Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Konsep Dasar Bounding Attachment


Konsep Dasar Bounding Attachment

A.    Pengertian
Bounding attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Dalam hal ini, kontak ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal. Pada proses ini terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam keperawatannya.

Klause dan Kennel menyatakan bahwa bounding attachment interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir(4).
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil darisuatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan(5).

B.     Tahap-tahap Bounding Attachment
Menurut Klaus Kenell dalam Lusa (2010), bagian penting dalam bounding attachment adalah :
1)    Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2)    Bounding (keterikatan)
3)    Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.

C.    Elemen-Elemen Bounding Attachment
Bobak dalam Lusa (2010)(6), menyatakan beberapa elemen dalam bounding attachment antara lain adalah sebagai berikut :
1)     Sentuhan – Sentuhan atau indera peraba
Dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2)     Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya
3)     Suara
Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga penting.Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
4)     Aroma
Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
5)     Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6)     Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya.Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7)     Kontak dini
Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak. Ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini yaitu kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, reflek menghisap dilakukan dini, pembentuk kekebalan aktif dimulai dan mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak.

D.    Bentuk interaksi dalam bounding attachment
Beberapa interaksi yang menyenangkan dalam rangka bounding attachment menurut(4), antara lain adalah :
1)     Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu
2)     Sentuhan pada pipi
Sentuhan ini dapat menstimulasi respon yang menyebabkan terjadinya gerakan muka bayi ke arah muka ibu atau ke arah payudara sehingga bayi akan mengusap-usap menggunakan hidung serta menjilat putingnya dan terjadilah rangsangan untuk sekresi prolaktin.
3)     Tatap mata bayi dan ibu
Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang, menimbulkan perasaan saling memiliki antara ibu dan bayi.
4)     Tangis bayi
Saat bayi menangis, ibu dapat memberikan respon berupa sentuhan dan suatu yang lembut serta menyenangkan.

E.     Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment
Beberapa prinsip dan upaya dalam rangka meningkatkan bounding attachment, antara lain sebagai berikut :
1)       Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2)       Sentuhan orang tua pertama kali.
3)       Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4)       Kesehatan emosional orang tua.
5)       Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6)       Persiapan PNC (Perinatal Care) sebelumnya.
7)       Adaptasi.
8)       Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9)       Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10)   Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11)   Penekanan pada hal-hal positif.
12)   Perawat maternitas khusus (bidan).
13)   Libatkan  anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
14)   Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

F.     Keuntungan Bounding Attachment
1)     Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2)     Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

G.    Hambatan Bounding Attachment
Wulandari dan Handayani (2010), menyatakan bahwa ikatan antara ibu dan bayi bisa tertunda karena :
1)      Prematuritas
Bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan prematur, kurang mendapatkan kasih sayang dari ibunya karena kondisi belum cukup viable (kelangsungan hidup terus) dan belum cukup untuk menyesuaikan dengan extrauterine, bahkan bayi diletakkan dalam incubator sampai bayi dapat hidup sebagai individu yang mandiri.
2)      Bayi atau ibu sakit
Pada keadaan ibu atau bayi salah satu menderita sakit, dan harus mendapat khusus, maka ikatan ibu dan bayi akan tertunda.
3)      Cacat fisik
Bayi lahir cacat fisik atau cacat bawaan, atau kelainan lainnya dapat menimbulkan stress pada keluarga utamanya ibu.Ibu merasa malu dan kurang menyukainya.

H.    Faktor yang mempengaruhi Bounding Attachment
a.      Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
b.      Rawat gabung
Rawat gabungmerupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
c.       Kontak mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan.Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
d.      Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting.orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang.Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat.Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
e.       Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.
f.       Entrainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan.Bayi baru lahir bergerak-geraksesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki.Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.
g.      Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
h.      Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu.Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)