Asuhan keperawatan gerontik
dengan gangguan SISTEM PENCERNAAN
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu
bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah
dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak
usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Tahap
dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah
itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang adadidalam
tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan.
Itulah yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah
suatu proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring
dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau
yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.
Mekanisme
dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus, hiperperistaltik
akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat).
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana definisi
lansia?
2.
Penyakit apa saja
yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia?
3.
Bagaimana konsep
asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengehui
definisi lansia
2.
Untuk mengehui
Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia
3.
Untuk mengehui konsep
asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori Proses Penuaan
1.
Pengertian
Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas
atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia
lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi
pada orang yang berlanjut usia. Keperawatan
gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan ilmu
dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun
sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan komunitas/masyarakat. Menurut
undang-undang no.13/th 1998 bab i pasal 1 ayat 2 seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas.
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan
fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau
proses terjadinya tua adalah suatu proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami
berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.
2.
Teori-teori proses penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan,
yaitu biologi, teori psikologi teori social, dan teori spiritual.
a. Teori biologis ; Teori biologis mencangkup teori genetic
dan mutasi, immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori
rantai silang.
Ø
Teori genetic dan mutasi
; Menurut genetic teori dan mutasi, menua menua terprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul- molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi,
sebagai contoh yang has adalah mutasi ari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsi sel). Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin disel
otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada lansia.yang mengaibatkan terganggunya
fungsi sel it sendiri. Ada teori biologi dikenal istilah pemakaian dan peusakan
(wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan
sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian) pada teori ini juga didapatkan terjdinya
peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia tidak ada perlindungan terhadap radiasi,
penyakit dan kekurangan gizi.
Ø
Immunology slow theory
; Menurut immunology slow story, sitem imun menjadi efektif dengan bertambahnnya
usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat mnyebabkan keruskan organ tubuh.
Ø
Teori stress ; Teori stress
mengungkapkan penua terjadi akiabat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaingan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal kelebihan
usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
Ø
Teori radikal bebas ;
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan
protein radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
Ø
Teori rantai silang ;
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Iktan ini menyebabkan
kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
b. Teori psikologi ; Pada usia lanjut proses penuaan terjadi
secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi
dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik
konsep diri dari seorang lansia konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang
lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan
status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan
kognitif memori dan belajar pada usia lanjut memnyebabkan mereka sulit untuk diphami
dan berinteraksi persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada ligkungan dengan
adanya punurunan fungsi system sensori, maka akan terjadi pula penurunan kemapuan
untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul
aksi / reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Kemapuan kognitif dapat dikaitkan
dengan penurunan fisiologis organ otak namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat
dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi seperti simpanan informasi usia lanjut,
kemampuan member alasan secara abstrak dan melakukan penghitungan. Memori adalah
kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian / peristiwa baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
Memori terdiri atas tiga
komponen sebagai berikut :
·
Ingatan yang paling singkat
dan segera. Contohnya pengualangan angka
·
Ingatan jangka pendek
contohnya peristiwa beberapa menit hingga beberapa hari yang lalu.
·
Ingatan jangka panjang
Kemampuan belajar yang
mnurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya
motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap
bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.
c.
Teori social ; Ada beberapa
teori social yang bekaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi social (social
exchange teori ), teori penarikan diri (disengagement teori), teori aktivitas (aktivi
teori), teori kesinambungan (continuity), teori perkembangan (defelopmen teori),
dan teori stratifikasi usia (agestratifikation).
Ø Teori interaksi social ; teori ini mencoba menjelaskan
mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang
dihargai masyarakat.
Mauss (1954) Homanes (1961), blau (1964) mengemukakan bahwa
interaksi social terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan
pakar lain simonnes (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin
interaksi social merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar
kemapuannya untuk melakukan tukar menukar. Menurut dowd (1980). Interaksi antara
pribadi dan kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan
menekan kerugian hingga sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang
atau kelompok mendapatkan kekuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau
kelompok lainnya. Pada lansia, kekuasaan dan prsetisenya berkurang, sehingga menyebabkan
interaksi social mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan
mereka untuk mengikuti perintah.
Pokok-pokok
teori interaksi social adalah sebagai berikut :
·
Masyrakat terdiri atas
actor actor social yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing
·
Dalam upaya tersebut terjadi
interaksi social yang memerlukan biaya dan waktu.
·
Untuk mencapai tujuan
yang hendak dicapai, seorang actor harus mengeluarkan biaya.
·
Actor senang tiasa berusaha
mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.
·
Hanya interaksi yang ekonomis
saja yang dipertahankan olehnya.
Ø Teori penarikan diri ; Teori ini merupakan teori social
tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperknalkan oleh gumming dan
henry (1961) kemiskinan yang diderita lansia dan meurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaula disekitarnya Selain
hal tersebut masyrakat juga perlu memperisapkan kondisi agar para lansia tidak menarik
diri. Proses penuan mengakibatkan interaksi lansia mulai menurun baik secara kualitas
maupun kuantitas.
Pada
lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu
·
Kehilangan peran (loss
of roles)
·
Hambatan kontak social
(restriction of contac and realitionsip)
·
Berkurangnya komitmen
(reduced comitmen to social moral ress and falues)
Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses
penuaan yang berhasil apabila ia menariik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematiannya pokok-pokok teori menarik diri sebagai berikut:
·
Pada pria kehilangan peran
hidup terutama terjadi pada maa pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa
ketika peran dalam kluarga berkurang misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan
rumah untuk belajar dan menikah.
·
Lansia dan masyrakat mampu
mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasa bahwa tekanan social
berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.
·
Tiga aspek utama dalam
teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi sepanjang hidup. Proses ini tidak
dapat dihindari serta hal ini harus diterima oleh lansia dan masyarakat.
Ø Teori aktivitas ; Teori aktivitas dikembangkan oleh palmore
(1965) dan lemon et all (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta
mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas
yang dilakukan. Dai satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi dilain
sisi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau
nenek, ketua RT, seorang Duda atau Janda, serta karena ditinggal wafat pasangan
hidupnya. Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan
suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan prilaku mereka
semasa muda pokok-pokok teori aktivitas :
·
Moral dan kepuasan berkaitan
dengan interaksi soasial dan keterlibatkan sepenuhnya dari lansia dimasyarakat
·
Kehilngan peran akan mengahilangkan
kepuasan seorang lansia.
Penerapan
teori aktivitas ini sangat positif dalam penyusunan kebijakan terhadap lansia, karena
memungkinnkan para lansia untuk berineraksi sepenuhnya dimasyrakat.
Ø Teori Kesinambungan ; Teori ini dianut oleh banyak pakar
social, teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam sklus kehidupan lansia.
Penglaman hidup seseorang pda saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia mnjadi
lansia hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, prilaku, dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah meskipun dia menjadi lansia.
Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas proses
penuaan merupakan suatu pergerakan dan proses yang searah akan tetapi pada teori
kesinamnungan merupakan pergerakan dan dan proses banyak arah, bergantung dari bagaimana
penerimaan seseorang terhadap suatu kehidupannya. Kesulitan untuk mnereapkan teori
ini adalah bahwa sulit untuk memperoleh gambaran umum tentang sesorang, Karena kasus
tiap orang sangat berbeda.
Pokok-pokok teori kesinambungan adalah
sebgai berikut :
·
Lansia tak disarankan
untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan
pada pengalamannya dimasa lalu, lansia harus peran apa yang harus dipertahankan
atau dihilangkan.
·
Peran lansia yang hilang
tak perlu diganti.
·
Lansia berkesempatan untuk
memilih bebagai macam cara untuk beradaptasi.
Ø
Teori perkembangan ; Teori
ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat
muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori freud, buhler, jung dan
Erickson Sigmund Freud meniliti tentang psikoanalisa serta perubahan psikososial
anak dan balita. Erickson (1930), membagi kehidupan menjadi delapan fase, yaitu
:
·
Lansia yang menerima apa
adanya
·
Lansia yang takut mati
·
Lansia yang merasakan
hidup penuh arti
·
Lansia yang menyesali
diri
·
Lansia yang bertanggung
jawab dengan merasakan kesetiaan
·
Lansia yang kehidupannya
berhasil
·
Lansia yang merasa lambat
untuk memperbaiki diri
·
Lansia yang perlu menemukan
integritas diri melawan keputusann (ego integrity vs despair)
Havirhurst dan duvali mengurangi tujuh jenis tugas perkembangan
(developmental tasks)selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu :
·
Penyesuaaian terhadap
penurunan kemampuan fisik dan psikis
·
Penyesuaian terhadap pensiun
dan penurunan pendapata
·
Menemukan makna hidup
·
Memperahankan pengaturan
hidup yang memuaskan
·
Menemukan kepuasan dalam
hidup berkeluarga
·
Penyesuaian diri terhadap
kenyataan akan meninggal dunia
·
Menerima dirinya sebagai
lansia
Joan Birchenall, R.N., Med dan Mary E. Streight R.N. (1973),
menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna memahami perubahan emosi
dan social seseorang selama fase kehidupannya. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap
berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi,
teori ini tidak manggariskan bagaiman cara menjadi tua yang diinginkan atau yang
seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
Pokok-pokok dalam teori
perkembangan adalah sebagai berikut :
·
Masa tua merupakan saat
lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya
·
Masa tua merupakan masa
penyesuaian diri terhadap kenyataan social yang baru, yaitu pensiun dan / atau menduda/menjanda
·
Lansia harus menyesuaikan
diri sebagai akibat perannya yang berakhir didalam keluarga, kehilangan identitas
dan hubungan social akibat pensiun, serta tinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
Ø
Teori stratifikasi usia
; Wiley (1971) menyususn stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan
serta membentuk adanya perubahan kapasitas peran, kewajiban,dan hak mereka berdasarkan
usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan
prosesnya :
·
Struktur mencangkup hal-hal
sebagai berikut : bagaimanakah peran dan harapan menurut golongan usia ; bagaimana
penilaian strata oleh strata itu sendiri dan strata lainnya; bagaimanakah terjadinya
penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata, yang didasarkan
pada pengalaman dan kebijakan lansia.
·
Proses mencakup hal-hal
sebagai berikut : bagaimana menyesuaikan kedudukan sseorang dengan peran yang bagaimanakah
cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus-menerus
Pokok-pokok dari teori
stratifikasi usia adalah sebagai berikut:
·
Arti usia dan posisi kelompok
usia bagi masyarakat
·
Terdapatnya transisi yang
dialami oleh kelompok
·
Terdapatnya mekanisme
pengalokasian peran diantara penduduk
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah pendekatan yang
dilakukan bersifat determnistik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia
secara kelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang
demografi dan ketekaitannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah teori
ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa
stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas
dan kelompok etnik
d. Teori spiritual ; Komponen spiritual dan tumbuh kembang
merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individutentang
arti kehidupan.
James Fowler mengungkapkan tujuh tahapan perkembangan kepercayaan
(wong, et,.al, 1999). Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan/demensia spiritual
adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang. Fowler menggunakan
istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan
kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbale balik , yaitu
suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan keyakinan,
cinta kasih, dan harapan. Fowler meyakinkan bahwa perkembangan kepercayaan antara
orang dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan.
Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap
penjelaskan pada prinsipp cinta dan keadilan.
B. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
1. Perubahan Fisik
a.
Sel
Ø
Lebih sedikit jumlahnya
Ø
Lebih besar ukurannya
Ø
Berkurangnya jumlah cairan
tubuh dan cairan intraseluler
b.
Sistem persyarafan
Ø
Hubungan persyarafan menurun
Ø
Lambat dalam merespon
dan beraksi khususnya dengan stress
Ø
Mengecilnya syaraf panca
indra
c.
Sistem pendengaran
Ø
Hilangnya kemampuan pendengaran
pada telinga, terutama bunyi atau suara-suara yang tinggi, suara yang tidak jelas
dan sulit mengerti kata-kata.
Ø
Membrane timpani menjadi
atropi menyebabkan otosklerosis
Ø
Terjadinya pengumpulan
serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d.
Sistem penglihatan
Ø
Spingter pupil timbul
skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
Ø
Kornea lebih berbentuk
sferis (bola).
Ø
Lensa lebih suram (kekeruhan
pada lensa)
Ø
Daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
Ø
Hilangnya daya akomodasi
Ø
Menurunnya lapang pandang.
Ø
Menurunnya daya membedakan
warna biru atau hijau pada skala.
e.
System kardiovaskuler
Ø
Katup jantung menebal
dan menjadi kaku
Ø
Kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun.
Ø
Kehilangan elastisitas
pembuluh darah : kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur ke duduk bias menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmhg---mengakibatkan pusing mendadak.
Ø
Tekanan darah meninggi
diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh darah perifer.
f.
System respirasi
Ø
Otot-otot pernapasan kehilangan
kekuatan dan menjadi kaku
Ø
Menurunnya aktifitas dari
silia.
Ø
Paru-paru kehilngan elastisitas,
kapasitas residu meningkat, napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun
dan kedalaman bernapas menurun
Ø
Alveoli ukurannya melebar
dari biasa dan jumlahnya berkurang
Ø
O2 pada arteri menjadi
75 mmhg
Ø
Co2 pada arteri tidak
berganti
Ø
Kemampuan untuk batuk
berkurang
g.
System gastrointestinal
Ø
Kehilangan gigi, penyebab
utama adanya periodontal disesase yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun
Ø
Indera pengecap menurun.
Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi indera pengecap (±80%), hilangnya
sensitivitas saari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, rasa asin, rasa
asam, dan rasa pahit.
Ø
Esophagus melbar
Ø
Lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas
lapar menurun), asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun.
Ø
Peristaltic melemah dan
biasanya timbul konstipasi.
Ø
Fungsi absorpsi melemah.
Ø
Hati/lever. Makin mengecil
dan menurunnya tempat penyimpanan berkurangnya aliran darah.
h.
System genitor urinaria
Ø
Ginjal : mengecil dan
nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulus
menurun sampai 50%.
Ø
Vesika urinary : otot
menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi berkemih
meningkat. Vesika urinary susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga menyebabkan
retensi urin.
Ø
Pembesaran prostate 75%
dialami oleh pria usia 65 tahun
Ø
Atropi vulva
Ø
Vagina, selaput lender
menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi
menjadi kurang.
Ø
Daya seksual : orang-orang
yang makin menua masih juga membutuhkannya. Tidak ada batasan umur tertentu dimana
fungsi seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
i.
System endokrin
Ø
Produksi dari hampir semua
hormone menurun
Ø
Fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah
Ø
Menurnnya aktifitas tiroid
Ø
Menurunnya produksi aldosteron
Ø
Menurunnya sekresi hormone
kelamin.
j.
System integument
Ø
Kulit mengkerut akibat
kehilangan jaringan lemak
Ø
Kulit kpala dan rambut
menipis berwarna kelabu
Ø
Rambut dalam hidung dan
telinga menebal
Ø
Berkurangnya elastisitas
akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi kuku jari menjadi keras dan rapuh
Ø
Kuku kaki tumbuh secara
berlebihan dan seperti tanduk
Ø
Kelenjar keringat berkurang
jumlahnya dan fungsinya.
k.
System muskuloskletal
Ø
Tulang kehilngan density(cairan)
dan makin rapuh
Ø
Kifosis
Ø
Pinggang, lutu dan jari-jari
pergelangan terbats
Ø
Discus invertebralis menipis
dan menjadi pendek
Ø
Persendian membesar dan
menjadi kaku
Ø
Tendon mengkerut dan mengalami
sceloris
Ø
Atrofi serabut otot sehingga
seseorang bergerak menjadi lamban, otot kram dan menjadi tremor
2.
Perubahan Mental
Perubahan-Perubahan Mental. Factor-faktor
yang mempengaruhi perubahan mental
a. Perubahan fisik, khusunya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Yang mengalami perubahan : Ingatan jangka pendek cenderung berkurang,Tidak ada perubahan
pada kemampuan matematika dan verbalisasi, Sensitivitas emosi meningkat.
3.
Perubahan-Perubahan Psikososial
a. memasuki masa pension
b. merasakan sadar akan kematian
c. perubahan dalam cara hidup
d. meningktanya biaya-biaya hidup pada penghasilan sulit akibat
pemberhentian dari jabatan, bertambahnya biaya pengobatan
e. penyakit kronis dan ketidakmampuan
f. kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social
g. rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilngan hubungan dengan
teman-teman dan family
h. hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. Perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
4.
Perubahan pada spiritual
a. Lebih mendalami agama
b. Makin dewasa dalam berfikir dan bertindak
5.
Perubahan pada system
Gastrointestinal
Banyak masalah GI yang dihadapi oleh lansia berkaitan gaya
hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara
lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berikut
ini merupakan yang terjadi pada system GI akibat proses menua :
a.
Rongga mulut.
Berikut
ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses menua:
Ø
Hilangnya tulang periosteum
dan periduntal, pengurangan dentin, dan retaksi dari struktur gusi. Implikasi dari
hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu
yang lepas.
Ø
Hilangnya kuncup rasa.
Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih merah dan berkilat. Bibir
dan gusi tampak tipis karena penyusutan epithelium dan mengandung keratin.
Ø
Air liur/saliva disekresikan
sebagai respon terhadap makanan yang telah dikunyah. Saliva memfalisitasi pencernaan
melalui mekanisme sebagai berikut : penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari
jaringan lunak, remineralisasi pada gigi. Pada lansia saliva telah mengalai penuruan.
b.
Esophagus, Lambung, dan
Usus.
Berikut
ini merupakan perubahan yang terjadi pada esophagus, lambung dan usus akibat proses
menua :
Ø
Diatasi esophagus, kehilangan
tonus sfingterjantung, dan peurunan refleks muntah. Implikasi dari hal ini adalah
peningkatan aspirasi.
Ø
Atrofi penurunan sekresi
asam hidroklorik mukosa lamung sebesar 11% sampai 40 % dari populasi. Implikasi
dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan
vitamin B12, bakteri usus halus akan bertambah secara berlebihan dan menyebabkan
kurangnya penyerapan lemak.
Ø
Penurunan motilitas lambung.
Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi obat-obatan, zat besi, kalsium,vitamin
B12, dan konstipasi sering terjadi.
c.
Saluran empedu, Hati,
Kandung Empedu, dan pancreas
Pada
hepar mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 80 tahun.
Berikut ini merupaka perubahan yang terjadi pada saluran empedu,hati, dan pancreas
akibat proses menua :
Ø
Pengecilan ukuran hai
dan pancreas. Implkasi dari hal ni adalah terjadi penurunan kapasitas dalam menimpan
dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan.
Ø
Perubahan proporsi lemak
empedu tanpa diikuti perubahan metabolisme asam empedu yang signifikan. Implikasi
dari hal ini adalah peningkatan sekresi kolesterol.
C.
Penyakit Pada Alat Pencernaan Dan Pengobatannya
1.
Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan
gejala mengalami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan
kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon,
akibat samping obat-obatan (Aluminium hidroksida (dalam antasid yang dijual bebas), Garam bismuth,
Garam besi, Antikolinergik, Obat darah tinggi (anti-hipertensi), Golongan narkotik, Beberapa obat penenang dan obat tidur), dan juga karena kelainan
anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga
feses mengeras dan sulit dikeluarkan.
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara
alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola
makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut, minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau
membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air
besar yang disebut bowel training.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita
obstipasi, yaitu dengan mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif
(yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan,
tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan tinja
atau feses dengan alat khusus, terapi serat,
dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan). Agar penderita konstipasi
dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:
a. Menahan buang air besar
b. Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat
panas
c. Makan dalam porsi yang banyak
d. Meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan
2. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan
pada mukosa usus sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap
secara sempurna. Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan
bakteri atau salah makan. Pengobatannya Untuk cara
mengobati Diare adalah dengan Perawatan yang terpenting untuk mengobati diare adalah
memastikan kecukupan asupan cairan dan garam (elektrolit). Untuk gejala ringan sampai
sedang, Anda bisa menggunakan obat-obatan ringan yang dapat mengurangi diare bahkan
dapat menjadi Cara Mengobati Diare. Pada kasus yang parah dan pada anak-anak, wanita hamil,
dan orang tua (lansia) yang bisa berbahaya bila kehilangan banyak cairan, pemberian
infus mungkin diperlukan. Bila penyebabnya adalah keracunan makanan, dokter mungkin
perlu memberikan obat-obatan untuk membunuh patogen yang berada di usus dan mencegah
kerusakan mukosa lebih lanjut. Obat antispasmodik dapat membantu mengurangi nyeri
kolik abdomen dan salah satu Cara
Mengobati Diare.
Penggolongan Obat Diare:
a.
Kemoterapeutika
untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika,
sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1) Racecordil.Anti diare yang ideal harus
bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi,
tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting,
tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis
pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
2) Loperamide. Loperamide merupakan golongan
opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi
otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor
tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian
perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
3) Nifuroxazide. Nifuroxazide adalah senyawa
nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae,
Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal
pada saluran pencernaan. Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang
disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik,
baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
4) Dioctahedral smectite.Dioctahedral smectite
(DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah
terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta
rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang
diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti
yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare
akut.
b.
Obstipansia
untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentika diare dengan
beberapa cara:
1)
Zat penekan
peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit
oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik
(atropine, ekstrak belladonna)
2)
Adstringensia
yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin,
garam-garam bismuth dan alumunium.
3)
Adsorbensia,
misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat
beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari
makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang
menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti
kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan
garam-garam bismuth serta alumunium.
c. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat
melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare
antara lain papaverin dan oksifenonium.
3. Wasir atau hemoroid.
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik
(vena) di dalam anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes
setelah buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus.
Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan
yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB,
karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.
Untuk Mengatasi, Mengobati & Menyembuhkan Wasir / Ambeyen
/ Hemoroid. Untuk menghilangkan wasir secara total sebaiknya anda menjalankan beberapa
tips menyembuhkan wasir serta melakukan konsultasi dengan dokter.
a. Jalankan pola hidup sehat
b. Olah raga secara teratur
c. Makan makanan berserat
d. Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet
e. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll
f. Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar
g. Minum air yang cukup
h. Jangan menahan kencing dan berak
i.
Jangan suka menggosok
dan menggaruk dubur berlebihan
j.
Jangan mengejan / mengeden
/ ngeden berlebihan
k. Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa
l.
Duduk berendam pada air
yang hangat
m. Minum obat sesuai anjuran dokter
Langkah pertama dalam mengobati hemoroid adalah dengan
meminimalisasi kemungkinan penyebab dari hemoroid tersebut. Bila disebabkan oleh
faktor makanan maka dianjurkan untuk mulai mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti buah buahan,
sayur sayuran, padi padian dan sereal. Konsumsi obat pelunak kotoran dan minum yang
banyak juga direkomendasikan. Bila dengan pengaturan diet gagal, maka dilanjutkan
dengan menggunakan obat obatan antihemoroid. Ada beberapa sediaan obat diantaranya,
salep, krim dan tablet anus.
Untuk
mendapatkan obat ini lebih baik anda berkonsultasi dengan dokter kesayangan anda
sebab ada beberapa obat yang harus didapatkan dengan resep dokter. Pilihan terakhir
pengobatan hemoroid adalah dengan operasi. Operasi biasanya dilakukan pada hemoroid
yang parah dan sulit diatasi dengan obat obatan. Namun biasanya, walau telah dilakukan
operasi, pasien tetap dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
serat.
Bisa
juga untuk mengatasi ambeien, minum klorofil dan spirulina.
cara kerja klorofil: klorofil mengatasi ambeien dengan cara memperlebar pembuluh
darah sehingga aliran darah menjadi lancar, membersihkan pembuluh darah, meredakan
bengkak, mengatasi luka serta memperlancar BAB/mengatasi sembelit sebagai salah
satu penyebab ambeien. Biasanya, wasir tidak membutuhkan
pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala. Obat pelunak tinja atau psilium bisa
mengurangi konstipasi dan peregangan yang menyertainya. Suntikan skleroterapi diberikan
kepada penderita wasir yang mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, pembuluh
vena digantikan oleh jaringan parut. Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap
suntikan skleroterapi, diikat dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet,
meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit. Pengobatan ini dilakukan
dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin diperlukan 3-6 kali pengobatan.
Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar
infra merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi).
Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal. Bila wasir dengan bekuan
darah menyebabkan nyeri, maka bisa diobati dengan cara duduk berendam dalam air
hangat, mengoleskan salep obat bius local, pengompresan dengan kemiri.
4. Kanker usus
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab
kematian di seluruh dunia. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan binatang sebagai
percobaan, kandungan kalsium yang banyak terdapat pada susu mampu melindungi usus
dari serangan kanker. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium
yang dikonsumsi sangat positif dakam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu
ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi
15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium
bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil
olahan dari susu. Pengobatan Kanker Usus.
Empat jenis utama pengobatan untuk kanker
kolorektal adalah Pembedahan, Radioterapi, Kemoterapi, Target terapi Pembedahan
biasanya merupakan pengobatan utama untuk kanker usus stadium awal.
Suatu Polipectomi adalah suatu metode
yang biasa digunakan oleh dokter (ahli endoskopi) untuk mengangkat polip usus yang
dianggap berbahaya (mengarah ke pra-kanker) pada saat dilakukannya kolonoskopi.
Bila sudah menjadi kanker, maka perlu dilakukan tindakan operasi yang disebut kolektomi
atau reseksi segmental. Biasanya dokter akan mengangkat bagian usus yang terkena
kanker (termasuk node getah bening didekatnya), dan kemudian menyambungkan kembali
bagian usus yang tersisa.
5. Kanker Lambung
Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala
atau masalah medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau berkembang
menjadi kanker. Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma. Kanker lambung
lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker otot
polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering
terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25 % kanker tertentu terjadi pada orang di
bawah usia 50 tahun. Di Cina, Jepang, Cili
dan Iceland, kanker lambung sering sekali ditemukan. Di AS, lebih sering terjadi
pada orang miskin, orang kulit hitam dan orang yang tinggal di utara. Dan merupakan
penyebab kematian no 7, yang terjadi pada sekitar 8 dari setiap 100.000 orang. Faktor
makanan tertentu diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker lambung. Faktor-faktor
ini meliputi asupan garam yang tinggi, asupan karbohidrat yang tinggi, asupan bahan
pengawet (nitrat) yang tinggi, dan asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.
Tetapi tidak satupun dari faktor-faktor tersebut yang telah
terbukti menyebabkan kanker. Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa menyebar
(metastasis) ke tempat yang jauh. Penyebaran tumor bisa menyebabkan pembesaran hati,
sakit kuning (jaundice), pengumpulan cairan di perut (asites) dan nodul kulit yang
bersifat ganas. Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan pengeroposan tulang, sehingga
terjadi patah tulang. Pengobatannya, Teknologi Baru Pengobatan Kanker Lambung. Cryosurgery adalah aplikasi yang dirancang teknologi
antariksa AS. Dengan menembus kulit metode minimal invasif ini membuat sel tumor
beku sampai -160 derajat celsius hanya dengan beberapa detik sampai puluhan detik.
Lalu dipanaskan sampai 40 derajat celcius secara efektif
dapat membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi sel yang normal. terapi radio partikel
adalah penanaman radio partikel 125I ke dalam sel kanker, mengeluarkan sinar gamma
secara berkelanjutan dan jarak yang pendek
untuk membunuh sel tumor, memiliki efek radioterapi terhadap tumor.
Metode dengan memasukkan jarum kepusat tumor ini juga berlaku
untuk Teknologi Radio frekuensi dengan memindahkan sumber panas arus frekuensi tinggi,
menggunakan jarum elektroda inti untuk menghasilkan kecepatan getaran tinggi dan gesekan ion untuk menghasilkan panas sehingga
menyebabkan sel kanker “terbakar mati.” Lokal kemotrapi menggunakan jarum inti mengendalikan
kanker dengan embolisasi sehingga kanker tidak mendapatkan asupan nutrisi sehingga
secara perlahan membunuh sel kanker. Teknologi Imunisasi biologi dilakukan dengan
memasukkan kembali sel aktif dari badan pasien sendiri, tumor atau organisme yang
tidak baik akan dikendalikan dengan mendapatkan respon imun dari tindakan ini.
6. Kanker Anus
Faktor risiko untuk kanker anus adalah penyakit tertentu
yang ditularkan secara seksual.
a. Berdarah dengan buang air besar, rasa sakit, dan kadang-kadang
gatal seputar dubur adalah gejala khas.
b. Pemeriksaan manual dan biopsi dilakukan untuk mencek diagnosa.
c. Pengobatan mungkin diperlukan baik pembedahan saja atau
kombinasi terapi radiasi dan kemoterapi atau terapi radiasi dan pembedahan. Kanker anus timbul pada sel kulit dengan segera
di seputar dubur atau di garis sepanjang daerah peralihan antara dubur dan rektum
(kanal anal).Tidak seperti di dubur dan usus besar, pada kanker yang mana selalu
adenocarcinoma, kanker anal terutama merupakan carcinoma sel squamous.
Kanker anal terjadi sekitar di atas 4.000 orang di Amerika
Serikat setiap tahun. Kanker anal hampir dua
kali sering terjadi pada wanita. Penyebab kanker anal tak jelas, tetapi orang yang
melakukan hubungan seks secara anal meningkatkan risiko, seperti orang yang mempunyai
infeksi yang ditularkan secara seksual, khususnya human papillomavirus (HPV tipe
16) dan lymphogranuloma venereum.Pengobatan Kanker Anal :cAda tiga metode
utama pengobatan kanker Anal: terapi radiasi, kemoterapi dan pembedahan.
Terapi Radiasi. Terapi radiasi menggunakan
energy radiasi tingkat tinggi jenis tertentu untuk mengecilkan tumor atau menghilangkan
sel-sel kanker. Terapi radiasi bekerja dengan cara merusak DNA sel kanker dan membuat
sel kanker tidak dapat berkembang biak. Meskipun terapi radiasi dapat merusak sel-sel
sehat di dekatnya, sel-sel kanker sangat sensitif terhadap radiasi dan biasanya
mati ketika diobati. Sel-sel sehat yang rusak selama radiasi akan pulih kembali.
Dua jenis utama terapi radiasi adalah radiasi eksternal dan internal, atau disebut
juga “brachytherapy.” Radiasi eksternal jauh lebih umum daripada radiasi internal
dalam mengobati kanker dubur.
Kemoterapi. Kemoterapi dapat dilakukan
untuk terapi kanker dubur dan terkadang dibutuhkan kombinasi dengan terapi radiasi.
Obat Kemoterapi bekerja dengan menghmbuhan sel-sel kanker yang pembelahannya sangat
cepat, namun ada beberpa sel normal yang juga memiliki sifat membelah sangat cepat
juga seperti sel-sel folikel rambut dan tentu saja kemoterapi juga mempengaruhi
sel-sel ini. Oleh karena itulah pada orang yang menjalani kemoterapi akan mengalami
kerontokan rambut. Namun kerontokan ini akan segera pulih manakala kemoterapi sudah
selesai.
Bedah. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat
tumor, metode ini merupakan yang paling umum untuk mengobati kanker dubur namun
pada beberapa orang metode ini masih menjadi pertimbangan. Operasi juga dapat dikombinasi
dengan terapi radiasi dan atau kemoterapi. Hal ini dilakukan agar pengobatan memberikan
hasil yang lebih optimal.
7. Irritable Bowel Syndrome
Irritable Bowel Syndrome adalah suatu kelainan pergerakan
keseluruhan saluran pencernaan, yang menyebabkan nyeri perut, sembelit (konstipasi)
atau diare. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada kelainan ini,
saluran pencernaan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Stres, makanan, obat-obatan,
hormon atau rangsangan lainnya bisa menyebabkan kontraksi saluran pencernaan menjadi
abnormal. Kontraksi saluran pencernaan menjadi lebih kuat dan lebih sering, sehingga
makanan dan tinja hanya sesaat singgah di usus kecil sehingga seringkali menyebabkan
diare. Kram perut terjadi akibat dari kontraksi yang kuat dari usus besar dan meningkatkan
kepekaan (sensitivitas) reseptor nyeri di usus besar. Pengobatannya, biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non-obat
dan terapi obat.
Terapi non obat bagi penderita IBS Diare
dilakukan dengan mengurangi makanan yang terlalu banyak mengandung lemak, makanan
atau minuman mengandung gula fruktosa, minuman beralkohol, dan produk susu. Untuk
pasien IBS Konstipasi, sangat dianjurkan untuk menambahkan unsur serat di dalam
menu makanannya. Apabila terapi non-obat tidak mengurangi gejala IBS, maka terapi
dengan obat dapat dipertimbangkan untuk mengatasi gejala nyeri perut, kembung, diare,
atau sembelit. Untuk pengobatan IBS Diare, obat-obatan anti diare dapat diberikan,
seperti loperamid, difenoxilat ataupun kolestiramin. Bagi penderita IBS Konstipasi
(sembelit), obat-obatan yang bersifat sebagai pencahar, seperti ispagula dan bisakodil,
dapat diberikan. Gejala nyeri perut yang sering menyertai dapat diberikan mebeverin.
High-Desert Dinamic Trio+Enzymeminerals dan Clover Honey juga dapat dikonsumsi untuk
membantu mengatasi masalah pencernaan. High-Desert Dinamic Trio+Enzymeminerals mampu
mempercepat reaksi kimia dalam tubuh sehingga zat makanan terurai dengan lebih optimal,
sedangkan High-Desert Clover Honey yang berasal dari nektar bunga clover mempunyai
sifat mengikat elektrolit-elektrolit yang ada di dalam saluran pencernaan. Selain itu, terapi psikologis dari dokter diperlukan untuk
membantu kesembuhan penderita.
8. Perdarahan Pada Kelainan Arteriovenosa
Perdarahan Pada Kelainan Arteriovenosa adalah pecahnya
pembuluh darah abnormal yang menghubungkan pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik
(vena). Penyebab terbentuknya arteriovenosa yang abnormal pada lapisan lambung dan
usus, tidak diketahui. Tetapi hal ini sering terjadi pada orang dengan :
a.
Kelainan pada katup jantung,
ginjal atau hati
b.
Penyakit jaringan ikat
c.
Terapi penyinaran pada
usus.
Pembuluh darah abnormal ini diameternya bervariasi, mulai
dari selebar benang pancingan yang berat sampai selebar jari kelingking manusia.
Pembuluh ini rapuh dan mudah berdarah, bahkan dapat terjadi perdarahan hebat, terutama
pada usia lanjut. Pengobatan, Pengobatan terhadap
penyakit yang mendasarinya (misalnya, pembedahan katup jantung atau pencangkokan
ginjal), bisa menghentikan perdarahan saluran pencernaan. Perdarahan bisa juga dihentikan
dengan melakukan kauterisasi pada pembuluh darahnya, menggunakan endoskopi. Tetapi
dapat terbentuk lagi kelainan hubungan arteriovenosa yang baru. Anemia yang disebabkan
kehilangan darah bisa dikoreksi dengan pemberian tambahan zat besi.
9. Ulkus Peptikum
Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang
terjadi karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan
oleh asam lambung dan getah pencernaan. Ulkus yang dangkal disebut erosi. Pepsin
adalah suatu enzim yang bekerja sama dengan asam klorida (HCl) yang dihasilkan oleh
lapisan lambung untuk mencerna makanan, terutama protein. Ulkus peptikum terjadi
pada lapisan saluran pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan,
terutama pada lambung dan usus dua belas jari.
Nama dari ulkus menunjukkan lokasi anatomis atau lingkungan
dimana ulkus terbentuk. Gol. Obat Ulkus
Peptikum
a. Patogenesis
Tiga faktor utama :
-
Infeksi helicobacter pylori
gram negatif.
-
Sekresi HCL meningkat
-
Mukosa tidak adekuat vs
asam lambung
b. Tujuan Terapi :
-
Menghilangkan infeksi
helicobacter pylori.
-
Mengurangi sekresi asam
lambung
-
Menetralisir asam lambung.
-
Melindungi mukosa lambung
dari kerusakan.
c. Obat anti ulkus peptikum
1) Golongan antimikroba
amoksisilin, komponen bismuth, klaritromisin, Metronidazol, tetrasiklin
2) Golongan penetralisir asam lambung
(antasida) ; Alumunium hidroksida, kalsium hidroksida. Magnesium hidroksida, natrium bikarbonat
3) Golongan pelindung mukosa
; Bismuth koloidal, sukralfat, fucoidan
(baru).
Mempengaruhi sekresi asam lambung
1) gol. Inhibitor reseptor h2 histamin. contoh : simetidin,
famotidin, ranitidin, nizatidin.
2) gol. Prostaglandin . contoh : misoprostol
3) gol. Inhibitor pompa proton . contoh : lansoprazol, omeprazol
4) gol. Anti muskarinik. contoh : hiosciamin, mepenzolat,
pirenzepin
D. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan
Pemeriksaan
yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat
struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh), rontgen, ultrasonografi
(USG), perunut radioaktif, dan pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan
tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan
kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus
dikosongkan terlebih dahulu. Ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam
sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan
khusus. Langkah pertama dalam mendiagnosis
kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali
bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara
pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan
dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya
1. Pemeriksaan Kerongkongan
a. Pemeriksaan barium. Penderita menelan barium dan perjalanannya
melewati kerongkongan dipantau melalui Fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan
yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan Anatomi kerongkongan
(misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film
atau kaset video. Selain cairan barium, bisa
juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi
penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal. Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan
yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
1)
Selaput kerongkongan (dimana
sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
2)
Divertikulum zenker (kantong
kerongkongan)
3)
Erosi dan ulkus kerongkongan
4)
Varises kerongkongan
5)
Tumor.
b. Manometri. Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah
tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter
bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal
atau tidak.
c. Pengukuran pH kerongkongan. Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah
terjadi refluks asam atau tidak.
d. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan). Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan
ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan
karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan
adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
e. Intubasi. Intubasi
adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui Hidung atau mulut
ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur
ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi
tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang
digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah
untuk diagnosik atau pengobatan).
1) Intubasi Nasogastrik. Pada
intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh
cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa
keasaman, enzim dan karakteristik lainnya. Pada
korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya.
Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa
didapat. Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan
untuk memperbaiki keadaan tertentu:
Ø
Untuk menghentikan perdarahan
dimasukkan air dingin
Ø
Untuk memompa atau menetralkan
racun diberikan karbon aktif
Ø
Pemberian makanan cair
pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.
Kadang intubasi nasogastrik digunakan
secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan
dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung. Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi
jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2) Intubasi Nasoenterik.Pada intubasi nasoenterik, selang
yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk
menuju ke usus halus. Prosedur ini bisa digunakan
untuk mendapatkan contoh isi usus, mengeluarkan
cairan, dan memberikan makanan. Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat
kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus
untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim). Lambung
dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak
menimbulkan nyeri.
2. Rontgen
a.
Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar
untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu
penyumbatan, kelumpuhan saluran pencernaan, pola udara Abnormal di dalam rongga
perut, pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa)
b.
Pemeriksaan barium.Setelah
penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi
saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan
usus halus. Barium yang terkumpul di daerah
abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan. Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu
untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati
pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang
saluran pencernaan, dokter dapat menilai fungsi kerongkongan dan lambung, kontraksi
kerongkongan dan lambung, penyumbatan dalam saluran pencernaan. Barium juga dapat
diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan
foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema
pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur. Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang
karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk
mempercepat pembuangan barium.
3. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut
dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal,
rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan
bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus,
penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis
digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan
sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan
yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar)
dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding
perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut
dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium
atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.
4. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran
dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan
ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan
daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat
menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan
alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan
untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri
dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan
sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian
perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat
pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
E. Perubahan Fisik Pada Lansia
Pada Sistem Pencernaan
Perubahan yang terjadi
pada system pencernaan lansia adalah :
1.
Kehilangan gigi, Penyebab
utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab
lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2.
Indera pengecap menurun,
Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %),
hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam
& pahit.
3.
Esofagus melebar.
4.
Lambung, rasa lapar menurun
(sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5.
Peristaltik lemah &
biasanya timbul konstipasi.
6.
Fungsi absorbsi melemah
( daya absorbsi terganggu ).
7.
Liver (hati), Makin mengecil
& menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
F.
Peran keluarga dan perawat gerontik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada lansia.
Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya
terhadap lansia yaitu :
1.
Aspek Psikologis
a.
Melakukan pembicaraan
terarah
b.
Pertahankan kehangatan
keluarga
c.
Membantu melakukan persiapan
makan bagi lansia
d.
Membantu dalam hal transportasi
e.
Membantu memenuhi sumber
– sumber keuangan
f.
Memberikan kasih sayang
g.
Menghormati dan menghargai
h.
Bersikap sabar dan bijaksana
terhadap perilaku lansia
i.
Memberikan kasih sayang,
menyediakan waktu, serta perhatian
j.
Jangan menganggapnya sebagai
beban
k.
Memberikan kesempatan
untuk tinggal bersama
l.
Mintalah nasihatnya dalam
peristiwa – peristiwa penting
m.
Mengajaknya dalam acara
keluarga
n.
Membantu kecukupan hidupnya
o.
Memberi dorongan untuk
tetap mengikuti kegiatan – kegiatan
2.
Aspek keperawatan
a.
Makanan harus mengandung
zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur.
b.
Perlu diperhatikan porsi
makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu
hari sehingga dapat makan lebih seringdengan porsi yang kecil. Contoh menu : • pagi
: bubur ayam jam 10.00 : roti • siang : nasi, pindang telur, sup, pepayajam 16.00
: nagasari • malam : nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
c.
Banyak minum dan kurangi
garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari
makanan yang terlalu asin akanmemperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan
terjadinya darah tinggi. D. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan
makanan yangberlemak seperti santan, mentega dll.
d.
Bagi pasien lansia yang
proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal sebagai berikut :
• makanlah makanan yang mudah dicerna • hindari makanan yang terlalu manis, gurih,
dan goring-gorengan • bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu
kurang baik,makanan harus lunak/lembek atau dicincang • makan dalam porsi kecil
tetapi sering • makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya
diberikan.
e.
Batasi minum kopi atau
teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang
gerakan usus dan menambah nafsu makan.
f.
Makanan mengandung zat
besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran
hijau.
g.
Lebih dianjurkan untuk
mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang
digoreng.
3. Lingkup Peran Dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik
a. Lingkup askep gerontik
Ø
pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
Ø
perawatan yang ditujukan u/ pemenuhan kebutuhan akibat proses penuaan
Ø
pemulihan ditujukan u/ upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan.
b. Tanggung jawab perawat gerontik
:
Ø Membantu klien m’oleh kesehatan
scr optimal
Ø Membantu klien u/ memelihara
kesehatannya
Ø Membantu klien menerima kondisinya(lansia)
Ø Membantu klien menghadapi ajal
dgn diperlakukan scr manusiawi sampai meninggal
4.
Sifat Pelayanan/Asuhan
Keperawatan Gerontik
a. Independen
b. Dependen
c. Humanistik
d. Holistik
5.
Model Pemberian Pelayanan/Asuhan
Keperawatan Gerontik
a. Model kasus
b. Model tim
c. Model primer
6. Peran Perawat Lansia Komunitas
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.
(Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan
aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya
yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung
keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.
Dalam Prakteknya Keperawatan Gerontik Meliputi Peran Dan
Fungsinya Sebagai Berikut:
a.
Sebagai Care Giver /Pemberi
Asuhan Langsung Memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang meliputi intervensi/tindakan
keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai
dengan pendelegasian yang diberikan.
b.
Sebagai Pendidik Klien
Lansia Sebagai pendidik, perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya malalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima
sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok
keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya.
c.
Sebagai Motivator Sebagai
motivator,perawat memberikan motivasi kepada lansia.
d.
Sebagai Advokasi Sebagai
advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu
klien memahami semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan
dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan
perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran
sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat
dalam pelayanan keperawatan.
e.
Sebagai Konselor : Memberikan
konseling/ bimbingan kepada lansia, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada
masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kea rah perilaku hidup sehat.
7.
Fungsi Perawat Gerontik
Menurut Eliopoulous tahun
2005 fungsi dari perawat gerontology adalah :
a.
Membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat.
b.
Menghilangkan perasaan
takut tua.
c.
Menghormati hak orang
dewasa lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama.
d.
Memantau dan mendorong
kualitas pelayanan.
e.
Memperhatikan serta mengurangi
risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan.
f.
Mendidik dan mendorong
pemberi pelayanan kesehatan.
g.
Mendengarkan dan memberi
dukungan.
h.
Memberikan semangat, dukungan,
dan harapan.
i.
Menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian.
j.
Melakukan perawatan rehabilitatif.
k.
Mengoordinasi dan mengatur
perawatan.
l.
Mengkaji, merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh.
m.
Memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan.
n.
Membangun masa depan perawat
gerontik untuk menjadi ahli di bidangnya.
o.
Saling memahami keunikan
pada aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
p.
Mengenal dan mendukung
manajemen etika yang sesuai dengan tempat.
q.
Memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian.
r.
Mengajarkan untuk meningkatkan
perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal.
8. Tugas-Tugas Perawat Dalam Setiap Teori Penuaan
a.
Tugas Perawat dalam Teori
Biologi Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian
yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresifitasnya.Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi
atas 2 bagian yakni :
1)
Klien lansia yang masih
aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga
untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
2)
Klien lansia yang pasif
atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan
perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat
sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping
itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan
tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lansia yang
aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit
dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan tempat tidur serta posisinya,
hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.
Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu
para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan
makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan,
duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar
pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.
b.
Tugas Perawat Dalam Teori
Sosial Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan
diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial.
Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan
sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah
hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri. Perawat
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi,
melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena
mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis
dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia. Menurut Drs H. Mannan
dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak
bisa tidur karena stres.
Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang
dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa
kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian
terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain
ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia
luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama
bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha,
antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan
rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban
bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama
mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien
lansia di panti werda.
c.
Tugas Perawat dalam Teori
Psikologi Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat
yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan
dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa
puas. Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya
termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan
suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobby yang dimilikinya. Perawat harus dapat membangkitkan semangat
dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah
diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang
dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama
dengan makin lanjutnya usia. Perubahanperubahan ini meliputi gejala-gejala seperti
menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan
atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan
untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan
cerita-cerita yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia
lupa atau bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai
tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan
tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat
harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman
yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lansia
ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Untuk
mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis, social dan
spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh menyangkut
aspek tersebut.
1.
Biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia
dikaji dengan menanyakan tentang:
a. Pandangan lansia tentang kesehatannya
b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c. Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan,
pendengaran
d. Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar
/ kecil
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan
minum obat
i.
Masalah-masalah seksual
yang dirasakan
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar untuk
mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument, muskuloskletal,
respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris misalnya
: penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman.
3. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan
lansia untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga
perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam
penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang
menurun. Proses fikir yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang
diperhatikan. Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
b. Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
c. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
d. Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
e. Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
f. Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
h. Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
4.
Sosial – ekonomi
Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina
keakraban dengan teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan
lansia dalam organisasi social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari
penghasilan yang mereka peroleh.
Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi,
hal inipun terkait dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu
merasa dirinya berharga karena masih mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri
dan orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
a. Apa saja kesibukan lansia
b. Dari mana saja sumber keuangannya
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
e. Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain
diluar rumah
f. Siapa saja yang biasa mengunjunginya
g. Seberapa besar ketergantungannya
h. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan
fasilitas yg ada
5.
Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang
dimiliki manusia dan sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan
baik, keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan
lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang perlu dikaji pada lansia
:
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan
berdoa jika menghadapi masalah
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari
pertanyaan diatas dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa
keperawatan yang mungkin timbul pada lansia. Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain :
6.
Fisik / biologi
a. gangguan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan makanan yang tidak adekuat
b. gangguan persepsi berhubungan
dengan gangguan pendengaran / penglihatan
c. kurangnya perawatan diri berhubungan
dengan penurunan minat dalam merawat diri
d. resiko cedera fisik : jatuh berhubungan
dengan penyesuaian terhadap penurunan fungsi tubuh tidak adekuat
e. perubahan pola eliminasi berhubungan
dengan pola makan yang tidak efektif
f. gangguan pola tidur berhubungan
dengan kecemasan atau nyeri
g. gangguan pola napas berhubungan
dengan penyempitan jalan napas atau adanya sekret pada jalan napas
h. gangguan mobilisasi berhubungan
dengan kekakuan sendi dan lain-lain
7.
Psikologis - sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan
tidak mampu
b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara tepat
f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.
8.
Spiritual
a. Reaksi berkabung atau berduka
berhubungan dengan ditinggal pasangan
b. Penolakan terhadap proses penuaan
berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi kematian
c. Marah terhadap tuhan berhubungan
dengan kegagalan yang dialami
d. Perasaan tidak tenang berhubungan
dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
B. Perencanaan
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun
perencanaan dengan tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat
baik yang melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga
dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis
dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada
lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar antara lain :
1.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2.
Meningkatnya keamanan
dan keselamatan
3.
Memelihara kebersihan
diri
4.
Memelihara keseimbangan
istirahat / tidur
5.
Meningkatkan hubungan
interpersonal melalui komunikasi yang efektif
C. Tindakan keperawatan :
1. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan
kesehatan dan kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti
kerapuhan tulang (osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat
menjamin hari tua yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat
disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat makan karena
gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air besar karena
melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan nafsu makan lansia kurang. Perubahan
peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia menyebabkan timbulnya kecemasan
dan putus asa, dapat menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali
keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk menentukan
keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan
Masalah
gizi yang sering timbul pada lansia adalah :
a. Gizi berlebihan ;Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat menyebabkan
berat badan berlebihan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,
misalnya penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah
tinggi dan sebagainya.
b. Gizi berkurang: Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun berkurang
dapat menyebabkan banyak kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut
cepat rontok, daya tahan terhadap penyakit organ tubuh yang vital. Gizi kurang dapat
disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan penyakit, serta ketidaktahuan keluarga
akan makanan bergizidan kebiasaan makanan yang salah dari usia mudah.
c. Kekurangan vitamin : Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam
makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan.
d. Kelebihan vitamin : Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa
resep dokter, yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari
vitamin ini akan terbuang tanpa guna dan mempertinggi biaya.
Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan
nutrisi pada orang dewasa normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama,
bentuk dan pengurangan porsi untuk mengimbangi aktivitasnya.
a. Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk
wanita adalah 1.700 kalori, kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung
keadaan usia lanjut, misalnya gemuk atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing
manis, dll).
b. Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula
yang mudah diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses metabolisme,
misalnya madu, nasi, buah-buahan yang manis.
c. Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan
timbulnya hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20 %dr
total kalori yg dibutuhkan.
d. Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan kebutuhan didapatkan
dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.
e. Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal
& mencegah konstipasi maka pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.
Rencana makanan untuk lansia
a.
Berikan makanan porsi
kecil tapi sering
b.
Banyak minum & kurangi
makan: dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat memperlancar pengeluaran sisa
makanan, hindari makanan yang terlalu asin
c.
Beri makanan yg mengandung
serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur
d.
Batasi pemberian mkanan
yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam keadaan seimbang seperti: gula,makanan
manis,minyak,makanan berlemak.
e.
Membatasi minum kopi dan
teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan usus & menambah nafsu makan.
2.
Meningkatkan keamanan
& keselamatan lansia
Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh,
kecelakaan lalu lintas dan kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana
fleksibilitas dari kaki mulai berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah mobilisasi
akibat nyeri, pada sendi-sendi. Situasi tersebut menyebabkan usila tidak mampu menyanggah
tubuhnya dengan baik.Selain itu penurunan fungsi pengindaraan dan pendengaran menyebabkan
lansia tidak dapat mengamati situasi sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan
lalu lintas dan luka baker. Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan
yang tidak tepat untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin
atau tidak rata, tangga yang tidak diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur
yang mudah bergerak.Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan yang
harus dilakukan antara lain:
a. Klien / lansia
1) biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
2) latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
3) biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
4) jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan
persyarafan, latih klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat bantu berjalan
5) bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia
yang menggunakan obat penenang atau diuretika
6) menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu
7) usahakan ada yang menemani jika bepergian.
b. Lingkungan
1) tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga
mudah di observasi apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia
2) letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
3) gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
4) letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah
menempatkan alat-alat yang selalu digunakan
5) upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
6) kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia
yang menggunakan
7) pasang pegangan dikamar mandi
8) hindari lampu yang redup dan menyilaukan
9) sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
10) jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia
untuk memejamkan mata sesaat
11) gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet
c. Memelihara kebersihan diri
Akibat proses penuaan,
sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi untuk melakukan perawatan diri secara
teratur. Kadang kala kurangnya perawatan diri pada lansia akibat penurunan daya
ingat, sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan diri secara tepat dan teratur.
Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan lansia pada usia muda. Jika usila tersebut
pada saat mudanya orangnya rapi, tentu ia akan tetap melakukan aktivitas perawatan
diri dengan baik, perawatan diri yang kurang dapat pula akibat dari kelemahan atau
ketidakmampuan fisik lansia. Akibat dari proses penuaan kelenjar keringat berkurang
seringkali kulit lansia bersisik dan kering. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan
diri antara lain:
1) mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya
kebersihan diri misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.
2) menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung miyak atau berikan skin lotion
3) mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang
telinga, mata, dan gunting kuku
d. Memelihara keseimbangan istrahat
dan tidur
Pada umunya lansia mengalami
gangguan tidur, upaya yang dapat dilakukan antara lain:
1) menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman
2) mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan
3) melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai
hobby, misalnya berkebun, berjalan santai, dll.
4) memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu
hangat.
e. Meningkatkan hubungan interpersonal
Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat
yang menurun, pikun, depresi, lekas marah dan mudah tersinggung, curiga. Hal ini
disebabkan karena hubungan inter personal yang tidak adikuat. Upaya yang dilakukan antara lain:
1) berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata
2) memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan
yang akan dilakukan
3) menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia
4) memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap
respon verbal dan non verbal lansia
5) melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
6) menghargai pendapat lansia
D. Diagnosa keperawatan:
Resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan
dengan penurunan fungsi penglihatan dan pandangan.
1.
Tujuan jangka panjang:
Lansia dapat memelihara kemanan
dan keselamatan dan tidak terjadi trauma fisik
2.
Tujuan jangka pendek: setelah tindakan keperawatan, lansia dapat:
a. Mengidentifikasi hal-hal yang
mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang
b. Melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa trauma fisik
E. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan penurunan fungsi tubuh
karena proses penuaan
3. Jelaskan kebutuhan, keamanan,
dan keselamatan akibat penurunan fungsi tubuh
4. Ciptakan lingkungan atau ruangan
yang cukup penerangan, lantai tidak licin dan basah
5. Hindari lantai kamar mandi dan
wc yang licin dan beri pegangan dan pasang bel
6. Dekatkan barang-barang keperluannya
seperti: kacamata, sikat gigi, alat cukur, dll.
7. Letakkan bel di bawah bantal
dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu bantuan
8. Perhatian khusus pada lansia
yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi atau lansia dengan lingkungan baru
9. Ajarkan cara menggunakan alat
bantu, pindah / turun dari tempat tidur, bangun pada malam hari untuk bak
10. Jelaskan efek samping dari obat
dan cara-cara minum obat. Ulangi dan perkuat instruksi dengan instruksi tulisan.
11. Libatkan keluarga dalam perawatan
lansia
12. Ulangi penjelasan-penjelasan
bila diperlukan dengan kata-kata sederhana dan spesifik
F. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun
dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar, ulangi
penjelasan yang belum dimengerti.
G. Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu
dikaji respon verbal dan non verbal lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan
yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk menyusun
rencana tindak lanjut keperawatan.
Selain asuhan keperawatan individu pada lansia,
dapat dilakukan asuhan keperawatan keluarga lansia, yang ditujukan untuk asuhan
keperawatan keluarga di rumah.
Bab iV
Penutup
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut
mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus,
hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare adalah buang
air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat).
B.
Saran
Kami berharap para pembaca dapat memahami pembahasan makalah
kami tentang Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem Pencernaan, saran
kami adalah agar setiap calon perawat dapat memaksimalkan pengetahuanya dan tidak
pernah berhenti untuk terus belajar dan bekerja dengan kemampuan yang maksimal dan
intergritas kerja yang baik
Daftar Pustaka
Darmojo R.B, Martono H,
(2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi
2, Balai penerbit FKUI, Jakarta
Price SA, Lorraine M,
(1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Buku 1, Edisi IV, EGC,
Jakarta
Mansjoer a,dkk,(1999),
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
3, Jilid I, Media Euskulapius FKUI, Jakarta
Bruner & Sudart, (2002),
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta
FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga,
Jakarta
Capernito L.J, (2000),
Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta
Engram B, (2000), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC,
Jakarta
Tuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi
V, EGC, Jakarta
Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
Buku ajar geriatri. Jakarta : balai
penerbit fkui gallo, joseph.1998.
Buku saku gerontologi. Jakarta : egc
nugroho, wahjudi.2000.
Keperawatan gerontik.jakarta : egc
potter & perry.2005.
Buku ajar fundamental keperawatan.
Edisi 4.jakarta :egc a.h. markum, 1991,
Buku ajar kesehatan anak, jilid i,
penerbit fkui ngastiyah, 997, perawatan anak sakit, egc, jakarta
Price & wilson 1995, patofisologi-konsep
klinis proses-proses penyakit, buku 1, ed.4, egc, Jakarta
Soetjiningsih 1998, tumbuh kembang
anak, egc, jakarta soeparman & waspadji, 1990, ilmu penyakit dalam, jilid i,
ed. Ke-3, bp fkui, jakarta.
Comments
Post a Comment