SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN SEKS DINI
Remaja perlu mendapatkan pendidikan
seks. Pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang
tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks
kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan
wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat
diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka
dapat menghindarinya
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A.
IDENTITAS
Pokok Bahasan :
Kesehatan Reproduksi Remaja
Sub pokok bahasan :
Pendidikan
Seks Dini (Sex Education)
Waktu : 30 Menit
Tempat :
Sasaran : Para Siswa SMP
Penyuluh :
Hari dan
tanggal :
B.
MATERI
Pendidikan Seks Dini (Sex Education)
C.
TUJUAN
INSTRUKSIONAL
1. Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang remaja dan pendidikan
seks pra nikah pada remaja selama 30 menit, diharapkan remaja di SMP dapat mengetahui
dan memahami tentang bahaya seks pra nikah.
2. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hubungan seks dini di
harapkan audiens dapat memahami
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian
remaja dan hubungan seksual dini
b. Peserta dapat menjelaskan ciri-ciri
remaja
c. Peserta dapat menjelaskan
faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini
d. Peserta dapat menjelaskan cara
mengendalikan dorongan hubungan seksual dini
e. Peserta dapat menjelaskan akibat
hubungan seksual dini
f. Peserta dapat menjelaskan macam-macam
penyalahgunaan seks
D.
METODE
DAN MEDIA
1.
Metode
Ceramah,
tanya jawab dan diskusi
2.
Media
Laptop,
Lcd
E. KEGIATAN
PENYULUHAN
Tahap/ Waktu
|
Kegiatan Pengajar
|
Kegiatan Peserta
|
Media & Alat
|
Metode
|
Pendahuluan
(5
menit)
|
1. Memberi salam pembuka dan memperkenalkan diri
2. Menginformasikan materi yang akan
disampaikan
3. Menjelaskan tujuan yang hendak di
capai pada akhir penyuluhan
4. Apersepsi dengan cara menggali
pengetahuan yang dimiliki peserta
|
Menjawab
salam & memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
& menjawab pertanyaan
|
LCD,
dan
laptop,
|
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Ceramah
|
Penyajian
Materi
(15
menit)
|
1. Menjelaskan pengertian remaja dan
hubungnan seksual dini
2. Menjelaskan ciri-ciri remaja
3. Menjelaskan faktor-faktor yang
mendorong hubungan seksual dini
4. Menjelaskan cara mengendalikan
dorongan hubungan seksual dini
5. Menjelaskan akibat hubungan
seksual dini
6. Menjelaskan macam penyalahgunaan
seks
7. Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya seputar materi yang disampaikan
8. Memberi kesempatan kepada peserta
lain untuk menjawab pertanyaan
9. Menjelaskan dan menjawab pertanyaan
|
Mendengarkan
dan memperhatikan
Bertanya
Mendengarkan
dan memperhatikan
|
|
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Tanya
jawab
Ceramah
|
Evaluasi
(5
menit)
|
Memberikan pertanyaan kepada
peserta seputar materi yang telah diberikan
|
Menjawab
pertanyaan
|
Lisan
|
Tanya
Jawab
|
Penutup
(5
menit)
|
1. Menyimpulkan Materi
2. Menutup pertemuan &
mengucapkan salam penutup
|
Mendengarkan
Mendengarkan
dan menjawab salam
|
Lisan
|
Ceramah
Ceramah
|
E.
EVALUASI
Soal :
1. Jelaskan pengertian remaja dan
hubungan seksual dini
2. Jelaskan ciri-ciri remaja
3. Jelaskan faktor-faktor yang
mendorong hubungan seksual dini
4. Jelaskan cara mengendalikan dorongan
hubungan seksual dini
5. Jelaskan akibat hubungan
seksual dini
6. Jelaskan macam-macam penyalahgunaan
seks
Jawaban :
1. Remaja didefinisikan sebagai masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12-24
tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan
oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum
kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak
Reproduksi) batasan usia remaja adalah usia 10-21 tahun.
2. Berkaitan dengan kesehatan
reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta
ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan nya, masa (rentang
waktu) remaja ada tiga tahap (Widyastuti dkk, 2009), antara lain :
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
1) Tampak
dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak
dan merasa ingin bebas.
3) Tampak
dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1) Tampak
dan ingin mencari identitas diri.
2) Ada
keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul
perasaan cinta yang mendalam.
c.
Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
1) Menampakkan
pengungkapan kebebasan diri.
2) Dalam
mencari teman sebaya lebih selektif.
3) Memiliki
citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4) Dapat
mewujudkan perasaan cinta.
5) Memiliki
kemampuan berpikir khayal atau abstrak.(Widyastuti dkk, 2009).
3. Factor yang mendorng hubungan
seksual dini adalah Factor hubungan, gaya hidup, factor fisik dan factor harga
diri
4. Cara mengendalikan dorongan seksual
dini antara lain :
a)
Taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Remaja
memahami tugasnya, misalnya belajar/ bekerja
c) Mengisi
waktu dengan bakat, minat, dan kemampuan misalnya: olahraga, kesenian,
dan berorganisasi.
d) Pengawasan
dari orang tua
5. Berhubungan sex di usia < 18 th lebih rentan terkena berbagai
macam penyakit fisik maupun psikologis.
Secara fisik sel-sel di antara vagina dan cervix belum
matang mudah terjadi “perlukaan” bila terkena trauma yang biasa terjadi pada
saat coitus ( berhubungan badan )
à memudahkan masuknya virus HPV yang
merupakan virus penyebab cancer cervix dan virus HIV penyebab AIDS.
semakin muda usia saat
berhubungan seksual à resiko terkena Ca cervix dan AIDS
juga akan lebih tinggi.
6. Macam penyalahgunaan seks antara
lain :
-
Sebagai alat pencari kepuasan
-
Digunakan sebagai ekspresi kemarahan
-
Sebagai kekuatan
-
Digunakan untuk eksploitasi komersial
F.
URAIAN
MATERI
1. Pengertian Remaja dan Hubungan Seksual Dini
Remaja didefinisikan sebagai masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut
WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sedangkan
dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen
Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara
itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan
usia remaja adalah usia 10-21 tahun.
Remaja, yang bahasa aslinya
disebut adolescene, berasal dari bahasa latin adolescere,
yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Bangsa primitif dan
orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan
periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah
mampu mengadakan reproduksi (Ali dan Asrori, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi
yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni
antara usia 10-19 tahun yang merupakan suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah masa
periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk,2009)
Hubungan seksual dini adalah
hubungan seksual yang di lakukan di usia dini untuk menyalurkan dorongan
seksual. Oleh karena itu, remaja perlu mendapatkan pendidikan
seks. Pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang
tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks
kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan
wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat
diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka
dapat menghindarinya.
2. Ciri-ciri
remaja
Berkaitan dengan kesehatan
reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta
ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan nya, masa (rentang
waktu) remaja ada tiga tahap (Widyastuti dkk, 2009), antara lain :
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang
merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak dan merasa
ingin bebas.
3) Tampak dan memang
lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal
(abstrak).
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan ingin
mencari identitas diri.
2) Ada keinginan untuk
berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul
perasaan cinta yang mendalam.
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
1) Menampakkan
pengungkapan kebebasan diri.
2) Dalam mencari teman
sebaya lebih selektif.
3) Memiliki citra
(gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4) Dapat mewujudkan perasaan
cinta.
5) Memiliki kemampuan
berpikir khayal atau abstrak.(Widyastuti dkk, 2009).
Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
a. Tanda-Tanda Seks Primer
Yang dimaksud dengan tanda-tanda
seks primer adalah organ seks pada laki-laki gonad atau testis. Organ tersebut
terletak didalam skrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran
matang. Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama satu atau dua
tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testis berkembang penuh pada usia 20 atau
21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ reproduksi pria matang
lazimnya terjadi mimpi basah, artinya ia bermimpi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan seksual, sehingga mengeluarkan sperma.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh
selama masa puber. Namun tingkat ketepatan antara organ satu dengan lainnya
berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada
usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ
reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian
pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara
berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. (Widyastuti dkk, 2009).
b. Tanda-Tanda Seks
Sekunder
1) Pada Laki-Laki
Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut
kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testis dan penis mulai membesar.
Ketika rambut kemaluan hampir selesai tumbuh, maka menyusul rambut ketiak dan
rambut di wajah, seperti halnya kumis dan cambang. Kulit menjadi lebih kasar,
tidak jernih, pori-pori membesar. Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih
aktif. Seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang meningkat.
Aktivitas kelenjar keringat juga bertambah, terutama bagian ketiak. Otot-otot
pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat. Lebih-lebih bila dilakukan
latihan otot, maka akan tampak memberi bentuk pada lengan, bahu dan tungkai
kaki. Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan
suara. Mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga meningkat. Pada usia
remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil di sekitar kelenjar
susu. Setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.
2) Pada Wanita
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya
remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak
setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah, mula-mula lurus dan terang
warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak
keriting. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini
sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit.
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol.
Hal ini terjadi karena harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin
besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
Seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih besar, lebih tebal, pori-pori
membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki, kulit pada wanita tetap lebih
lembut. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan
kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk
sebelum dan selama masa haid. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar
dan semakin kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. Suara
berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita. (Widyastuti dkk,
2009).
3. Faktor-faktor yang mendorong hubungan
seksual dini
Kolodny, Master dan Johnson (1979)
menyatakan bahwa keinginan seksual beragam diantaranya individu, sebagian orang
menginginkan dan menikmati seks setiap hari. Sementara yang lainnya
menginginkan seks hanya sekali satu bulan dan yang lainnya lagi tidak memiliki
keinginan seks sama sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta tersebut.
Keinginan seksual menjadi masalah
jika klien semata-mata menginginkan untuk melakukannya pada beberapa norma
kultur atau jika perbedaan dalam keinginan seksual dari pasangan menyebabkan
konflik.
a. Faktor Fisik
Klien dapat mengalami penurunan
keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivitas seksual dapat menyebabkan
nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat
menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan
adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual. Citra tubuh yang buruk,
terutama jika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah
bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.
b. Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan dengan
mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan
telah mundur, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan
yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. Keterampilan seperti ini
memainkan peran yang sangat penting ketika menghadapi keinginan seksual dalam
berhubungan. Penurunan minat dalam aktifitas seksual dapat mengakibatkan
ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa-apa
yang diterima atau menyenangkan.
c. Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup, seperti
penggunaan atau penyalahgunaan alcohol dapat mempengaruhi keinginan seksual.
Namun demikian, banyak bukti sekarang ini menunjukkan bahwa efek negatif
alkohol terhadap seksual jauh melebihi euphoria (perasaan yang
berlebihan) yang mungkin dihasilnya. Pada awalanya menemukan waktu yang tepat
untuk aktivitas seksual adalah faktor gaya hidup. Klien seperti ini sering
mengungkapkan bahwa mereka perlu waktu untuk menyendiri, berfikir dan istirahat
sebagai hal yang lebih penting dari seks.
d. Faktor Harga Diri
Tingkat harga diri juga dapat
menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Jika harga diri seksual tidak
pernah diperlihatkan dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual
diri dan dengan mempelajari keterampilan seksual, seksual mungkin menyebabkan
perasaan negatif atau menyebabkan tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual
dapat menurun didalam banyak cara, yaitu perkosaan, inses dan penganiayaan
fisik atau emosi meninggalkan luka yang dalam (Herdiana, 2007).
4. Cara mengendalikan dorongan hubungan
seksual dini
a) Taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Remaja memahami tugasnya, misalnya belajar/ bekerja
c) Mengisi waktu dengan bakat, minat, dan kemampuan
misalnya: olahraga, kesenian,
dan berorganisasi.
d) Pengawasan dari orang tua
Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku dewasa.
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock
(1991) adalah sebagai berikut:
1) Mampu menerima keadaan
fisiknya.
2) Mampu menerima dan
memahami peran seks usia dewasa.
3) Mampu membina hubungan
baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
4) Mencapai kemandirian
emosional.
5) Mencapai kemandirian
ekonomi.
6) Mengembangkan konsep
dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota
masyarakat.
7) Memahami dan
menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
8) Mengembangkan perilaku
tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
9) Mempersiapkan diri
untuk memasuki perkawinan.
10)Memahami dan mempersiapkan
berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Tugas-tugas perkembangan fase remaja
ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional
formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan
dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat
memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan
kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya
(Ali dan Asrori, 2009).
5. Akibat hubungan seksual dini
Berhubungan sex di usia remaja ( di
bawah 18 tahun ) lebih rentan terkena berbagai macam penyakit fisik maupun
psikologis. Secara fisik sel-sel di antara vagina dan cervix belum “matur” atau
matang sehingga akan mudah terjadi “perlukaan” bila terkena trauma yang biasa
terjadi pada saat coitus (berhubungan badan). Perlukaan tersebut akan
menjadikannya tempat yang akan memudahkan masuknya virus HPV yang merupakan
virus penyebab cancer cervix dan virus HIV penyebab AIDS.
Dengan kata lain semakin muda usia
pada saat kamu berhubungan sexsual, maka resiko terkena cancer cervix dan AIDS
juga akan lebih tinggi. Cancer cervix dan AIDS adalah jenis penyakit yang sulit
dideteksi gejalanya. Gejala klinis baru akan muncul setelah bertahun tahun
virus HPV menginfeksi, itupun biasanya cancer sudah berada pada stadium lanjut.
Karenanya penting bagi setiap perempuan yang sudah melakukan hubungan sex
berapapun usianya, untuk secara rutin melakukan pap smear test, yaitu suatu
test yang dilakukan untuk mengetahui perubahan sel-sel antara vagina dengan
cervix. Begitu pula dengan infeksi HIV, setelah pertahun –tahun virus tersebut
menginfeksi, barulah gejala klinis AIDS akan muncul. Virus HIV ini hanya bisa
dideteksi dengan melakukan pemeriksaan HIV di dalam darah. Infeksi virus HIV
akan menurunkan tingkat imunitas seseorang, sehingga dapat menyebabkan
pertumbuhan cancer lebih cepat Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)
adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaanya tidak
diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua
bayi tersebut. Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan
komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan
aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan
terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak
profesional (unsafe abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini
memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi
pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu
kesuburan sampai terjadinya infertilitas.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri,
perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak
yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap
masyarakat.
6.
Penyalahgunaan
Seks
Selain
terdapat kegunaan seks dapat pula kita temukan penyalahgunaan seks yang dapat
dipaparkan sebagai berikut:
a. Seks sebagai alat pencari kepuasan
Sebagian
besar orang mengalami gabungan antara kegembiraan, kesukaan dan ketakutan dalam
pengalaman seksual awalnya yang menimbulkan rasa kewaspadaan. Mereka lapar akan
pengalaman seksual dan menggunakan seks sebagai cara untuk mencapai tujuan melalui
hubungan seks di luar perkawinan, seks terlarang seperti pedhofilia, atau antar
anggota keluarga yang merusak kepercayaan serta nilai-nilai moral dalam
keluarga. Bila seks terlepas dari kontrol sosial konvensional, seks menjadi
pemuas, yang bagi beberapa orang menimbulkan kesenangan sedang bagi orang lain
menimbulkan ketakutan.
b. Seks
digunakan sebagai ekspresi kemarahan
Sering
kita dengar tindak pemerkosaan yang merupakan tindak kekerasan dan mencerminkan
tindak kemarahan terhadap wanita. Wanita juga dapat mengekspresikan
kemarahannya dalam tingkah laku seksual dengan menggunakan teknik yang lebih
tersamar. Mereka dapat menolak pasangannya dengan cara yang lebih tersamar,
tidak memberiakn respon, ataupun mencela gaya hubungan seksual yang dilakukan.
c. Seks
sebagai kekuatan
Seks dapat
dilakukan salah satu bentuk kekuatan dalam hubungan yang tidak sehat. Beberapa
orang dapat mengeksploitasi pasangannya dalam cara yang manipulatif seperti
pada wanita yang cacat, wanita lemah bahkan seks dapat dipakai hadiah untuk
tingkah laku pasangan ynag menyenangkan.
d. Eksploitasi
komersial
Masyarakat
masih terus dibanjiri dengan iklan-iklan untuk mengubah pemahaman biologi
tentang seks dan daya tarik seksual dalam berbagai media massa.
DAFTAR PUSTAKA
Greenwood, Judy. 1991. Seks dan Permasalahannya. Jakarta: Arcan
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3.
Jakarta: EGC
Comments
Post a Comment