Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU LANJUT USIA


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU LANJUT USIA
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Lansia sering dianggap sebagai golongan yang lemah, tetapi sesungguhnya lansia memiliki peran yang berarti bagi masyarakat. Lansia memiliki penalaran moral yang bagus untuk generasi dibawahnya. Lansia memiliki semacam gairah yang tinggi karena secara alami, manusia akan cenderung memanfaatkan masa-masa akhirnya secara optimal untuk melakukan pewarisan nilai dan norma. Hal ini justru mempermudah kita untuk membina moral anak-anak.1
Namun sebelum kita merasakan keberadaan lansia yang sebenarnya dapat membantu pembelajaran moral ini, kita senantiasa menganggap bahwa lansia adalah simbol yang merepotkan dan kurang kontribusi. Hal ini dikarenakan kita sendiri kurang mengapresiasi para lansia tersebut, sehingga tidak jarang para lansia itu terlantar meskipun mempunyai keluarga. Banyak keluarga yang karena kesibukannya terkesan melalaikan orang tua dan memasukkannya ke panti jompo.2
Masa lanjut usia adalah masa dimana individu dapat merasakan kesatuan, integritas, dan refleksi dari kehidupannya. Jika tidak, ini akan menimbulkan ketimpangan dan bahkan dapat mengakibatkan patologis, semacam penyakit kejiwaan.3 Jika ini terjadi maka keadaan masyarakat juga terganggu, dimana lansia sebagai penguat transformator nilai dan norma berkurang, baik secara kualitas dan kuantitas. Banyak contoh yang terjadi dimasyarakat kita, dimana lansia berlaku yang kurang sopan atau bahkan kurang beradab sehingga secara tidak langsung akan mengganggu ketentraman kehidupan bermasyarakat. Lansia di Indonesia, Dari berbagai kejadian yang ada, kita harusnya sadar bahwa sudah saatnya kita mengapresiasi para lansia terhadap bersikap adil, yang tidak dapat disamakan terhadap perlakuan kita terhadap anak-anak dan para remaja. Kita seharusnya mempunyai mekanisme untuk memberdayakan lansia sesuai terhadap umur mereka, membantunya melalui tahap perkembangan, dan menyertakannya dalam proses transformasi pendidikan moral. Terhadap demikian mereka tidak merasa terabaikan.1
Secara individu, manusia pada usia di atas 50 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah, sehingga timbul masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Serta terhadap bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif).
Perubahan status sosial lansia dapat mempengaruhi kepribadian, yang berakibat tidak baik bagi lansia jika tidak mampu menghadapinya. Demikian halnya pada aspek ekonomi, kondisi lanjut usia akan menyebabkan kemunduran di bidang ekonomi, yang ditandai adanya masa pensiun yang berakibat turunnya pendapatan, hilangnya fasilitas-fasilitas, kekuasaan, wewenang dan penghasilan. Sedangkan pada aspek psikologi pada umumnya setiap lansia menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara terhormat. Apabila proses usia lanjut tersebut tidak sesuai terhadap keinginan-keingianan tadi, maka akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar yang dapat menyebabkan gangguan dalam keseimbangan mental.4
Jumlah dan persentase lansia yang berusia 50 tahun ke atas di Indonesia senantiasa terus meningkat dari tahun ke tahun dan besarnya, pada tahun 1980 adalah sebanyak 11,4 % dari jumlah penduduk, tahun 1985 sebanyak 13,3 %, tahun 1990 sebanyak 16 %, tahun 2000 sebanyak 22,2 % dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebanyak 29,12 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.5
Secara umum masalah kesehatan pada seorang lansia diawali terhadap terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau lebih, sehingga pada usia terebut dikatakan sebagai pra lansia.6 Program pembinaan kesehatan lansia sebagai salah satu program kegiatan Puskesmas sudah dirintis sejak tahun 1986 terhadap menetapkan satu Kabupaten dan dua Puskesmas tiap Provinsi di Indonesia. Pada tahun 1993 dikembangkan kegiatan berupa deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan terhadap menggun akan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia sebagai alat pencatat hasil pemeriksaan.4
Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal.
Pengetahuan lansia merupakan faktor kunci utama yang dapat membentuk pemahaman lansia mengenai fungsi dan manfaat program pembinaan lansia karena terhadap pengetahuan dan sikap yang baik dari lansia mengenai program pembinaan lansia tersebut lansia dapat berperan aktif mengikuti program pembinaan lansia sehingga program pembinaan kelompok lansia tersebut dapat berjalan secara optimal.7 Pendapat ini juga diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmojo bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pendidikan dan sikap.8
Sumber daya manusia (SDM) kesehatan di pandang juga sebagai komponen kunci untuk menggerakkan pembangunan kesehatan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Dalam hal pencapaian target Milenium bidang kesehatan, dapat dikatakan secara nasional sudah sejalan dengan target yang diharapkan namun beberapa masalah kesehatan masih menuntut kerja keras semua pihak, khususnya tentang pemanfaatan posbindu Lansia yang perlu peran serta petugas kesehatan untuk memotivasi dan membuat Lansia mengerti untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
Seiring terhadap meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah berusaha merumuskan berbagai kebijakan untuk usia lanjut tersebut, terutamanya pelayanan dibidang kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai terhadap keberadaannya.1
Wujud dari usaha pemerintah ini adalah dicanangkannya pelayanan bagi lansia melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posbindu Lansia. Pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Terhadap demikian, posyandu lansia sangat kita perlukan, dimana posyandu lansia ini dapat membantu lansia sesuai terhadap kebutuhannya dan pada lingkungan yang tepat, sehingga para lansia tidak merasa lagi terabaikan didalam masyarakat.
Seiring terhadap semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkat kan derajat kesehatan atau mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai terhadap keberdayaannya.1 Pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posbindu, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah RumahSakit.10
Posbindu merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yang dilakukan dari, oleh dan untukkaum usia lanjut yang menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, peningkatanolahraga, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat.11
Posbindu banyak memberikan manfaat bagi lansia yang mengikutinya. Apabila program Posbindu tidak terlaksana maka kegiatan pembinaan kesehatan lansia, pencatatan dan pelaporan status kesehatan lansia, proses monitor kesehatan lansia melalui pemeriksaan lansia, pengkajian indeks kemandirian dan indeks masa tubuh lansia, upaya preventif terhadap status kesehatan lansia secara berkala, tidak dapat terlaksana.1
Adapun beberapa kendala pelaksanaan Posbindu, misalnya: pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat Posbindu sehingga lansia tidak dating ke Posbindu karena mereka merasa keadaan kesehatan baik. Kurangnya dukungan social atau keluarga yang mengakibatkan lansia kurang termotivasi untuk dating rutin ke Posbindu. Kesan yang buruk terhadap petugas Posbindu sehingga lansia tidak mempunyai kesiapan untuk menghadiri kegiatan di Posbindu. Jarak rumah terhadap lokasi Posbindu yang jauh atau tidak terjangkau menjadikan lansia malas dating ke Posbindu karena terjadinya kelelahan fisik ataupun kekhawatiran dalam perjalanan menuju lokasi Posbindu.1
Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan di Puskesmas XXX pada tanggal 19 Mei XXX didapat data Posbindu sebanyak 16 Posbindu dengan jumlah sasaran pralansia pada bulan januari hingga april sejumlah 1599 orang, dan lansia sejumlah 1354 orang, sedangkan dari data kunjungan Posbindu diperoleh data, hanya 8,3 % yaitu sekitar 133 orang pralansia yang memanfaatkan Posbindu dan lansia sekitar 8,2 % atau 111 orang yang memanfaatkan Posbindu, hal ini jauh dari target cakupan pelayanan lansia yaitu untuk pralansia sekitar 40 % dan lansia sebanyak 70 %.
 berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia, dikarenakan meski banyak kegiatan positive yang dilakukan di Posbindu tetapi masih ada lansia yang tidak berkunjung/memanfaatkan Posbindu.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Menganalisis sejauh mana faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas XXX Tahun XXX?”

C.      Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia di Wilayah Kerja Pukesmas XXX tahun XXX.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui gambaran pengetahuan lansia tentang Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.
b.      Mengetahui gambaran dukungan keluarga lansia tentang Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.
c.       Mengetahui gambaran peran serta petugas kesehatan tentang Posbindu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.
d.      Mengetahui gambaran pemanfaatan Posbindu lansia di Wilayah Kerja Pusskesmas XXX tahun XXX.
e.       Mengetahui pengaruh pengetahuan lansia terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.
f.       Mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.
g.      Mengetahui pengaruh peran serta petugas kesehatan terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.
h.      Mengetahui sejauh mana faktor - faktor yang lebih berpengaruh terhadap pemanfaatan Posbindu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.

D.      Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pos pembinaan terpadu lanjut usia di posbindu wilayah kerja Puskesmas XXX, objek penelitian hanya pada pralansia dan lansia yang masuk dalam binaan Posbindu tersebut. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei – Juni, Penelitian ini dilakukan karena penulis tertarik dengan latar belakang masalah yaitu rendah nya kunjungan/pemanfaatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas XXX oleh Lansia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Crossectional, dimana variabel independen dan variabel dependen dimana pengukurannya dilakukannya pada satu saat (serentak). Data penelitian menggunakan data primer dan sekunder, sedangkan Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner untuk kedua variabel.

E.       Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
a.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan kepustakaan atau referensi yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan dokumentasi dan bahan perbandingan untuk mahasiswa program studi DIII Kebidanan XXX dalam melakukan penelitian sejenis selanjutnya sehingga diperoleh penelitian yang lebih baik.
b.      Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan bagi penulis di bidang kesehatan, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah untuk kepentingan umum serta dapat meningkatkan kualitas dari segi teknik maupun metodenya jika melakukan penelitian lagi.
2.      Manfaat Praktis
a.      Bagi Responden
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman lansia tentang pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia.
b.      Bagi Tempat Penelitian
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai evaluasi bagi peningkatan upaya pemanfaatan pembinaan Lanjut Usia oleh tenaga kesehatan di Posbindu.
c.       Bagi Profesi
Sebagai evaluasi bagi peningkatan upaya pemanfaatan pembinaan Lanjut Usia oleh tenaga kesehatan.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)