MAKALAH
DESAIN PEMBELAJARAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Desain Pembelajaran ini dengan
baik.
Penulis berterima kasih kepada semua
pihak yang memberikan motivasi baik berupa matreiil maupun moriil kepada
penulis, tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu yang
telah memberikan banyak masukan dalam pembuatan Makalah Desain Pembelajaran
ini.
Penulis menyadari masih banyak
sekali terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Penulis mengharapkan
saran dan kritikan terhadap makalah ini yang bersifat membangun agar makalah
selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
................, ............................... 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................... 1
B.
Tujuan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Desain Pembelajaran.................................................. 2
B.
Komponen Utama Desain Pembelajaran..................................... 3
C.
Model-model Desain Pembelajaran............................................... 3
1.
Model PPSI (1976)...................................................................... 3
2.
Model Kemp (1985)..................................................................... 4
3.
Model Bela H.Banathy............................................................... 4
4.
Model Gerlach & Elly.................................................................. 7
5.
Model Dick and Carrey............................................................... 10
6.
Model ASSURE........................................................................... 12
7.
Model ADDIE............................................................................... 13
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................ 16
B.
Saran................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan
dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas
instruksional (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa disain
pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen yang
saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan
untuk kelengkapan suatu instruksional.
Sistem pengembangan instruksional
sering kali direpresentasikan sebagai model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah
model disain pembelajaran diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan
bahwa model disain pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang suatu pendekatan
sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif dan efisien
dari pembelajaran.
Tujuan dari disain pembelajaran
yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan
pembelajaran (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007).
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui
desain pembelajaran model PPSI
2.
Untuk mengetahui
desain pembelajaran model Banathy
3.
Untuk mengetahui
desain pembelajaran model Kemp
4.
Untuk mengetahui
desain pembelajaran model Gerlach & Elly
5.
Untuk mengetahui
desain pembelajaran model Dick & Carrey
6.
Untuk mengetahui
desain pembelajaran model ASSURE
7.
Untuk mengetahui
desain pembelajaran model ADDIE.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan
secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan
perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan
konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai
disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain
pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan,
pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan
pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai
tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan
sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk
meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat
terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses
ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan
pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu
terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar
yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh
guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
B.
Komponen Utama Desain Pembelajaran
1.
Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi,
karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2.
Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang
akan dikuasai oleh pembelajar.
3.
Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang
akan dipelajari
4.
Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun
atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5.
Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6.
Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah
dikuasai atau belum.
C.
Model-model Desain Pembelajaran
1.
Model PPSI (1976)
Dalam model PPSI pengajaran
dipandang sebagai suatu sistem. Sub-sistem dari pengajaran, diantaranya tujuan pembelajaran, bahan pelajaran,
kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber pembelajaran dan evaluasi. Semua komponen
tersebut diorganisir sedemikian rupa sehingga masing-masing komponen dapat berfungsi
secara harmonis.
Guru mempunyai tugas mengurutkan langkah-langkah sehingga tersusun suatu urutan-urutan
system pengajaran yang baik. Adapun urutan langkah-langkah dalam PPSI itu adalah
sebagai berikut:
a.
Merumuskan tujuan instruksional khusus
b.
Menyusun alat evaluasi
c.
Menetapkan kegiatan pembelajaran
d.
Merancang program pengajaran
e.
Malaksanakan program
2. Model Kemp (1985)
Berorientasi pada perancangan
pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah
menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media yang
akan bekerja sebagai perancang pembelajaran.
Menurut Miarso dan Soekamto, model pembelajaran Kemp dapat digunakan di semua
tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Ada 4 unsur
yang merupakan dasar dalam membuat modelKemp:
a.
Untuk siapa program itu dirancang? (ciri pebelajar)
b.
Apa yang harus dipelajari? (tujuan yang akan dicapai)
c.
Bagaimana isi bidang studi dapat dipelajari dengan baik? (metode/strategi
pembelajaran)
d. Bagaimana mengetahui bahwa
proses belajar telah berlangsung? (evaluasi)
3. Model Bela H.Banathy
Model pengembangan system pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pengembangan system pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan.
Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup
keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan
perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya
diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran
khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah
pengembangan, sebagai berikut:
a.
Langkah 1 : Merumuskan tujuan
Pada langkah ini pengembang merumuskan tujuan pembelajaran, yang merupakan pernyataan
tentang hal-hal yang diharapkan untuk dikerjakan, diketahui, dirasakan, dan sebagainya
oleh peserta didik atau siswa sebagai hasil pengalaman belajarnya.
b.
Langkah 2 : Mengembangkan tes
Pada langkah ini dikembangkan suatu tes sebagai alat evaluasi, yang digunakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau ketercapaian tujuan pembelajaran
oleh peserta didik/siswa. Penyusunan tes berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan pada langkah sebelumnya.
c.
Langkah 3 : Menganalisis tugas belajar
Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik/siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Pada langkah ini, perilaku awal peserta didik/siswa perlu
dinilai dan dianalisis.
Berdasarkan gambar tentang perilaku awal tersebut dapat dirancang materi pelajaran
dan tugas-tugas belajar yang sesuai, sehingga mereka tidak perlu mempelajari hal-hal
yang telah diketahui atau telah dikuasai sebelumnya.
d.
Langkah 4 : Mendesain Sistem Pembelajaran
Pada langkah ini dikembangkan berbagai alternative dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan
pembelajaran, baik yang harus dilakukan oleh siswa/peserta didik maupun kegiatan-kegiatan
guru/tenaga pengajar. Langkah ini dikembangkan sedemikian rupa yang menjamin agar
peserta didik melaksanakan dan menguasai tugas-tugas yang telah dianalisis pada
langkah 3 desain system juga meliputi penentuan siswa yang mempunyai potensi paling
baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan oleh karena perlu disediakan alternative
kegiatan tertentu yang cocok. Selain dari itu, dalam desain system supaya ditentukan
waktu dan tempat melakukan kegiatankegiatan pembalajaran.
e.
Langkah 5 : Melaksanakan Kegiatan dan mengetes hasil
System yang sudah di desain selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji coba di
lapangan (sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan dicapai
oleh peserta didik merupakan output dari implementasi system, yang harus dinilai
supaya dapat diketahui hingga mereka dapat mempertunjukan atau menguasai tingkah
laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran
f.
Langkah 6 : Melakukan
Perubahan Untuk Perubahan
Pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil –hasil yang diperoleh dari evaluasi
digunakan sebagai umpan balik bagi system keseluruhan dan bagi kompinen-komponen
system, yang pada gilirannya menjadi dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan
system pemabalajaran.
Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan
rancangan system pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup
tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses
pengemabnagan suatu system menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala
sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum
yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan
dalam system sekolah.
4. Model Gerlach & Elly
Merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi
suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena model ini memperlihatkan
keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara
rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen
yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan
dalam suatu rencana untuk mengajar.
Rincian komponennya adalah sebagai berikut:
a.
Merumuskan tujuan pembelajaran
(Specification of Object)
Tujuan pembelajaran merupakan
suatu target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan harus bersifat
jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan dinilai.
Berikut petunjuk praktis merumuskan
tujuan pembelajaran:
1)
Audience
2)
Behavior
3)
Condition
4)
Degree
b. Menentukan isi materi (Specification of Content)
Bahan atau materi pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum yakni
berupa mata pelajaran atau bidang studi topik/sub topik dan rinciannya. Isi materi
berbeda-beda disesuaikan menurut bidang studi, sekolah tingkatan dan kelasnya. Isi
materi harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan materi haruslah
spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat lebih jelas dan mudah
dibandingkan dan dipisahkan dengan pokok bahasan lainnya.
c.
Penilaian kemampuan awal siswa
(Assesment of Entering Bahaviors)
Kemampuan awal siswa ditentukan
dengan memberikan tes awal. Mengetahui kemampuan awal ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan
dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tes awal
dapat dilakukan dengan 2 cara:
1)
Pretest
2)
Mengumpulkan data
pribadi siswa.
d.
Menentukan strategi (Determination
of Strategy)
Strategi pembelajaran
merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih
sumber-sumber dan menentukan tugas/evaluasi dalam kegiatan balajar mengajar.
Menurut gerlach & elly ada 2 bentuk
pendekatan, yaitu:
1)
Bentuk Ekspository
2)
Bentuk Inquiry
e.
Pengelompokkan belajar (Organization
of Groups)
Beberapa pengelompokkan siswa diantaranya;
1)
Berdasarkan jumlah
siswa
2)
Pengelompokkan
campuran
3)
Gabungan beberapa
kelas
4)
Sekolah dalam sekolah
5)
Taman kependidikan
f.
Pembagian waktu (Allocation
of Time)
Rencana penggunaan waktu
akan berbeda berdasarkan pokok permasalahan, tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan
yang tersedia, pola-pola administrasi serta kegunaan dan minat-minat para siswa.
g.
Menentukan ruangan (Allocation of Space)
Ada tiga alternatif ruangan belajar agar proses belajar mengajar
dapat terkondisikan;
1)
Ruangan-ruangan
kelompok besar
2)
Ruangan-ruangan
kelompok kecil
3)
Ruangan untuk belajar
mandiri
h.
Memilih media (Allocation
of Resources)
Gerlach & Elly membagi media sebagai sumber belajar kedalam
5 kategori;
1)
Manusia dan benda
nyata
2)
Media visual proyeksi
3)
Media audio
4)
Media cetak
5)
Media display
i.
Evaluasi hasil belajar (Evaluation
of Performance)
Semua kegiatan pembelajaran
dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Dalam tahap evaluasi,
yang dilihat bukan hanya hasil belajar siswa, melainkan juga keseluruhan sistem
pembelajaran.
j.
Menganalisi umpan balik (Analysis
of Feed Back)
Data dari analisis umpan
balik yang diperoleh dari evaluasi, tes maupun tanggapan-tanggapan tentang kegiatan
pembelajaran ini menentukan apakah sistem, metode maupun media yang dipakai dalam pembelajaran
tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang dicapai atau masih perlu untuk disempurnakan.
Sehingga untuk kedepannya dapat diperbaiki agar proses pembelajaran benar-benar
berhasil.
Kelebihan model pembelajaran Gerlach
&Elly antara lain:
1)
Sangat teliti dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran.
2) Cocok digunakan untuk segala kalangan.
Adapun kekurangan model
pembelajaran Gerlach &Elly yaitu
1)
Terlalu panjangnya
prosedur perancangan desain pembelajaran.
2) Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa.
5. Model Dick and Carrey
Model desain pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran ini
adalah Dick and Carey Systems Approach Model. Menurut Prof. Atwi Suparman (Rektor
UT), model ini diciptakan selain cocok untuk pembelajaran formal di sekolah, juga
untuk sistem pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses pembelajaran. Analisis
tentang media dan metode tidak bersifat argumentatif guna mencapai berbagai alternatif
media dan metode yang akan dipakai karena media yang digunakan sudah tertentu, yakni
komputer dan perlengkapannya, dan metodenya adalah metode pembelajaran berbasis
komputer.
Secara rinci tahapan-tahapan desain pembelajaran yang digunakan untuk memodifikasi
dari desain pembelajaran Dick and Carey System sebagai berikut :
a.
Identifikasi Tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam
merancang program, implementasi program dan evaluasi.
b.
Analisis Instruksional. Pada tahap ini, diterapkan konsep-konsep dan
prinsip perangkat keras komputer yang harus dikuasai siswa.
c.
Identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa. identifikasi awal siswa
dilakukan melalui tes awal.
d.
Penulisan Tujuan Kinerja. Penulisan tujuan kinerja dijabarkan dalam bentuk
rencana pelaksanaan pembelajaran.
e. Evaluasi. Setelah berakhirnya
kegiatan implementasi program pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap
efektivitas model belajar yang telah diterapkan.
Tahapan-tahapan model Dick & Carey dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.
Model Pengembangan Instruksional Dick and Carey
Sumber : Rusli Sofian M.(2005)
6. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich
et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
a. Analyze Learners (Analisis Pelajar)
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara
baik dan disesuaikan dengan cirri-ciri belajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan
medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan
sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting
dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan
awal khusus dan gaya belajar.
b. States Objectives (Menyatakan Tujuan)
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik berdasarkan
buku atau kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah
dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus difokuskan
kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
c.
Select Methods, Media, and Material (Pemilihan Metode, Media dan Bahan)
Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode,
bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan
dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah
terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
d.
Utilize Media and materials (Penggunaan Media dan bahan)
Menurut Heinich et al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang
baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman
pembelajaran.
e.
Require Learner Participation (Partisipasi Pelajar di dalam kelas)
Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas
pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
f.
Evaluate and Revise (Penilaian dan Revisi)
Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan
dan impak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberapa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran
yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan
pelajar.
7. Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model
ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an
yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi
pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif,
dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a.
Analysis (analisa)
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari
oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi
masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu,
output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta
belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang
rinci didasarkan atas kebutuhan.
b.
Design (disain / perancangan)
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat
bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas
harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama
merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan
realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada
tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran
yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada
banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang
paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain,
semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya,
dan lainlain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas
dan rinci.
c.
Development (pengembangan)
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan.
Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran,
maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul
tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang
akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu
langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan.
Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu
evaluasi. Lebih tepatnyaevaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki
sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.
d.
Implementation (implementasi/eksekusi)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan system pembelajaran yang
sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal
atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah
diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu
tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain
awal.
e.
Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang
dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi
bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap
empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan
revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi
formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang
kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita
kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara guru dan peserta didik. Model-model desain rencana pembelajaran
adalah model PPSI, model Banathy, model Kemp, model Gerlach & Elly, model Dick
& Carrey, model ASSURE, model ADDIE, dan model Hanafin and Peck.
Dalam model PPSI pengajaran
dipandang sebagai suatu sistem. Sub-sistem dari pengajaran, diantaranya tujuan pembelajaran, bahan pelajaran,
kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber pembelajaran dan evaluasi. Model kempberorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh.
Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di
bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran.
Model Banathy bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup
keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Model Gerlach & Elly menjadi suatu
garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena model ini memperlihatkan
keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara
rinci setiap komponennya.
Model Dick & Carrey diciptakan selain cocok untuk pembelajaran formal di
sekolah, juga untuk sistem pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses pembelajaran.
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Model ADDIE menggunakan
5 tahap pengembangan yakni Analysis
(analisa), Design (disain/perancangan),
Development (pengembangan), Implementation (implementasi/eksekusi), Evaluation (evaluasi/ umpan balik).
B.
Saran
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana dirumuskan dalam UU Nomor 2 tahun
1989 adalah “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”. Dari tujuan tersebut, sangat jelas bahwa output
yang diharapkan dari proses pendidikan di sekolah sebenarnya bukan hanya
sekedar pribadi-pribadi yang cerdas secara intelektual saja, namun juga harus
memiliki budi pekerti luhur berdasarkan keyakinan yang mendalam kepada Tuhan
yang Maha Esa. Dengan adanya desain pembelajaran, diharapkan proses belajar
mengajar dan tujuan Pendidikan Nasional tersebut tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Supriatna, Dadang dan Mulyadi, Mochamad. Konsep Dasar
Desain Pembelajaran. Bahan ajar untuk Diklat E-Training. 2009. PPPPTK TK dan
PLB. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman
Kanak Kanak dan Pendidikan Luar Biasa.
Comments
Post a Comment