kecakapan Mahasiswa Kebidanan Di XXX  Tahun XXX.

C.    TujuanPenelitian
1.        TujuanUmum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Bimbingan Labolatorium Mandiri Terhadap Kecakapan Kebidanan Di XXX Tahun XXX.
2.        TujuanKhusus
Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi :
a.        Mengetahui Proses Bimbingan Labolatorium Mandiri Mahasiswa Kebidanan Di XXX Tahun XXX
b.        Mengetahui tingkat Kecakapan Mahasiswa Kebidanan Di XXX  Tahun XXX
c.        Mengetahui Pengaruh Bimbingan Labolatorium Mandiri Terhadap Kecakapan Mahasiswa Kebidanan Di XXX  Tahun XXX

D.    Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dilaksanakan di XXX, objek penelitian yaitu seluruh mahasiswa kebidanan yang ada di lingkungan XXX yang turut serta dalam penatalaksanaan kecakapan mahasiswa di XXX tahuan XXX

E.     KegunaanPenelitian
1.       Guna Teoritis
a.                      Bagi Institusi pendidikan
Dapat meningkatkan kualitas bimbingan dan strategi pembelajaran yang lebih baik pada mahasiswa dalam belajar praktik di laboratorium dalam rangka meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
b.   Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan kualitas bimbingan dan strategi pembelajaran yang lebih baik pada mahasiswa dalam belajar praktik di laboratorium dalam rangka meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
2.         GunaPraktis           
a.    Bagi mahasiswa
Hasil penelitian dapat memberikan dorongan pada mahasiswa untuk lebih memahami arti pentingnya Pengaruh Bimbingan Labolatorium Mandiri Terhadap Kecakapan Mahasiswa Kebidanan Di XXX .
b.   Bagi XXX.
Hasil penelitian dapat digunakan untuk masukan dalam menanamkan motivasi belajar serta dapat meningkatkan mutu pembelajaran praktik di laboratorium Akademi Kebidanan XXX.






Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)