Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN SEKS DINI


SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN SEKS DINI

Remaja perlu mendapatkan pendidikan seks. Pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya


SATUAN ACARA PENYULUHAN

A.      IDENTITAS
Pokok Bahasan          : Kesehatan Reproduksi Remaja
Sub pokok bahasan    : Pendidikan Seks Dini (Sex Education)
Waktu                        : 30 Menit
Tempat                       :
Sasaran                       : Para Siswa SMP
Penyuluh                    :
Hari dan tanggal        :

B.       MATERI
Pendidikan Seks Dini (Sex Education)

C.      TUJUAN INSTRUKSIONAL
1.      Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang remaja dan pendidikan seks pra nikah pada remaja selama 30 menit, diharapkan remaja di SMP dapat mengetahui dan memahami tentang bahaya seks pra nikah.

2.      Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hubungan seks dini di harapkan audiens dapat memahami
a.       Peserta dapat menjelaskan pengertian remaja dan hubungan seksual dini
b.      Peserta dapat menjelaskan ciri-ciri remaja
c.       Peserta dapat menjelaskan faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini
d.      Peserta dapat menjelaskan cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dini
e.       Peserta dapat menjelaskan akibat hubungan seksual  dini
f.       Peserta dapat menjelaskan macam-macam penyalahgunaan seks

D.      METODE DAN MEDIA
1.         Metode
Ceramah, tanya jawab dan diskusi
2.         Media
Laptop, Lcd
  
E.  KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap/ Waktu
Kegiatan Pengajar
Kegiatan Peserta
Media & Alat
Metode
Pendahuluan
(5 menit)
1.   Memberi salam  pembuka dan memperkenalkan diri
2.   Menginformasikan materi yang akan disampaikan
3.   Menjelaskan tujuan yang hendak di capai pada akhir penyuluhan
4.   Apersepsi dengan cara menggali pengetahuan yang dimiliki peserta
Menjawab salam & memperhatikan
Memperhatikan

Memperhatikan


Memperhatikan & menjawab pertanyaan
LCD, dan
laptop,
Ceramah

Ceramah

Ceramah


Ceramah
Penyajian Materi
(15 menit)
1.   Menjelaskan pengertian remaja dan hubungnan seksual dini
2.   Menjelaskan ciri-ciri remaja
3.   Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini
4.   Menjelaskan cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dini

5.   Menjelaskan akibat hubungan seksual  dini
6.   Menjelaskan macam penyalahgunaan seks
7.   Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya seputar materi yang disampaikan
8.   Memberi kesempatan kepada peserta lain untuk menjawab pertanyaan
9.   Menjelaskan dan menjawab pertanyaan
Mendengarkan dan memperhatikan












Bertanya



Mendengarkan dan memperhatikan
Ceramah


Ceramah
Ceramah


Ceramah


Ceramah
Ceramah

Ceramah

Tanya jawab





Ceramah
Evaluasi
(5 menit)
Memberikan pertanyaan kepada peserta seputar materi yang telah diberikan
Menjawab pertanyaan
Lisan
Tanya Jawab

Penutup
(5 menit)

1.   Menyimpulkan Materi
2.   Menutup pertemuan & mengucapkan salam penutup

Mendengarkan
Mendengarkan dan menjawab salam

Lisan

Ceramah
Ceramah

E.       EVALUASI
Soal :
1.      Jelaskan pengertian remaja dan hubungan seksual dini
2.      Jelaskan ciri-ciri remaja
3.      Jelaskan faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini
4.      Jelaskan cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dini
5.      Jelaskan akibat hubungan seksual  dini
6.      Jelaskan macam-macam penyalahgunaan seks

Jawaban :
1.      Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah usia 10-21 tahun.

2.      Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan nya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap (Widyastuti dkk, 2009), antara lain :
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
1)      Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2)      Tampak dan merasa ingin bebas.
3)      Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
         berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1)      Tampak dan ingin mencari identitas diri.
2)      Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3)      Timbul perasaan cinta yang mendalam.
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
1)      Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
2)      Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3)      Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4)     Dapat mewujudkan perasaan cinta.
5)      Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.(Widyastuti dkk, 2009).   

3.      Factor yang mendorng hubungan seksual dini adalah Factor hubungan, gaya hidup, factor fisik dan factor harga diri

4.      Cara mengendalikan dorongan seksual dini antara lain :
a) Taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Remaja memahami tugasnya, misalnya belajar/ bekerja
c) Mengisi waktu dengan bakat, minat, dan kemampuan misalnya: olahraga, kesenian,
    dan berorganisasi.
d) Pengawasan dari orang tua

5.      Berhubungan sex di usia  < 18 th lebih rentan terkena berbagai macam penyakit fisik maupun psikologis.
Secara fisik sel-sel di antara vagina dan cervix belum matang mudah terjadi “perlukaan” bila terkena trauma yang biasa terjadi pada saat coitus ( berhubungan badan )
à memudahkan masuknya virus HPV yang merupakan virus penyebab cancer cervix dan virus HIV penyebab AIDS.
semakin muda usia saat  berhubungan seksual à resiko terkena Ca cervix dan AIDS juga akan lebih tinggi.

6.      Macam penyalahgunaan seks antara lain :
-          Sebagai alat pencari kepuasan
-          Digunakan sebagai ekspresi kemarahan
-          Sebagai kekuatan
-          Digunakan untuk eksploitasi komersial

F.       URAIAN MATERI
1.    Pengertian Remaja dan Hubungan Seksual Dini
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah usia 10-21 tahun.
Remaja, yang bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa latin adolescere, yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali dan Asrori, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun yang merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah masa periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk,2009)
Hubungan seksual dini adalah hubungan seksual yang di lakukan di usia dini untuk menyalurkan dorongan seksual. Oleh karena itu, remaja perlu mendapatkan pendidikan seks. Pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya.
                                                                                                                                   
2.      Ciri-ciri remaja
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan nya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap (Widyastuti dkk, 2009), antara lain :
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
1)      Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2)      Tampak dan merasa ingin bebas.
3)      Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1)      Tampak dan ingin mencari identitas diri.
2)      Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3)      Timbul perasaan cinta yang mendalam.
         
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
1)      Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
2)      Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3)      Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4)     Dapat mewujudkan perasaan cinta.
5)      Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.(Widyastuti dkk, 2009).          

Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
a.    Tanda-Tanda Seks Primer
Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah organ seks pada laki-laki gonad atau testis. Organ tersebut terletak didalam skrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama satu atau dua tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testis berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ reproduksi pria matang lazimnya terjadi mimpi basah, artinya ia bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual, sehingga mengeluarkan sperma.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat ketepatan antara organ satu dengan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. (Widyastuti dkk, 2009).

b.  Tanda-Tanda Seks Sekunder
1)   Pada Laki-Laki
Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testis dan penis mulai membesar. Ketika rambut kemaluan hampir selesai tumbuh, maka menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya kumis dan cambang. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar. Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih aktif. Seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang meningkat. Aktivitas kelenjar keringat juga bertambah, terutama bagian ketiak. Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat. Lebih-lebih bila dilakukan latihan otot, maka akan tampak memberi bentuk pada lengan, bahu dan tungkai kaki. Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan suara. Mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga meningkat. Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil di sekitar kelenjar susu. Setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.
2)   Pada Wanita
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah, mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi karena harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. Seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih besar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki, kulit pada wanita tetap lebih lembut. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan semakin kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita. (Widyastuti dkk, 2009).

3.   Faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini
Kolodny, Master dan Johnson (1979) menyatakan bahwa keinginan seksual beragam diantaranya individu, sebagian orang menginginkan dan menikmati seks setiap hari. Sementara yang lainnya menginginkan seks hanya sekali satu bulan dan yang lainnya lagi tidak memiliki keinginan seks sama sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta tersebut.
Keinginan seksual menjadi masalah jika klien semata-mata menginginkan untuk melakukannya pada beberapa norma kultur atau jika perbedaan dalam keinginan seksual dari pasangan menyebabkan konflik.
a.  Faktor Fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama jika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.

b.  Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan telah mundur, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. Keterampilan seperti ini memainkan peran yang sangat penting ketika menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan. Penurunan minat dalam aktifitas seksual dapat mengakibatkan ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa-apa yang diterima atau menyenangkan.

c.  Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alcohol dapat mempengaruhi keinginan seksual. Namun demikian, banyak bukti sekarang ini menunjukkan bahwa efek negatif alkohol terhadap seksual jauh melebihi euphoria (perasaan yang berlebihan) yang mungkin dihasilnya. Pada awalanya menemukan waktu yang tepat untuk aktivitas seksual adalah faktor gaya hidup. Klien seperti ini sering mengungkapkan bahwa mereka perlu waktu untuk menyendiri, berfikir dan istirahat sebagai hal yang lebih penting dari seks.
d. Faktor Harga Diri
Tingkat harga diri juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah diperlihatkan dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari keterampilan seksual, seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau menyebabkan tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual dapat menurun didalam banyak cara, yaitu perkosaan, inses dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka yang dalam (Herdiana, 2007).

4.   Cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dini
a) Taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Remaja memahami tugasnya, misalnya belajar/ bekerja
c) Mengisi waktu dengan bakat, minat, dan kemampuan misalnya: olahraga, kesenian,
    dan berorganisasi.
d) Pengawasan dari orang tua
Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah sebagai berikut:
1)  Mampu menerima keadaan fisiknya.
2)  Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3)  Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
4)  Mencapai kemandirian emosional.
5)  Mencapai kemandirian ekonomi.
6)  Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan   untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7)  Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
8)  Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
9)  Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10)Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya (Ali dan Asrori, 2009).

5.   Akibat hubungan seksual  dini
Berhubungan sex di usia remaja ( di bawah 18 tahun ) lebih rentan terkena berbagai macam penyakit fisik maupun psikologis. Secara fisik sel-sel di antara vagina dan cervix belum “matur” atau matang sehingga akan mudah terjadi “perlukaan” bila terkena trauma yang biasa terjadi pada saat coitus (berhubungan badan). Perlukaan tersebut akan menjadikannya tempat yang akan memudahkan masuknya virus HPV yang merupakan virus penyebab cancer cervix dan virus HIV penyebab AIDS.
Dengan kata lain semakin muda usia pada saat kamu berhubungan sexsual, maka resiko terkena cancer cervix dan AIDS juga akan lebih tinggi. Cancer cervix dan AIDS adalah jenis penyakit yang sulit dideteksi gejalanya. Gejala klinis baru akan muncul setelah bertahun tahun virus HPV menginfeksi, itupun biasanya cancer sudah berada pada stadium lanjut. Karenanya penting bagi setiap perempuan yang sudah melakukan hubungan sex berapapun usianya, untuk secara rutin melakukan pap smear test, yaitu suatu test yang dilakukan untuk mengetahui perubahan sel-sel antara vagina dengan cervix. Begitu pula dengan infeksi HIV, setelah pertahun –tahun virus tersebut menginfeksi, barulah gejala klinis AIDS akan muncul. Virus HIV ini hanya bisa dideteksi dengan melakukan pemeriksaan HIV di dalam darah. Infeksi virus HIV akan menurunkan tingkat imunitas seseorang, sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan cancer lebih cepat Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.

6.         Penyalahgunaan Seks
Selain terdapat kegunaan seks dapat pula kita temukan penyalahgunaan seks yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
a.  Seks sebagai alat pencari kepuasan
Sebagian besar orang mengalami gabungan antara kegembiraan, kesukaan dan ketakutan dalam pengalaman seksual awalnya yang menimbulkan rasa kewaspadaan. Mereka lapar akan pengalaman seksual dan menggunakan seks sebagai cara untuk mencapai tujuan melalui hubungan seks di luar perkawinan, seks terlarang seperti pedhofilia, atau antar anggota keluarga yang merusak kepercayaan serta nilai-nilai moral dalam keluarga. Bila seks terlepas dari kontrol sosial konvensional, seks menjadi pemuas, yang bagi beberapa orang menimbulkan kesenangan sedang bagi orang lain menimbulkan ketakutan. 
b.  Seks digunakan sebagai ekspresi kemarahan
Sering kita dengar tindak pemerkosaan yang merupakan tindak kekerasan dan mencerminkan tindak kemarahan terhadap wanita. Wanita juga dapat mengekspresikan kemarahannya dalam tingkah laku seksual dengan menggunakan teknik yang lebih tersamar. Mereka dapat menolak pasangannya dengan cara yang lebih tersamar, tidak memberiakn respon, ataupun mencela gaya hubungan seksual yang dilakukan.
c.  Seks sebagai kekuatan
Seks dapat dilakukan salah satu bentuk kekuatan dalam hubungan yang tidak sehat. Beberapa orang dapat mengeksploitasi pasangannya dalam cara yang manipulatif seperti pada wanita yang cacat, wanita lemah bahkan seks dapat dipakai hadiah untuk tingkah laku pasangan ynag menyenangkan.
d. Eksploitasi komersial
Masyarakat masih terus dibanjiri dengan iklan-iklan untuk mengubah pemahaman biologi tentang seks dan daya tarik seksual dalam berbagai media massa.




DAFTAR PUSTAKA

Greenwood, Judy. 1991. Seks dan Permasalahannya. Jakarta: Arcan

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)