Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EFFUSI PLEURA DENGAN WATER SEALED DRAINAGE


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EFFUSI PLEURA
DENGAN WATER SEALED DRAINAGE



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang sangat penting bagi manusia yang dilakukan agar tubuh terpenuhi suplai oksigen dengan cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada salah satu saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu, seperti halnya terjadi pada kasus effusi pleura. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan tersebut, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita
Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri.
Menurut Depkes RI ( 2006 ), kasus Efusi Pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainnya. Tingginya angka kejadian Efusi Pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini dan angka kematian akibat Efusi Pleura masih sering ditemukan faktor resiko terjadinya Efusi Pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentang pengetahuan kesehatan.
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di dada) yang disebabkan oleh benda tajam dan tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).
Merupakan sebuah kesatuan antara effusi pleura dan tindakan pemasangan WSD yang merupakan tindakan kolaboratif untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dari diagnosa effusi pleura tersebut. Maka berdasarkan uraian dan beberapa asumsi literatur serta latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk berusaha memberikan sebuah rangkuman dan beberapa catatan riset yang disajikan dalam bentuk makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage”, dengan harapan dapat memberikan manfaat yang lebih baik untuk pembaca, khususnya pada mahasiswa kesehatan yang menjadi bibit terwujudnya cita-cita yang lebih baik sebagaimana tertulis di atas.

B.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Tujuan Umum
Tujuan secara umum dari ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari gambaran umum dari effusi pleura sebagai salah satu dari penyakit pernafasan.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang effusi pleura yang meliputi:
a.         Konsep dasar perjalanan penyakit effusi pleura yang dimulai dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan, dan beberapa hal lain yang dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang penyakit tersebut.
b.         Konsep dasar Water Sealed Drainage yang meliputi pengertian, indikasi pemasangan, kontra indikasi, jenis-jenis WSD, dan beberapa hal lain yang terkait dengan pemasangan WSD.
c.         Konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, cara pengambilan diagnosa, serta intervensi dan implementasi yang dapat diterapkan terhadap pasien dengan effusi pleura dengan WSD.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Konsep Pustaka Effusi Pleura
1.      Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal. Efusi Pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5-15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Suzanne C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).
Efusi pleura merupakan keadaan terdapat cairan dalam jumlah berlebihan didalam rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga ini hanya berisi sedikit cairan (5 sampai 15 ml) ekstrasel yang melumasi permukaan pleura. Peningkatan produksi atau penurunan pengeluaran cairan akan mengakibatkan efusi pleura (Kowalk, 2011).

2.      Penyebab dan Jenis Effusi Pleura
Beberapa penyebab umum terjadinya effusi pleura adalah sebagaimana disebutkan di bawah ini:
a.       Hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.
b.      Gagal jantung yang menyebabkan tekanan perifer dan tekanan kapiler paru menjadi sangat tinggi, sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan kedalam rongga paru.
c.       Tekanan osmotik koloid plasma yang sangat menurun sehingga mengakibatkan transudasi cairan yang berlebihan.
d.      Infeksi atau setiap penyebab peradangan lainnya pada permukaan rongga pleura, yang merusak membran kapiler dan memungkinkan kebocoran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat seperti Tuberkulosis, pneumonitis, dan abses paru.(Guyton, 1997).
Sedangkan berdasarkan penyebab di atas, effusi pleura dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah:
a.       Menurut Penyebabnya:
1)      Bila effusi pleura berasal atau disebabkan karena implantasi sel-sel limfoma pada permukaan pleura, cairannya adalah eksudat yang berisi sel limfosit yang banyak dan sering hemoragik (mengandung darah)
2)      Bila effusi terjadi akibat obstruksi aliran getah bening, cairan dapat berupa transudat atau eksudat dan bercampur dengan limfosit.
3)      Bila effusi pleura terjadi akibat obstruksi duktus torasikus, cairannya akan berbentuk cairan kelenjar limfa (chylothorak).
4)      Bila efusi pleura terjadi karena infeksi, biasanya terjadi pada pasien dengan limfoma maligna karena menurunnya resistensi terhadap infeksi, effusi ini dapat berupa empiema akut atau kronik
5)      Menurut Cairan Yang Terbentuk:
a)      Transudat
Transudat merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura terganggu yaitu karena ketidakseimbangan tekanan hidrostatik atau ankotik. Transudasi menandakan kondisi seperti asites, perikarditis, penyakit gagal jantung kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.
Effusi pleura transudatif biasanya disebabkan karena:
-            Gagal jantung kongestif
-            Sirosis (hepatik hidrothorax)
-            Atelektasis
-            Hipoalbuminemia
-            Sindroma nefrotik
-            Peritoneal dialisis
-            Mixedema
-            Perikarditis konstriktif
b)      Eksudat
Eksudat merupakan ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas. Sebagai akibat inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya TBC, trauma dada, infeksi virus. Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif, TBC, pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, dan infeksi parasitik.

3.      Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala dari effusi pleura secara umum, diantaranya adalah:
a.         Nyeri pleuritik dada yang membuat penderita membatasi pergerakan rongga dada dengan bernafas dangkal atau tidur miring ke sisi yang sakit.
b.        Sesak nafas/ dispnea dapat ringan atau berat, tergantung pada proses pembentukan efusi, jumlah cairan efusi pleura, dan kelainan yang mendasari timbulnya efusi.
c.         Akral teraba dingin
d.        Batuk
e.         Trakhea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
f.         Interkosta menonjol pada efusi yang berat
g.        Pergerakan dada berkurang pada bagian yang terkena efusi pleura
h.        Perkusi meredup di atas efusi pleura
i.          Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
j.          Vokal fremitus meredup



4.      Patofisiologi Effusi Pleura
Peradangan pada saluran nafas bawah akan membuat tubuh untuk melakukan pertahanan diri dengan merangsang sel goblet dan akan menghasilkan sekret yang berlebihan sehingga mengakibatkan gejala yang khas yaitu batuk produktif. Peningkatan produksi sekret akan menyumbat lumen bronkiolus yang menghalangi jalan nafas, apabila sulit dikeluarkan mengakibatkan respirasi memanjang sehingga mengganggu pertukaran gas, terjadi penurunan oksigen dan peningkatan karbon dioksida yang merangsang pusat pernafasan di Medulla Oblongata, selain itu terjadi pula penurunan perfusi dan hemoglobin akan tereduksi sehingga Nampak sianosis.

Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parietalis. Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya. Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, hal ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hiperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila:
a.          Tekanan osmotik koloid menurun dalam darah pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma
b.          Terjadi peningkatan: Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma), Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung/ vena pulmonalis (kegagalan jantung kiri) dan Tekanan negatif intra pleura (atelektasis) (Alsagaf, 2010).

5.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis, penyebab, serta therapy medis perlu dilakukan sebagai penunjang dalam pelaksanaanya. Adapun pemeriksaan penunjang yang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a.        Foto rontgen dada (sinar tembus dada)
b.        USG pleura, berfungsi untk menentukan adanya cairan dalam rongga pleura.
c.        CT Scan dada.
d.       Torakosentesis (untuk mengambil cairan dan mengetahui warna cairan)
-            Kekuning-kuningan: warna normal cairan pleura
-            Agak Kemerahan atau kemerahan: terjadi pada kasus dengan trauma, infark paru, keganasan, dan adanya kebocoran aneurisma aorta.
-            Kehijauan dan agak purulen: menunjukkan adanya empiema.
-            Merah Coklat: menunjukkan adanya abses karena amuba.
Beberapa hasil dari pemeriksaan Torakosentris dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
-            Biokimia: basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan
-            putih, kadar pH, glukosa, amilase. Tabel berikut ini menunjukkan perbedaan biokimia pada effusi pleura.
-            Sitologi: sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel besar dengan banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik.
-            Bakteriologi: menentukan jenis bakteri yang menginfeksi.
-            Biopsi pleura.

6.      Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan Diet Effusi Pleura
Jenis diet yang diberikan pada kasus effusi pleura adalah TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein untuk mencegah dan mengurangi adanya kerusakan jaringan tubuh, khususnya paru-paru. Selain itu diet TKTP juga memberikan manfaat sebagai berikut:
1)      Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hemoglobin sebagai pigmen sel darah merah yang berfungsi sebagai zat pengangkut oksigen dan karbondioksida akan berikatan dengan protein, begitu pula dalam proses penggumpalan darah, protein juga dibutuhkan.
2)      Mengatur keseimbangan cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam intraseluler, intravaskuler, dan interstisial diatur oleh protein dan elektrolit, sehingga apabila terjadi kekurangan protein akan dapat mengakibatkan penurunan dan perpindahan cairan. (Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2009)

7.      Komplikasi Effusi Pleura
Pada keadaan lebih lanjut, bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka effusi pleura dapat berdampak atas beberapa komplikasi berikut ini:
-            Pneumonia
-            Penumothorax
-            Hipertensi paru
-            Hemothorax (karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
-            Emoli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)
-            Laserasi pleura viserali
Sedangkan secara khusus, effusi pleura bila dibiarkan akan memiliki dampak terhadap sistem tubuh, diantaranya adalah sebagai berikut:
-            Sistem pernafasan
Terakumulasinya cairan di rongga pleura menyebabkan penekanan paru- paru yang mengakibatkan daya pengembangan paru terganggu sehingga mengakibatkan sesak nafas.
-            Sistem kardiovaskuler
Adanya peningkatan denyut nadi dan manifestasi dari sesak nafas karena terjadi kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen.
-            Sistem gastrointestinal
Kegagalan nafas mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang, diteruskan ke hipotalamus, merangsang nervus vagus dan mengakibatkan peningkatan asam lambung, maka terjadi mual dan tidak ada nafsu makan.
-            Sistem/pola aktivitas dan istirahat
Sesak nafas pada saat istirahat dapat mengganggu atau merubah respon terhadap aktivitas atau latihan.





BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Effusi Pleura
dengan Water Sealed Drainage

A.    Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 2000).
Peran perawat dalam menangani pasien dengan Efusi Pleura Post CTT (Chest Thorax Tube) adalah ditekankan pada perawatan luka post CTT setiap hari, yang bertujuan mencegah terjadinya infeksi dengan tetap memperhatikan kepatenan CTT yang terpasang untuk mencegah terlepasnya selang CTT yang akan mengakibatkan udara masuk kedalam paru-paru melalui luka pemasangan CTT yang berdampak pada kolapsnya paru-paru sehingga terjadi henti nafas dan berujung kematian pada pasien. Serta mengobservasi jumlah dan warna cairan yang tertampung dalam botol dan dokumentasikan.
Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat dalam melakukan praktek asuhan keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana kelima komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994).
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan (Nursalam, 2001).

B.     Pengkajian
1.      Anamnesa
a.       Identitas Pasien
Terdiri dari: nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
b.      Keluhan Utama
-            Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien.
-            Biasanya, dada pasien dengan effusi pleura didaptkan keluhan berupa: sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuretik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
Menceritakan perjalanan penyakit pasien saat ini sehingga di bawa ke rumah sakit.
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
Membahas tentang riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita klien berhubungan dengan yang diderita pasien saat ini.
e.       Riwayat Penyakit Keluarga
Membahasa tentang riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: kanker paru, TBC, dll
f.       Riwayat Psikososial
Bahasan ini meliputi perasaan pasien terhadap sakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.

2.      Pemeriksaan Fisik
a.      Tanda-tanda Vital
Meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, saturasi oksigen (jika dibutuhkan)
b.      Tingkat Kesadaran
Disini perlu dikaji bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnese, mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien, sebagai bahan memperkuat memperoleh data apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
c.       ROS (review Of System)
1)      B1 (Breath)
-          Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
-          Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
-          Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
-          Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
-          Fremitus fokal
-          Perkusi dada : hipersonor
-          Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
-          Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
-          Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paruB2 (Blood)
2)      B2 (Blood)
-          Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
-          Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
-          Hipertensi / hipotensi
-          CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
-          Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah
3)      B3 (Brain)
-          Tentukan GCS pasien
-          Tentukan adanya keluhan pusing,
-          Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.
-          ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
-          Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien
4)      B4 (Bladder)
-          Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi, inkontinensia
-          Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar 500cc/hari dan berwarna kuning bening
-          Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
-          Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral.
-          Intake cairan yang normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
-          Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
5)      B5 (Bowel)
-          Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
-          Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
-          Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
-          Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
-          Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
-          Peristaltic usus tiap menitnya
-          Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
-          Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
6)      B6 (Bone)
-          Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
-          Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
-          Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
-          Keadaan turgor kulit
3.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan laboratorium
b.      Darah lengkap dan kimia darah
c.       Bakteriologis
d.      Analisis cairan pleura
e.       Pemeriksaan radiologis
f.       Biopsi

C.    Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.
2.      Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
3.      Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
4.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

D.    Intervensi, Tujuan, Kriteria Hasil dan Rasional
1.      Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.
a.       Data penunjang:
Dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernafasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis.
b.      Tujuan:
Tujuan dari tindakan keperawatan pada diagnosa ini adalah pola nafas kembali efektif.
c.       Kriteria hasil:
-          Pola nafas efektif atau normal (frekuensi dan keteraturan)
-          Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
d.      Intervensi dan rasional:

Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya peninggian kepala tempat tidur (head up) Bila selang dipasang:
-          Periksa pengontrol penghisapan, batas cairan.
-          Observasi gelembung udara botol penampung
Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
Awasi pasang surutnya air penampung dan water seal Catat karakter dan jumlah drainase selang dada
Berikan oksigen melalui kanul/masker, latih nafas dalam dan batuk efektif
Perawatan:
Observasi pola nafas dan komplikasi
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.
-          Mempertahankan tekanan negative intrapleural sesuai dengan yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi pasru optimum dan atau drainase cairan.
-          Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari pneumothoraks. Naik turunnya gelembung udara menunjukkan ekspansi paru
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat system
Flutuasi (pasang surut) menunjukkan perbedaan tekanan inspirasi dan ekspirasi
Berguna dalam mengevaluasi perbaikan kondisi atau terjadinya komplikasi atau perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.
Alat dalam menurunkan kerja naas, meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis berhubungan dengan hipoksia
Agar psien tercukupi oksigenasinya dan pola nafasnya efektif, serta untuk mencegah terjadinya komplikasi yangbisa memperparah kondisi klien.



2.      Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
a.       Data penunjang:
Respirasi dan nadi meningkat, raut wajah pasien nampak kesakitan, pasien merasa tidak nyaman.
b.      Tujuan:
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah kenyamanan pasien dapat terpenuhi.
c.       Kriteria hasil:
-          Nyeri berkurang bahkan hilang
-          Respirasi dan nadi kembali normal yaitu antara 16 – 20 x/menit dan
60 – 100 x/menit
d.      Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Berikan dan ajari teknik distraksi (menonton TV, mengobrol dengan keluarga, posisi yang nyaman) dan relaksasi (nafas dalam)
Jika nyeri tidak berkurang, kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat analgesik. Observasi skala nyeri setelah intervensi yang telah dilakukan
Mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa nyeri dan memberikan kenyamanan sehingga nyeri pasien dapat berkurang.
Mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien
Sebagai evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dan untuk merencenakan intervensi selanjutnya.
3.      Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
a.       Data penunjang:
Adanya inflamasi di daerah yang telah terpasang WSD, suhu tubuh meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD.
b.      Tujuan:
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah mencegah dan menangani agar tidak terjadi infeksi pada pasien.
c.       Kriteria hasil:
-          Tidak terjadi inflamasi pada daerah yang terpasang WSD
-          Tidak timbul rasa nyeri
-          Suhu tubuh normal (36,5oC – 75,5oC)
d.      Intervensi dan rasional:
Rawat daerah yang terpasang
WSD secara teratur
Ajarkan kepada keluarga untuk merawat daerah WSD dan instruksikan untuk merawatnya secara teratur
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke pusat kesehatan
Kolaborasikan untuk member antibiotik jika diperlukan
Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan
Untuk menjaga kebersihan daerah yang terpasang WSD sehingga dapat meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap pasien yang dapat memicu terjadinya infeksi
Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap pasien yang dapat memicu terjadinya infeksi
Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin sehingga dapa segera dilakukan tindakan agar infeksi tidak semakin parah
Mengendalikan factor pemicu infeksi
Meminimalkan pemicu infeksi
4.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
a.       Data penunjang:
Pasien sering bertanya, ketidak akuratan mengikuti instruksi, pasien tampak gelisah.
b.      Tujuan:
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah kebutuhan akan pengetahuan pasien dapat terpenuhi.
c.       Kriteria hasil:
-          Pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau proses penyakit dan rencana pengobatan.
-          Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan.
d.      Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang terdekat dalam proses belajar, misalnya: diskusi, partisipasi kelompok
Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai indikasi. Masukkan daftar artikel dan buku yang berhubungan dengan kebutuhan pasien/ keluarga dan dorong membaca dan memdiskusikan apa yang mereka pelajari
Informasikan kepada pasien tentang efek-efek pemasangan WSD
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan penyakit dan proses pengobatannya
Belajar ditingkatkan bila individu secara aktif berperan
Membantu pasien dan orang terdekat membuat pilihan berdasarkan informasi tentang masa depan.
Mengurangi ras cemas pasien akibat terpasangnya alat di tubuhnya
Mengetahui keefektifan intervensi yang telah dilakukan





BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapat cairan dalam jumlah yang berlebihan didalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi (penyerapan ) cairan pleura.
Water Sealed Drainage merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan WSD terdiri dari pengkajian, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan sebagaimana standart ilmu keperawatan.

B.     Saran
1.      Pembaca
Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dari makalah ini tidak menganggap bahwa makalah ini dapat digunakan sebagai literatur baru untuk penyelesaian tugas-tugas perkuliahan maupun literatur penelitian, makalahini hanya berisi tentang rangkuman dan sebaiknya jika akan menggunakan literatur, pembaca dapat mengambil dari beberapa literatur yang tertulis dalam daftar pustaka.
2.      Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan merupakan sarana utama untuk memperoleh pendidikan sebagai mana mestinya, karenanya apabila dalam makalah ini adalah kekurangan, diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan masukan dan saran untuk penulis dengan memberikan revisi gambaran umum dalam makalah ini.

3.      Bidang Keperawatan
Dalam bidang keperawatan, beberapa tindakan invasive dan kolaborative merupakan sebuah standart yang harus menjadi tolak ukur untuk mencegah sebuah kesalah dalam tindakan, maka dengan makalah ini harapan





DAFTAR PUSTAKA


Alsagaf, H. 2010. Patofisiologi dan Konsep Penyakit. Jakarta: Salemba Medika.
Bagian Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ahli Gizi Indonesia. 2002. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2.Jakarta: EGC.
Doengoes, M, E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C & Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Keliat, Budiana. 1994. Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Khaerudin. 2012. Anatomi Paru-paru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kowalk, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika.
Price. A, Sylvia, M. Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat. 2005. Ilmu Penyakit Dalam Untuk Perawat. FKUI: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Brunner dan Suddarth.Jakarta: EGC

Suryono, S. Dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)