FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU LANJUT USIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lansia sering dianggap sebagai
golongan yang lemah, tetapi sesungguhnya lansia memiliki peran yang berarti
bagi masyarakat. Lansia memiliki penalaran moral yang bagus untuk generasi
dibawahnya. Lansia memiliki semacam gairah yang tinggi karena secara alami,
manusia akan cenderung memanfaatkan masa-masa akhirnya secara optimal untuk
melakukan pewarisan nilai dan norma. Hal ini justru mempermudah kita untuk membina
moral anak-anak.1
Namun sebelum kita merasakan
keberadaan lansia yang sebenarnya dapat membantu pembelajaran moral ini, kita
senantiasa menganggap bahwa lansia adalah simbol yang merepotkan dan kurang
kontribusi. Hal ini dikarenakan kita sendiri kurang mengapresiasi para lansia
tersebut, sehingga tidak jarang para lansia itu terlantar meskipun mempunyai
keluarga. Banyak keluarga yang karena kesibukannya terkesan melalaikan orang
tua dan memasukkannya ke panti jompo.2
Masa lanjut usia adalah masa dimana
individu dapat merasakan kesatuan, integritas, dan refleksi dari kehidupannya.
Jika tidak, ini akan menimbulkan ketimpangan dan bahkan dapat mengakibatkan
patologis, semacam penyakit kejiwaan.3 Jika ini terjadi maka keadaan
masyarakat juga terganggu, dimana lansia sebagai penguat transformator nilai
dan norma berkurang, baik secara kualitas dan kuantitas. Banyak contoh yang
terjadi dimasyarakat kita, dimana lansia berlaku yang kurang sopan atau bahkan
kurang beradab sehingga secara tidak langsung akan mengganggu ketentraman
kehidupan bermasyarakat. Lansia di Indonesia, Dari berbagai kejadian yang ada,
kita harusnya sadar bahwa sudah saatnya kita mengapresiasi para lansia terhadap
bersikap adil, yang tidak dapat disamakan terhadap perlakuan kita terhadap
anak-anak dan para remaja. Kita seharusnya mempunyai mekanisme untuk
memberdayakan lansia sesuai terhadap umur mereka, membantunya melalui tahap
perkembangan, dan menyertakannya dalam proses transformasi pendidikan moral. Terhadap
demikian mereka tidak merasa terabaikan.1
Secara individu, manusia pada usia di atas 50
tahun terjadi proses penuaan secara alamiah, sehingga timbul masalah fisik,
mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Serta terhadap bergesernya pola
perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari
penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif).
Perubahan status sosial lansia dapat
mempengaruhi kepribadian, yang berakibat tidak baik bagi lansia jika tidak
mampu menghadapinya. Demikian halnya pada aspek ekonomi, kondisi lanjut usia akan menyebabkan kemunduran di
bidang ekonomi, yang ditandai adanya masa pensiun yang berakibat turunnya
pendapatan, hilangnya fasilitas-fasilitas, kekuasaan, wewenang dan penghasilan.
Sedangkan pada aspek psikologi pada umumnya setiap lansia menginginkan keadaan
panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, mempertahankan hak dan
hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara terhormat. Apabila proses usia lanjut
tersebut tidak sesuai terhadap keinginan-keingianan tadi, maka akan dirasakan
sebagai beban mental yang cukup besar yang dapat menyebabkan gangguan dalam
keseimbangan mental.4
Jumlah dan persentase lansia yang berusia 50
tahun ke atas di Indonesia senantiasa terus meningkat dari tahun ke tahun dan
besarnya, pada tahun 1980 adalah sebanyak 11,4 % dari jumlah
penduduk, tahun 1985 sebanyak 13,3 %, tahun 1990 sebanyak 16 %, tahun 2000
sebanyak 22,2 % dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebanyak 29,12 %
dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.5
Secara umum masalah kesehatan pada
seorang lansia diawali terhadap terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau
lebih, sehingga pada usia terebut dikatakan sebagai pra lansia.6 Program
pembinaan kesehatan lansia sebagai salah satu program kegiatan Puskesmas sudah
dirintis sejak tahun 1986 terhadap menetapkan satu Kabupaten dan dua Puskesmas
tiap Provinsi di Indonesia. Pada tahun 1993 dikembangkan kegiatan berupa
deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan terhadap menggun akan Kartu Menuju Sehat
(KMS) lansia sebagai alat pencatat
hasil pemeriksaan.4
Jumlah
usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah
usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat
kesehatan serta optimal.
Pengetahuan
lansia merupakan faktor kunci utama yang dapat membentuk pemahaman lansia
mengenai fungsi dan manfaat program pembinaan lansia karena terhadap
pengetahuan dan sikap yang baik dari lansia mengenai program pembinaan lansia
tersebut lansia dapat berperan aktif mengikuti program pembinaan lansia
sehingga program pembinaan kelompok lansia tersebut dapat berjalan secara optimal.7 Pendapat
ini juga diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmojo bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
pendidikan dan sikap.8
Sumber
daya manusia (SDM) kesehatan di pandang juga sebagai komponen kunci untuk
menggerakkan pembangunan kesehatan, yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal. Dalam hal pencapaian target Milenium bidang
kesehatan, dapat dikatakan secara nasional sudah sejalan dengan target yang
diharapkan namun beberapa masalah kesehatan masih menuntut kerja keras semua
pihak, khususnya tentang pemanfaatan posbindu Lansia yang perlu peran serta
petugas kesehatan untuk memotivasi dan membuat Lansia mengerti untuk
meningkatkan derajat kesehatannya.
Seiring terhadap meningkatnya populasi
lansia, pemerintah telah berusaha merumuskan berbagai kebijakan untuk usia lanjut
tersebut, terutamanya pelayanan dibidang kesehatan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa
tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai terhadap keberadaannya.1
Wujud dari usaha pemerintah ini adalah
dicanangkannya pelayanan bagi lansia melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan
kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posbindu Lansia. Pelayanan kesehatan
lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan tingkat lanjutan adalah
Rumah Sakit.
Terhadap demikian, posyandu lansia
sangat kita perlukan, dimana posyandu lansia ini dapat membantu lansia
sesuai terhadap kebutuhannya dan pada lingkungan yang tepat, sehingga para
lansia tidak merasa lagi terabaikan didalam masyarakat.
Seiring terhadap semakin meningkatnya populasi
lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia
lanjut ditujukan untuk meningkat kan derajat kesehatan atau mutu kehidupan lansia untuk mencapai
masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
terhadap keberdayaannya.1 Pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah
Posbindu, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan adalah RumahSakit.10
Posbindu merupakan wahana pelayanan bagi
kaum usia lanjut yang dilakukan dari, oleh dan untukkaum usia lanjut yang
menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala,
peningkatanolahraga, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan
pengelolaan dana sehat.11
Posbindu banyak memberikan manfaat bagi
lansia yang mengikutinya. Apabila program Posbindu tidak terlaksana maka kegiatan
pembinaan kesehatan lansia, pencatatan dan pelaporan status kesehatan lansia,
proses monitor kesehatan lansia melalui pemeriksaan lansia, pengkajian indeks kemandirian
dan indeks masa tubuh lansia, upaya preventif terhadap status kesehatan lansia secara
berkala, tidak dapat terlaksana.1
Adapun beberapa kendala pelaksanaan Posbindu,
misalnya: pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat Posbindu sehingga lansia
tidak dating ke Posbindu karena mereka merasa keadaan kesehatan baik. Kurangnya
dukungan social atau keluarga yang mengakibatkan lansia kurang termotivasi untuk
dating rutin ke Posbindu. Kesan yang buruk terhadap petugas Posbindu sehingga lansia
tidak mempunyai kesiapan untuk menghadiri kegiatan di Posbindu. Jarak rumah terhadap
lokasi Posbindu yang jauh atau tidak terjangkau menjadikan lansia malas dating ke
Posbindu karena terjadinya kelelahan fisik ataupun kekhawatiran dalam perjalanan
menuju lokasi Posbindu.1
Berdasarkan studi pendahuluan yang di
lakukan di Puskesmas XXX pada tanggal 19 Mei XXX didapat data Posbindu sebanyak
16 Posbindu dengan jumlah sasaran pralansia pada bulan januari hingga april
sejumlah 1599 orang, dan lansia sejumlah 1354 orang, sedangkan dari data
kunjungan Posbindu diperoleh data, hanya 8,3 % yaitu sekitar 133 orang pralansia
yang memanfaatkan Posbindu dan lansia sekitar 8,2 % atau 111 orang yang
memanfaatkan Posbindu, hal ini jauh dari target cakupan pelayanan lansia yaitu
untuk pralansia sekitar 40 % dan lansia sebanyak 70 %.
berdasarkan latar belakang diatas penulis
tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
terhadap pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia, dikarenakan meski banyak
kegiatan positive yang dilakukan di Posbindu tetapi masih ada lansia yang tidak
berkunjung/memanfaatkan Posbindu.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Menganalisis sejauh mana faktor-faktor
yang mempengaruhi terhadap pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia di
wilayah kerja Puskesmas XXX Tahun XXX?”
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap pemanfaatan pos pembinaan terpadu lanjut usia di Wilayah Kerja
Pukesmas XXX tahun XXX.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran
pengetahuan lansia tentang Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.
b. Mengetahui gambaran
dukungan keluarga lansia tentang Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.
c. Mengetahui gambaran peran
serta petugas kesehatan tentang Posbindu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas XXX
tahun XXX.
d. Mengetahui gambaran
pemanfaatan Posbindu lansia di Wilayah Kerja Pusskesmas XXX tahun XXX.
e. Mengetahui pengaruh
pengetahuan lansia terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas XXX tahun XXX.
f. Mengetahui pengaruh
dukungan keluarga terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas XXX tahun XXX.
g. Mengetahui pengaruh peran
serta petugas kesehatan terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas XXX tahun XXX.
h. Mengetahui sejauh mana
faktor - faktor yang lebih berpengaruh terhadap pemanfaatan Posbindu lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas XXX tahun XXX.
D.
Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini penulis melakukan
penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pos pembinaan terpadu lanjut usia di
posbindu wilayah kerja Puskesmas XXX, objek penelitian hanya pada pralansia dan
lansia yang masuk dalam binaan Posbindu tersebut. Penelitian ini akan dilakukan
pada bulan Mei – Juni, Penelitian ini dilakukan karena penulis tertarik dengan
latar belakang masalah yaitu rendah nya kunjungan/pemanfaatan Posbindu di
wilayah kerja Puskesmas XXX oleh Lansia. Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan Crossectional, dimana variabel independen dan variabel
dependen dimana pengukurannya dilakukannya pada satu saat (serentak). Data
penelitian menggunakan data primer dan sekunder, sedangkan Instrumen
penelitian yang dipakai adalah kuesioner untuk kedua variabel.
E.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
a.
Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai tambahan kepustakaan atau referensi yang bermanfaat untuk perkembangan
ilmu pengetahuan, sebagai bahan dokumentasi dan bahan perbandingan untuk
mahasiswa program studi DIII Kebidanan XXX dalam melakukan penelitian sejenis
selanjutnya sehingga diperoleh penelitian yang lebih baik.
b.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengalaman dan wawasan bagi penulis di bidang kesehatan, dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah untuk kepentingan umum serta
dapat meningkatkan kualitas dari segi teknik maupun metodenya jika melakukan
penelitian lagi.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Responden
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman lansia tentang pemanfaatan pos pembinaan terpadu
lanjut usia.
b.
Bagi Tempat Penelitian
Sebagai sumbangan pemikiran dan
sebagai evaluasi bagi peningkatan upaya pemanfaatan pembinaan Lanjut Usia oleh
tenaga kesehatan di Posbindu.
c.
Bagi Profesi
Sebagai evaluasi bagi peningkatan
upaya pemanfaatan pembinaan Lanjut Usia oleh tenaga kesehatan.
Comments
Post a Comment