Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Safe Motherhood / Making Pregnancy Safer


Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Safe Motherhood / Making Pregnancy Safer


Pada dasarnya terdapat 7 prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pemberdayaan. Ketujuh prinsip tersebut antara lain: prinsip menumbuh kembangkan potensi masyarakat, meningkatkan kontribusi masyarakat, mengembangkan budaya gotong royong, bekerja bersama masyarakat, pendidikan berbasis masyarakat, kemitraan dan desentralisasi.


Penerapan prinsip pemberdayaan

Dalam melihat prinsip-prinsip pemberdayaan terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB, studi ini mengacu pada buku Panduan Umum Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak Republik Indonesia dan Unicef, 1999) Pada dasarnya terdapat 7 prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pemberdayaan. Ketujuh prinsip tersebut antara lain: prinsip menumbuh kembangkan potensi masyarakat, meningkatkan kontribusi masyarakat, mengembangkan budaya gotong royong, bekerja bersama masyarakat, pendidikan berbasis masyarakat, kemitraan dan desentralisasi.
Untuk mengetahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi posyandu merupakan pemberdayaan, tidak harus mengandung semua prinsip sebagaimana tersebut di atas. Walaupun posyandu hanya menumbuhkembangkan salah satu prinsip saja, kondisi ini sudah dapat dikatakan bahwa posyandu sudah melakukan kegiatan pemberdayaan. Studi ini tidak mengungkap apakah posyandu telah melakukan kegiatan pemberdayaan, tetapi lebih kepada upaya untuk mengungkap prinsip-prinsip apa saja yang sudah diterapkan dan dikembangkan oleh posyandu.
Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa banyak potensi masyarakat setempat yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Potensi tersebut antara lain dapat berupa pimpinan masyarakatnya, organisasi sosial kemasyarakatan, dana dan sarana masyarakat, pengetahuan dan teknologi tepat guna yang dikuasai oleh masyarakat serta potensi yang berupa kemampuan masyarakat untuk mengambil keputusan. Banyak kesamaan kondisi antara daerah Manado dan Palangkaraya. Mereka tidak sadar bahwa banyak potensi yang dapat dikembangkan. Ketidak sadaran ini membuat mereka tidak pernah melakukan identifikasi sumberdaya potensi yang ada di lingkungan sekitarnya. Walau demikian, secara langsung ataupun tidak, dalam kenyataan sehari-hari mereka sudah memanfaatkan keberadaan beberapa potensi yang ada. Posyandu sudah memanfaatkan keperdulian tokoh masyarakat setempat untuk terlibat dalam kegiatannya. Keberadaan tokoh masyarakat ditempat pelaksanaan kegiatan posyandu, dinilai para kader posyandu sebagai hal yang sangat menunjang kegiatan posyandu. Selain itu, yang banyak perduli dengan posyandu adalah PKK. PKK organisasi sosial yang mensupport posyandu.
Selama ini budaya gotong royong di masyarakat masih bagus. Demikian juga dengan gotong royong dalam rangka mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi. Prinsip memperkuat dan mengembangkan budaya gotong royong antara lain dilakukan dengan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan. Budaya gotong royong tersebut diwujudkan dalam bentuk bersamasama mengingatkan para ibu untuk menghadiri kegiatan Posyandu. Posyandu sebagai lembaga berbasis masyarakat, dalam melaksanakan kegiatannya sudah berusaha untuk melibatkan masyarakat.
Prinsip bekerja bersama masyarakat sudah dilakukan posyandu mulai dari mengidentifikasi permasalahan sampai melakukan pengawasan dan evaluasi kegiatan. Penilaian kader terhadap keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan Posyandu dalam skala nilai 1 sampai 10, gambarannya adalah sebagai berikut: Walau para kader posyandu merasa telah memfasilitasi keterlibatan masyarakat, tetapi partisipasi masyarakat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan. Dalam melaksanakan kegiatannya, posyandu sudah melakukan kemitraan dengan PKK dan Puskesmas. Dalam menjalankan kemitran ini, setiap pihak sudah memahami kedudukan dan kemampuan masing-masing. Contohnya dalam melakukan penyuluhan kesehatan. Sadar akan keterbatasan di bidang pengetahuan, kalau ada kegiatan penyuluhan maka kader posyandu akan menyerahkan tugas itu kepada petugas kesehatan. Di antara mereka sudah ada upaya untuk saling menghubungi, mendekati, membantu dan saling menghargai.
Bila kita melihat prinsip desentralisasi, di mana setiap posyandu diharap mampu mengembangkan otonomi dirinya untuk melaksanakan kegiatan dan otonomi kelompok sasarannya untuk mampu mengambil keputusan. Mengenai kemampuan mengambil keputusan, karena peran orang tua dan adat begitu kuat, seorang ibu jarang sekali mampu mengambil keputusan. Untuk memeriksakan dan melakukan pertolongan persalinan secara cepat kepada tenaga kesehatan terlatih.

Upaya pemberdayaan masyarakat

Sebagai lembaga kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM), Posyandu mempunyai sasaran primer yakni ibu hamil, sasaran sekunder yang terdiri dari kepala keluarga dan orang tua ibu hamil dan sasaran tersier yakni para tokoh masyarakat baik yang formal maupun yang informal. Ada beberapa kegiatan yang dilihat terkait dengan upaya pemberdayaan yang dilakukan posyandu. Kegiatan tersebut antara lain melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan untuk cepat mengambil keputusan dan memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Pada kegiatan meningkatkan pengetahuan ibu, materi ini memperhatikan bagaimana para kader posyandu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak, meningkatkan pengetahuan tentang konsep ”4 terlalu” dan ”3 terlambat”, meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, meningkatkan pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan dan meningkatkan pengetahuan tentang bahaya upaya-upaya tradisional yang tidak mendukung kesehatan ibu dan bayinya.
Setiap ibu hamil dan baru melahirkan sudah punya buku ”kesehatan ibu dan anak” yang diberi oleh Puskesmas saat pertama kali memeriksakan kehamilannya. Karena buku ini memuat berbagai informasi tentang kehamilan dan persalinan, diharapkan setiap ibu dan suami serta orang tuanya berkenan membaca buku tersebut. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu, kader posyandu idealnya mampu memberikan penyuluhan kepada setiap sasaran kegiatannya. Dalam pelaksanaannya, para kader mengakui bahwa tidak pernah mengalokasikan waktu khusus untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan kepada sasaran primer. Upaya yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan pada saat dilaksanakannya kegiatan organisasi posyandu. Mengingat kegiatan posyandu dilakukan secara rutin setiap bulan, ini diartikan oleh para kader bahwa penyuluhan dilakukan sekali dalam satu bulan.
Hendaknya juga diberikan kepada suami dan orang tua ibu hamil sebagai sasaran sekunder. Kepada sasaran tersier yang berupa tokoh masyarakat, hendaknya pada pengelola posyandu mampu mengadvokasi mereka untuk terlibat dalam upaya mencegah adanya kasus kematian ibu dan bayi. Hasil-hasil kegiatan tersebut oleh posyandu dilaporkan ke puskesmas, dan kemudian puskesmas melaporkan ke dinas kesehatan. Selain itu posyandu juga melapor ke instansi terkait, termasuk ke kecamatan. Terkadang ada pemantauan kegiatan dari lembaga di tingkat kabupaten/kota, namun tidak rutin.
Kegiatan diseminasi hasil/laporan kegiatan pernah dilakukan di tingkat kecamatan/kabupaten/kota, dan hasil kegiatan tersebut pernah dimanfaatkan untuk pelaksanaan program pembangunan kesehatan. Fasilitasi pernah dilakukan oleh puskesmas setempat untuk operasional posyandu. Untuk mampu mencegah adanya kondisi yang tidak diinginkan seperti resiko persalinan dan mampu menjalankan kegiatan sebagaimana tersebut di atas, setiap organisasi seperti posyandu dalam melaksanakan kegiatannya hendaknya menggalang kemitraan dengan berbagai lembaga dan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dengan segenap jajarannya.

Faktor pendukung dan penghambat upaya pemberdayaan

Secara garis besar gambaran faktor pendukung dan penghambat adalah sebagai berikut.

Pendukung:

  1. Pimpinan pemerintah setempat seperti Camat dan Lurah/Kepala Desa mempunyai keperdulian yang cukup tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak.
  2. Tokoh agama dan masyarakat setempat sudah mau terlibat secara langsung dalam kegiatan kesehatan.
  3. Dinas Kesehatan (Puskesmas) sudah melakukan pembinaan secara rutin.
  4. Masyarakat tidak segan berkontribusi dalam hal tenaga dan dana.
  5. Di setiap daerah banyak terdapat sumbardaya organisasi yang potensial seperti PKK, BPD, LSM, Karang Taruna, Lembaga Keagamaan dan Lembaga Adat.
  6. Setiap ibu hamil sudah mempunyai buku kesehatan ibu dan anak.


Penghambat:

  1. Organisasi potensial yang ada belum banyak dilibatkan untuk membantu mensukseskan kegiatan dan program yang sedang dikerjakannya.
  2. Tidak ada pembekalan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kepada kader.
  3. Kader tidak percaya diri dengan kemampuannya untuk member ikan penyuluhan kepada masyarakat.
  4. Kesulitan untuk mengumpulkan masyarakat karena kesibukan masing-masing orang, terutama terhalang dengan pekerjaan.
  5. Suami dan orang tua masih belum dijadikan sebagai sasaran yang perlu ditingkatkan pengetahuan dan kesadarannya tentang masalah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak. Kesadaran ibu untuk membaca buku kesehatan ibu dan anak masih rendah.



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)