Konsep Dasar Persalinan Preterm
1. Definisi Persalinan Preterm
Persalinan
kurang bulan (preterm) adalah persalinan pada umur kehamilan 20-37 minggu
kurang 1 hari dengan berat badan anak 500-2499 gram dihitung dari hari pertama
haid terakhir.
Badan
kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi premature adalah bayi yang lahir
pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
Persalinan
preterm adalah persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan 22-37 minggu.
Jadi
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 20-37
minggu kurang 1 hari dan berat janin 500-2499 gram.
2. Klasifikasi Premature
Menurut Usia
kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu :
a. Usia kehamilan 32-36 minggu disebut
persalinan prematur (preterm).
b. Usia kehamilan 28-32 minggu disebut
persalinan sangat prematur (very preterm).
c. Usia kehamilan 20-27 minggu disebut
persalinan ekstrim premature (extremely preterm).
Menurut
berat badan lahir, bayi premature dibagi dalam kelompok :
a. Berat badan bayi 1500-2499 gram disebut
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b. Berat badan bayi 1000-1499 gram disebut
bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR).
c. Berat badan bayi <1000 gram disebut
bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah (BBLER).
3. Faktor Risiko Prematur
a. Faktor
Iatogenik (Indikasi Medis pada Ibu/Janin)
Pengakhiran
kehamilan yang terlalu dini dengan seksio caesaria karena alasan bahwa bayi
lebih baik dirawat di bangsal anak daripada dibiarkan dalam Rahim. Hal ini
dilakukan dengan alasan ibu atau janin dalam keadaan seperti diabetes maternal,
penyakit hipertensi dalam kehamilan dan terjadi gangguan pertumbuhan
intrauterine.(1)
b. Faktor
Maternal
1) Umur Ibu
Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Pada kehamilan diusia
kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih kurang, misalnya dalam
perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan
pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.(1)
Wanita yang
berusia lebih dari 35 tahun beresiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetric
serta morbiditas dan mortalitas perinatal. Wanita yang berusia lebih dari 35
tahun memperlihatkan peningkatan dalam masalah hipertensi, diabetes, solusio
plasenta, persalinan prematur, lahir mati dan plasenta previa.(1)
2) Paritas
Ibu
Para adalah
seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup.(1)
Paritas
adalah jumlah janin dengan berat janin lebih dari 500 gram yang pernah
dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai
umur kehamilan lebih dari 24 minggu.(1)
Macam
paritas menurut varney dibagi menjadi:
a) Primiparitas
Seorang
wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk pertama kali.
b) Multiparitas
Wanita yang
telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali (Sampai 5 kali atau lebih).
3) Trauma
Terjatuh
setelah berhubungan badan, terpukul pada perut atau mempunyai luka bekas
operasi/pembedahan seperti bekas luka SC merupakan trauma fisik pada ibu yang
dapat mempengaruhi kehamilan. Sedangkan trauma psikis yang dapat mempengaruhi
kehamilan ibu adalah stress atau terlalu banyak pikiran sehingga kehamilan ibu
terganggu.
Ibu yang
mengalami jatuh, terpukul pada perut atau riwayat pembedahan SC sebelumnya. (1)
Melakukan
hubungan seksual dapat terjadi trauma karena menimbulkan rangsangan pada uterus
sehingga terjadi kontraksi uterus. Sperma yang mengandung hormon prostaglandin
merupakan hormon yang dapat merangsang kontraksi uterus.
4) Riwayat
Prematur Sebelumnya
Persalinan
premature dapat terjadi pada ibu dengan riwayat premature sebelumnya. Risiko
persalinan prematur berulang bagi wanita yang persalinan pertamanya preterm,
dapat meningkat tiga kali lipat dibanding dengan wanita yang persalinan
pertamanya mencapai aterm.
Riwayat
premature sebelumnya merupakan ibu yang pernah mengalami persalinan premature
sebelumnya pada kehamilan yang terdahulu. Ibu yang tidak pernah melahirkan bayi
sampai usia aterm dapat disebabkan karena faktor rahim ibu yang telah lemah
atau faktor lain yang belum diketahui jelas penyebabnya.
Wanita yang
telah mengalami kelahiran prematur pada kehamilan terdahulu memiliki resiko 20%
sampai 40% untuk terulang kembali. Persalinan premature dapat terulang kembali
pada ibu yang persalinan pertamanya terjadi persalinan prematur dan risikonya
meningkat pada ibu yang kehamilan pertama dan kedua juga mengalami persalinan
prematur.
Pemeriksaan
dan perawatan antenatal yang ketat pada ibu hamil yang pernah mengalami
prematur sebelumya merupakan cara meminimalkan risiko terjadinya persalinan
premature kembali. Selain itu kesehatan ibu dan janin dapat dijaga semaksimal
mungkin untuk menghindari besarnya persalinan prematur dapat terulang dan
membahayakan kelangsungan bayi yang dilahirkan.
5) Plasenta
Previa
Plasenta
previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik
posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta menutupi os serviks).
Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat menutupi seluruh osteum uteri
internum, sebagian atau tepi plasenta berada sekitar pinggir osteum uteri
internum. (1)
6) Inkompetensi
serviks
Inkompetensi
serviks merupakan kondisi ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan kehamilan
hingga waktu kelahiran tiba karena efek fungsional serviks. Inkompetensi
serviks ditandai dengan terjadinya pembukaan serviks tanpa nyeri dan berakhir
dengan ketuban pecah dini saat pretem, sehingga terjadi kelahiran preterm,
bahkan lahirnya bayi sebelum mampu bertahan hidup di luar rahim. Gejala yang
terjadi dapat berupa pengeluaran cairan vagina yang encer, tekanan pada
panggul, perdarahan pervaginam, dan ketuban pecah dini preterm, namun pada
sebagian besar wanita tidak terjadi gejala apapun.(1)
7) Infeksi
Intra-amnion
Infeksi
intra-amnion merupakan infeksi yang terjadi akibat ketuban pecah lebih dari 18
jam. Agar tidak terjadi infeksi ini harus menghindari ketuban pecah lebih dari
18 jam dalam persalinan.(1)
8) Hidramnion
Hidramnion
merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air
ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum kehamilan 28 minggu,
sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) pada bayi. (1)
9) Hipertensi
Hipertensi
yang menyertai kehamilan merupakan penyebab terjadinya kematian ibu dan janin.
Hipertensi yang disertai dengan protein urin yang meningkat dapat menyebabkan
preeklampsia/ eklampsia. Preeklampsia-eklampsia dapat mengakibatkan ibu
mengalami komplikasi yang lebih parah, seperti solusio plasenta, perdarahan
otak, dan gagal otak akut. Janin dari ibu yang mengalami preeklampsi-eklampsia
meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur, terhambatnya pertumbuhan
janin dalam rahim (IUGR), dan hipoksia.(1)
10) Malnutrisi
Kekurangan
gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin seperti prematuritas,
gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian neonatal / bayi.
Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum
hamil dan kenaikan berat badan selama hamil. (1)
c. Faktor
Janin
1) Gemeli
Proses
persalinan pada kehamilan ganda bukan multiplikasi proses kelahiran bayi,
melainkan multiplikasi dari risiko kehamilan dan persalinan. Persalinan pada
kehamilan kembar besar kemungkinan terjadi masalah seperti resusitasi neonatus,
prematuritas, perdarahan postpartum, malpresentasi kembar kedua, atau perlunya
seksio sesaria.(1)
Berat badan
kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal
ini terjadi karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama.
Pada kehamilan kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga
melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan prematur. Kematian bayi
pada anak kembar lebih tinggi daripada anak kehamilan tunggal dan prematuritas
merupakan penyebab utama. (1)
Persalinan
pada kehamilan kembar meningkat sesuai dengan bertambahnya jumlah janin, yaitu
lama kehamilan rata-rata adalah 40 minggu pada kehamilan tunggal, 37 minggu
pada kehamilan kembar dua, 33 minggu pada kehamilan kembar tiga, dan 29 minggu
pada kehamilan kembar empat.(10)
2) Janin
mati dalam Rahim (IUFD)
Kematian
janin dalam Rahim (IUFD) adalah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500
gram atau lebih dan usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih.(10)
3) Kelainan
kongenital
Kelainan
kongenital atau cacat baawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kongenital, umumnya akan di lahirkan sebagai BBLR atau bayi
kecil. BBLR dengan kelainan kongenital diperkirakan 20% meninggal dalam minggu
pertama kehidupannya.(1)
d. Faktor
Perilaku
1) Merokok
Merokok pada
ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat mengganggu pertumbuhan janin
dan risiko terjadinya prematuritas sangat tinggi (1)
2) Minum
Alkohol
Alkoholnya
dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak baik sehingga kejadian
persalinan prematur sangat tinggi pada ibu yang mengkonsumsi minuman
beralkohol.(1)
4. Komplikasi Pada Janin
Gangguan
Kesehatan pada bayi prematur antara lain :
1) Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR)
Menurut WHO,
bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram.(11)
Karakteristik
yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
a) Berat
badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
b) Gerakan
kurang aktif otot masih hipotonis.
c) Umur
kehamilan kurang dari 37 minggu.
d) Kepala
lebih besar dari badan rambut tipis dan halus.
e) Tulang-tulang
tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar.
f) Telinga
sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana .
g) Jaringan
payudara tidak ada dan puting susu kecil.
h) Pernafasan
belum teratur dan sering mengalami serangan apneu.
i) Kulit
tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis
dahi dan lengan.
j) Lemak
subkutan kurang.
k) Genetilaia
belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora..
l) Reflek
menghisap dan menelan serta reflek batuk masih rendah.
2) Asfiksia
Asfiksia
neontorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan,
pada proses persalinan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin
sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan
pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilical maupun
plasenta hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.(11)
3) Termoregulator
a) Masih
prematur, sehingga fungsinya masih belum optimal sebagai pengatur kehilangan
panas badan.
b) Sedikitnya
timbunan lemak dibawah kulit dan luas permukaan badan relativ besar sehingga
bayi prematur mudah kehilangan panas dalam waktu singkat.(1)
4) Masalah
Paru :
a) Pusat
pengaturan paru di medulla oblongata masih belum sepenuhnya dapat mengatur
pernafasan.
b) Tumbuh
kembang paru masih belum matur sehingga sulit berkembang dengan baik.
c) Otot
pernafasan masih lemah, sehingga tangis bayi prematur terdengar lemah dan
merintih.
5) Gastrointestinal
a) Belum
sempurna sehingga tidak mampu menyerap makanan ASI yang sesuai dengan
kemampuannya.
b) Pengosongan
lambung terlambat sehingga menimbulkan desistensi lambung dan usus.
6) Hati
a) Belum
matur sehingga kurang dapat berfungsi untuk mendukung metabolisme.
b) Cadangan
glikogen rendah.
c) Metabolisme
bilirubin rendah menimbulkan hiperbilirubinemia yang selanjutnya akan
menyebabkan ikterus sampai terjadi timbunan bilirubin dalam otak “Kern
Ikterus”.
d) Tidak
mampu mengolah vitamin K dan faktor pembekuan darah.
7) Ginjal
a) Masih
prematur sehingga tidak sanggup untuk mengatur air dan elektrolit.
b) Pegaturan
protein darah masih kurang sehingga mungkin dapat terjadi hipoproteinemia.
8) Tendensi
a) Pertumbuhan
darah masih rapuh, sehingga permeabilitasnya tinggi, yang memudahkan terjadinya
ekstravasasi cairan dan mudah terjadi edema.
b) Gangguan
keseimbangan faktor pembekuan darah sehingga terjadi perdarahan.
c) Dalam
keadaan gawat, misalnya terjadi trauma persalinan yang dapat menimbulkan syok
sehingga terjadi perubahan hemodinamik sirkulasi dengan mengutamakan sirkulasi
organ vital jantung dan susunan syaraf pusat.
d) Gangguan
sirkulasi darah akan mengubah distribusi O2 ke jaringan vasokontriksi nekrosis,
ekstravasasi cairan dan menambah gangguan fungsi alat vital.
5. Sebab-sebab Kematian Bayi Prematur
Kematian
perinatal sebagian besar (70%) terjadi akibat persalinan prematur, terutama
disebabkan oleh :
1) Prematuritas
alat vital.
2) Gangguan
tumbuh kembang paru-paru sehingga tidak mampu beradaptasi dengan dunia di luar
kandungan.
3) Perdarahan
intrakranial.
4) Kemungkinan
infeksi karena daya tahan tubuh yang rendah.
5) Gangguan
adaptasi dengan nutrisi yang diberikan.
6) Kegagalan
dalam memberikan pertolongan adekuat dirumah sakit tersier.(11)
6. Tanda dan Gejala Persalinan Prematur
1) Tanda-
tanda dan gejala persalinan prematur sebagian besar sama dengan persalinan
normal.
2) Tanda-tandanya
terkadang samar sehingga sulit untuk dikenali dan tidak terduga.
a) Kontraksi
setiap 10 menit atau lebih sering dalam satu jam (lima atau lebih kontraksi
rahim dalam satu jam).
b) Kram
seperti menstruasi yang dirasakan di perut bagian bawah yang terjadi terus
menerus atau hilang timbul. Kram perut ini bisa terjadi terus menerus atau
hilang timbul.
c) Nyeri
punggung bawah yang terasa di bawah pinggang yang terjadi terus menerus atau
hilang timbul.
d) Tekanan
panggul yang terasa seperti bayi mendorong kebawah.
e) Cairan
encer yang keluar dari vagina. Cairan vagina menigkat jumlahnya atau berubah
warna.
3) Jika ibu
hamil merasa mengalami tanda-tanda dan gejala diatas, segeralah menghubungi
tenaga kesehatan terdekat.(11)
7. Penanganan Pada Persalinan Preterm
a. Penatalaksanaan
medik kasus yang terjadi pada usia kehamilan belum cukup, dengan adanya risiko
persalinan preterm :
1) Infeksi
a) Di
tatalaksana dengan antibiotika spectrum luas dosis tinggi.
b) Demam /
hiperpireksia ibu yang mungkin terjadi juga harus diobati, karena keadaan
hiperpireksia dapat berakibat buruk pada sirkulasi janin.
2) Kontraksi
a) Kontraksi
yang beresiko tinggi adalah kontraksi dengan frekuensi lebih dari 3-4 kali per
jam.
b) Dalam 48
jam menjelang partus, kontraksi akan meningkat (his) sampai 2-4 kali setiap 10
menit dengan intensitas yang makin kuat, makin lama dan makin sering.
c) Pada
kasus dengan konttraksi, dilakukan terapi tokolisis, dengan obat-obatan
beta-agonis (misalnya salbutamol, terbutalin), sambil terus mengawasi keadaan
ibu dan keadaan janin.
d) Pengobatan
diberikan dengan infus, kemudian dapat dilanjutkan dengan obat oral bila pasien
dipulangkan.
e) Bila
kontraksi hilang, pemberian tokolisis dapat di hentikan.
3) Pemicu
pematangan paru janin
a) Untuk
akselerasi pematangan paru janin, diberikan preparat kortikosteroid (misalnya
deksametason, betametason) yang akan menstimulasi produksi dn sekresi surfaktan
di paru janin.
b) Ideal
diberikan minimal selama 2 x 24 jam.
b. Metode
yang digunakan untuk menghentikan kontraksi pada kehamilan preterm : seperti
yang disebutkan sebelumnya upaya penghentian persalinan preterm sulit untuk
dilakukan dan sering tidak efektif. Tindakan dan pengobatan yang sering
dilakukan adalah :
1) Tirah
baring
a) Dengan
menyuruh ibu berbaring lebih enak pada posisi tubuhnya.
b) Keberhasilannya
mungkin disebabkan oleh perasaan tentram pada diri ibu.
2) Magnesium
sulfat
a) Perananan
magnesium mungkin terletak pada sifat antagonisnya terhadap kalsium.
b) Untuk
menghindari intoksikasi oleh magnesium sulfat maka harus diperhatikan reflex
patella tetap ada dan depresi respiratori.
3) Preparat
agonis β-adrenergik.
a) Isoksuprin.
Preparat ini
kurang begitu efektif dan bia menimbulkan efek samping yaitu takikardia dan
hipotensi.
b) Ritodrin
Merupakan
obat satu-satunya yang mempunyai indikasi spesifik adalah untuk menghentikan
persalinan preterm.
c) Terbutalin
Umumnya
digunakan pada pasien yang di perkirakan akan mengalami persalinan preterm
dengan menghambat kontraksi myometrium.
d) Fenoterol
Secara
structural menyerupai ritordin.
e) Terapi
kombinasi
Dari hasil
penelitian beberapa ahli maka terapi kombinasi dari ritordin dengan magnesium
sulfat memberikan efek yang lebih ampuh daripada satu obat saja.
f) Anti
prostaglandin
Preparat ini
bekerja dengan menghambat kerja prostaglandin pada organ sasaran. Preparat
penghambat saluran kalsium.
g) Narkotik
dan sedative.(1)
8. Penatalaksanaan Pada Bayi Preterm
Mengingat
belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan dan penyesuain diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka
perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila
perlu pemberian oksigen, mencgah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan
zat besi. (15)
a. Mempertahankan
Suhu
Bayi
premature mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada dilingkungan
dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan
berat badan kurang dari 2000 gram adalah 35oC dan untuk bayi berat badan
2000-2500 gram 340C agar ia dapat mepertahankan suhu tubah sekitar 370C suhu
inkubator dapat dapat diturunkan 10C perminggu untuk bayi dengan berat badan
kurang dari 2000 gram secara berangsur-angsur ia dapat di letakan di dalam
tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 270C-290C. Bila inkubator tidak ada,
pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakan botol-botol
hangat di sekitar atau dengan lampu didekatkan pada tempat tidur bayi. Bayi
dalam inkubator hanya di pakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan
mengenai keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan kejang. (15)
Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar
tetap normal, dan juga sangat rentan terjadinya hipotermi, karena tipisnya
cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengaturan panas
di otak, untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatannya. Cara paling efektif
mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi.
Ada suatu
cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu
didekat ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu.
Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum 6 jam BBLR. (17)
Bayi Berat
badan lahir Rendah (BBLR) mudah dan cepat mengalami hipotermi, kehilangan panas
disebabkan oleh permukaan tubuh bayi relativ lebih luas dibandingkan dengan
berat badan, kurangnya jaringan lemak dan kekurangan lemak coklat.(18)
b. Penimbangan
Berat Badan
Perubahan
berat badan mencermikan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan
daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan agar bayi tidak
menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umumnya bayi dengan berat
lahir 2000 gram atau lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat
kurang 1500 gram bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir
dicoba menyusu pada ibunya, daya isap cukup baik maka pemberian air susu
diteruskan.(15)
c. Makanan
Bayi Prematur
Pada bayi
prematur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih
sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu
kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi kalori (110/kal/kg/hari), agar
berat badan bertambah sebaik-baiknya.
Pemberian
minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000
gram agar lebih dapat menghisap air susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500
gram bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir dicoba menyusu
pada ibunya, daya isap cukup baik maka pemberian air susu diteruskan .Susu
formula khusus BBLR, bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena
berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus atau bayi
kuning. (15)
d. Mencegah
Infeksi
Bayi Berat
Badan lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan infeksi, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi. Bayi Berat Badan lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan infeksi,ini
disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relativ
belum sanggup membantu antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan. Oleh karena itu, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi ,
termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.(19)
Comments
Post a Comment