Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

RPP: MELAKSAKAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MELAKSAKAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
(ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL)

 
Bidang studi                      : ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL
Kode Bidang Studi           : Bd.332
Beban Studi                       : 5 SKS (T : 3 P : 3)
Pokok Bahasan                  : Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
Sub Pokok Bahasan           : Asuhan kebidanan pada persalinan kala I :
-          Penggunaan partograf
-          Dukungan persalinan
-          Perawatan fisik
-          Pengurangan rasa sakit
-          Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan anak
Sasaran/Program study      : Mahasiswa D III Kebidanan
Waktu                                : 3 x 50 Menit
Dosen                                :

A.    STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1.      Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu memahami asuhan kebidanan persalinan kala I.
2.      Kompetesi Dasar
Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan melaksanakan asuhan kebidanan persalinan kala I.
3.      Indikator
Asuhan kebidanan pada persalinan kala I :
1.      Menjelaskan asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang penggunaan partograf
2.      Menjelaskan asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang dukungan persalinan
3.      Menjelaskan asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang perawatan fisik
4.      Menjelaskan asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang pengurangan rasa sakit
5.      Menjelaskan asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan anak

B.     MATERI
Asuhan kebidanan pada persalinan kala I :
-          Penggunaan partograf
-          Dukungan persalinan
-          Perawatan fisik
-          Pengurangan rasa sakit
-          Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan anak

C.    TUJUAN PEMBELAJARAN
Diahir kegiatan pembelajaran mahasiswa dapat:
1.      Memahami Asuhan kebidanan pada persalinan kala I
2.      Menjelaskan  Asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang penggunaan partograf
3.      Menjelaskan asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang dukungan persalinan
4.      Menjelaskan asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang perawatan fisik
5.      Menjelaskan asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang pengurangan rasa sakit
6.      Menjelaskan asuhan kebidanan pada persalinan kala I tentang pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan anak

D.    REFERENSI
-          Sumarah. 2010. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya
-          Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika
-          Hidayat, Asri, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: Nuha Medika
-          Rohani, dkk. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika
-          Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kandungan,penyakit kandungan, dan KB. Jakarta: EGC

E.     METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

F.     ALAT dan MEDIA
-          Laptop
-          Papan tulis
-          Spidol
-          LCD

G.    KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap kegiatan
Kegiatan pengajaran
Kegiatan mahasiswa
Pembukaan
( 5 Menit )
-          Memberi salam
-          Membuka daftar hadir
-          Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
-          Penekanan pentingnya materi yang akan disampaikan
-          Memberikan apersepsi
-          Menjawab salam
-          Mendengarkan

Penyampaian materi ( 125 Menit )
-          Menjelaskan materi tentang
Asuhan kebidanan pada persalinan kala I :
§  Penggunaan partograf
§  Dukungan persalinan
§  Perawatan fisik
§  Pengurangan rasa sakit
§  Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan anak
-          Menjawab Pertanyaan mahasiswa
-          Mendengarkan dan memperhatikan dosen dengan seksama
-          Mahasiswa menanyakan hal-hal yang belum jelas di sela-sela penyajian materi
-          Memperhatikan penjelasan dosen
-          Mahasiswa mencatat materi penjelasan dosen
Rangkuman dan Evaluasi
( 15 Menit )
-          Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
-          Memberikan pertanyaan
-          Mendengarkan, memperhatikan dan memahami
-          Menjawab pertanyaan yang diajukan
Penutup
( 5 Menit )
-          Memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk rajin belajar
-          Mengucapkan salam
-          Mendengarkan
-          Menjawab salam

H.    EVALUASI
SOAL
1.      Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah?
2.      Jelaskan yang dimaksud dengan dukungan persalinan!
3.      Sebutkan 5 tujuan pemeriksaan abdomen!
4.      Sebutkan 5 faktor yang mempengaruhi nyeri dalam persalinan!
5.      Sebutkan 6 pemenuhan kebutuhan fisik pada persalinan kala 1!
JAWABAN
1.       
ü  Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
ü  Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
2.      Dukungan persalinan adalah asuhan yang sifatnya mendukung yaitu asuhan yang bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan, dimana ibu dibebaskan untu memilih pendamping persalinan sesuai keinginannya, misalnya suami, keluarga atau teman yang mengerti tentang dirinya.
3.       
*      Menentukan tinggi fundus
*      Memantau kontraksi uterus
*      Memantau denyut jantung janin
*      Menentukan presentasi
*      Menentukan penurunan janin
4.       
ü  Rasa takut atau kecemasan
ü  Kepribadian
ü  Kelelahan
ü  Faktor sosial dan budaya
ü  Pengharapan
5.       
Ø  Posisi
Ø  Kontak fisik
Ø  Pijatan
Ø  Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
Ø  Pemberian cairan dan nutrisi
Ø  Kebersihan dan kenyamanan






MATERI
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN KALA I

Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala), dari rahim ibu melalui jalan lahir (baik jalan lahir lunak maupun kasar), dengan tenaga ibu sendiri (tidak ada intervensi dari luar). Dalam persalinan terdapat 4 kala persalinan.
A.    PENGGUNAAN PARTOGRAF
Partograf adalah alat bantu yang digunakan memantau kemajuan kala I selama fase aktif persalinan dan untuk membuat keputusan klinik dan sebagai dokumentasi asuhan persalinan. Tujuan utama dan penggunaan partograf adalah untuk :
·Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
·Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
*      Mencatat kemajuan persalinan.
*      Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
*      Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
*      Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya nenvulit.
Partograf harus digunakan :
·         Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adan penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
·         Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
·         Secara rutin oleh sernua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus di catat. Hal ini dapat direkani secara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus dicatat.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
·Denyut jantung janin: setiap 1/2 jam
·Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 1/2 jam
·Nadi: setiap 1/2 jam
·Pembukaan serviks: setiap 4 jam
·Penurunan: setiap 4 jam
·Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
·Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering di lakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosis keja ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit. Ibu dipulangkan di rumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk memberitahu penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi (perlu diskusi).
Mencatat temuan pada Partograf
a)      Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat rnemulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
b)     Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin)
1.      Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dewngan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka l dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Lihat Tabel 2-1 untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
2.      Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
*       U : ketuban utuh (belum pecah)
*       J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
*       M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
*       D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
*       K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai . Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir
3.      Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang scsuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan dikotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1: tulang-tulang jepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
c)      Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
1.      Pembukaan serviks
Dengan rnenggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dan setiap pemeriksaan. Tanda “X’ harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dan pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda ‘X” dan setiap permeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
Contoh : Pada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif. Pembukaan serviks dicatat di garis waspada” dan waktu pemeriksaan dituliskan di bawahnya.
2.      Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Penieriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian tcrbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pernbukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dan 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda “S’ di nomor 4. Hubungkan tanda “0” dan setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
3.      Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan Selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dan 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll). Pertirnbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawatdaruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
d)     Jam dan waktu
1.      Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2.      Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kernudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dan kiri).
e)      Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, isi 3 kotak.
f)       Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.
v  Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokurnentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
v  Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
g)      Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
·         Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Ø  Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih seringjika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai (•).
Ø  Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai:
Ø  Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih lebih jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
·         Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya ase ton atau protein dalam urin.
h)     Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf. atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup :
*       Jumlah cairan per oral yang diberikan
*       Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur
*       Konsu dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum)
*       Persiapan sebelum melakukan rujukan
*       Upaya rujukan
B.     DUKUNGAN PERSALINAN
Dukungan persalinan adalah asuhan yang sifatnya mendukung yaitu asuhan yang bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan, dimana ibu dibebaskan untu memilih pendamping persalinan sesuai keinginannya, misalnya suami, keluarga atau teman yang mengerti tentang dirinya.
Dukungan persalinan itu:
Ø  Sederhana
Ø  Efektif
Ø  Murah
Ø  Resiko rendah
Ø  Kemajuan persalinan bertambah baikk
Ø  Hasil persalinan bertambah baik
Metode-metode dukungan persalinan:
*      Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan seperti suami, orang tua, sahabat)
*      Pengaturan posisi: duduk atau setengah duduk, merangkak, berjongkok, berdiri, berbaring miring kiri
*      Relaksasi dan pernapasan
*      Istirahat dan privasi
*      Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan
*      Asuhan diri dan Sentuhan
C.    PERAWATAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya. Informasi yang dikumpulkan dan pemeriksaan fisik akan digunakan bersama dengan informasi dan hasil anamnesis untuk proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis serta mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan dan jelaskan pula alasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga mereka memahami kepentingan pemeriksaan.

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :
·Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik.
·Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tenteramkan hati ibu dan bantu ibu agar merasa nyaman. Jika ibu tegang atau gelisah, anjurkan untuk menarik napas perlahan dan dalam.
·Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya. (Jika perlu, periksa jumlah urin, protein dan aseton dalam urin).
·Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri, warna konjungtiva, kebersihan, status nutrisi dan kecukupan air tubuh.
·Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, temperatur, nadi dan pernapasan). Agar su paya bisa menilai tekanan darah dan nadi ibu dengan akurat, lakukan pemeriksaan di antara dua kontraksi.
·Lakukan pemeriksaan abdomen.
·Lakukan pemeriksaan dalam
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
*      Menentukan tinggi fundus
*      Memantau kontraksi uterus
*      Memantau denyut jantung janin
*      Menentukan presentasi
*      Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Sebelum memulai pemeriksaan, pastikan bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya. Minta ibu berbaring, tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya kemudian minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, bantu untuk santai dan tenang dengan cara meminta ibu menarik napas dalam.
1.      Menentukan tinggi fundus
Pastikan tidak terjadi kontraksi selama penilaian. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur. Mulai dan tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak fundus uteri mengikuti aksis atau linea medialis pada abdomen. Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen. Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
2.      Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk mcmantau kon traksi uterus. Letakkan tangan (dengan hati-hati) di atas uterus dan rasakan jum]ah kon traksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi berlangsung. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi 40 detik atau lehih. Di antara dua kontraksi. dinding uterus melunak kembali dan mengalami relaksasi.
3.      Memantau denyut jantung janin
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan dan scbuah fetoskop Pinnards atau Doppler untuk memantau denyut jantung janin (DJJ); Dengan fetoskop dengarkan denyut jantung janin yang dihantarkan melalui dinding abdomen. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen di mana DJJ terdengar paling kuat.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dan satu kontraksi. Jika DJJ kurang dan 120 atau lebih dan 160, pertimbangkan adanya gangguan sirkulasi utero-plasenter padajanin. Jika DJJ kurang dan 100 atau lebih dan 180 per menit, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk santai. Lakukan penilaian ulang denyut jantung 5 menit kemudian untuk menentukan apakah DJJ tetap abnormal. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan, siapkan untuk segera dirujuk.
4.      Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong/sungsang) :
·         Berdiri di samping ibu, menghadap ke arah kepalanya (pastikan lutut ihu ditekuk).
·         Dengan ibu jari dan jari tengah dan satu taugan (hati-hati tapi mantap) pegang bagian bawah abdomen ibu, tepat di atas simfisis pubis. Bagian terbawah janin atau presentasi dapat diraba di antara ibu jari dan jari tengah.
·         Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian tersebut masih bisa digerakkan. Jika bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam panggul maka bagian tersebut tidak dapat digerakkan lagi.
·         Untuk menentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong, pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Jika bulat, keras dan mudah digerakkan mungkin presentasi kepala, atau jika tidak beraturan, lebih besar, tidak keras dan sulit digerakkan mungkin bokong. Sungsang berarti terbalik dan ini diidentikkan dengan bokong sebagai kebalikan dan kepala. Jika presentasinya bukan kepala.
5.      Menentukan penurunan janin
Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan abdomen dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui palpasi abdomen juga memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan dan membantu mencegah pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin yang bisa di palpasi di atas simfisis pubis (ditentukan oleh jumlah jari yang bisa ditempatkan di bagian kepala di atas simfisis pubis).
§  5/5 (lima per lima) jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis.
§  4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
§  3/5 jika hanya tiga dan lima jam bagian kepala janin teraba di atas simfisis pubis.
§  2/5 jika hanya dua dan lima jan bagian kepala janin berada di atas simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat digerakkan).
§  1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis pubis.
§  0/5 jika kepalajanin tidak teraba dan luar atau seluruhnya sudah melalui simfisis pubis.
Rujuk primigravida yang berada dalam fase aktif persalinan dengan kepala janin masih 5/5
Alasan: Kepala harus sudah mulai masuk ke dalam rongga panggui pada fase aktif kala satu persalinan. Bila kepala tidak dapat turun, mungkin diameternya lebih besar dibandingkan dengan rongga panggul ibu. Bila ada dugaan disproporsi kepala panggul (cefalo pelvic disproportion atau CPD), untuk mendapatkan keluaran yang optimal, sebaiknya ibu segera dirujuk kefasilitas kesehatan yang dapat melaksanakan tindakan seksio sesar. Bila kepala janin tidak dapat turun, risiko untuk terjadi tali pusat menumbung akan lebih tinggi pada saat selaput ketuban pecah.
Pemeriksaan dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, tangan dicuci dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan membasuh regio genitalia dengan sabun dan air bersih (jika ibu belum melakukannya). Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan dan anjurkan ibu untuk nicks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam termasuk :
1.      Tutupi badan ihu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.
2.      Minta ibu berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakiriya satu sama lain).
3.      Menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada saat melakukan pemeriksaan.
4.      Menggunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau larutan antiseptik. Membasuh labia secara hati-hati, seka dan depan kebelakang untuk menghindarkan kontarninasi feses (tinja).
5.      Memeriksa genitalia eksterna, apakah terdapat luka atau massa (termasuk kon dilornata), varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
6.      Nilai cairan vagina dan tentukan apakah terdapat bercak darah, perdarahan pervaginam atau mekonium:
7.      Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
8.      Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika mekonium ditemukan, lihat apakah kental atau encer dan periksa DJJ:
    • Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ secara seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadinya gawat janin  rujuk segera.
    • Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera.
    • Jika bau busuk. Ibu mungkin mengalami infeksi.
9.      Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan (gunakan sarung tangan pemeriksa). Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti oleh jari tengah. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannya sebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi (memecahkannya). Alasan: Amniotomi meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi, serta gawat janin.
*      Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat kelahiran bayi.
*      Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10.  Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi) tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti langkah-Iangkah kedaruratan dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
11.  Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul. Bandingkan penurunan kepala dengan temuan-temuan dan pemeriksaan abdomen Untuk menentukan kemajuan persalinan.
12.  Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang kepala dan/atau tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin Sesuai dengan diameter jalan lahir.
13.  Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jan pemeriksa dengan hati-hati, celupkan sarung tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
14.  Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering.
15.  Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16.  Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan kekuarganya.
Setelah melengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisik:
1.      Catat semua hasil anamnesis dan temuan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2.      Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan apakah ibu sudah dalam persalinan (inpartu). Jika pembukaan serviks kurang dan 4 cm, berarti ibu masih dalam fase laten persalinan. Lakuikan penilaian ulang setelah 4 jam sejak pemeriksaan pertama. Jika pembukaan serviks 4 cm atau lebih, ibu telah masuk dalam fase aktif persalinan; mulailah mencatat kemajuan persalinan pada partograf (lihat bawah).
3.      Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara khusus.
4.      Setiap kali selesai melakukan penilaian, analisis data yang terkumpul, buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan asuhan bagi ibu. Penatalaksanaan itu selalu berdasarkan pada hash temuan penilaian.
Rujuk ibu :Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :
ü  Riwayat bedah sesar
ü  Perdarahan pervaginam
ü  Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
ü  Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
ü  Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
ü  Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
ü  Ikterus
ü  Anemia berat
ü  Tanda/gejala infeksi
ü  Preeklampsia/Hipertensi dalam kehamilan
ü  Tinggi fundus 40 cm atau lebih
ü  Gawat janin
ü  Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
ü  Presentasi bukan belakang kepala
ü  Presentasi majemuk
ü  Kehamilan gemeli
ü  Tali pusat menumbung
ü  Syok
D.    PENGURANGAN RASA SAKIT/NYERI
Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Selama persalianan dan kelahiran pervaginam. Nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks dan distensi perineum. Serat saraf aferen viseral yang membawa impuls sensorik dari rahim memasuki medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas dan keduabelas serta segmen lumbal yang pertama.
Nyeri dari perineum berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pudendus dan mencapai medula spinalis melalui segmen sakral kedua, ketiga, dan keempat. Serabut saraf sensorik yang dari rahim dan perineum ini membuat hubungan sinapsis pada kornu medula spinalis dengan sel yang memberi akson yang merupakan saluran spinotalamik. Selama bagian akhir dari Kala I dan di sepanjang Kala II, impuls nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi juga perineum saat bagian janin melewati pelvis.
Nyeri pada saat melahirkan melahirkan memiliki derajat yang paling tinggi diantara rasa nyeri yang lain seperti patah tulang atau sakit gigi. Banyak perempuan yang belum siap memiliki anak karena membayangkan rasa sakit yang akan dialami saat melahirkan nanti.
Namun, kini ada beberapa alternatif yang bisa dipilih untuk mengurangi rasa nyeri yang datang saat akan melahirkan ,menghilangkan rasa nyeri saat persalinan berupa pengurangan rasa sakit akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal.
metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu.
Faktor faktor yang mempengaruhi nyeri dalam persalinan
Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a.       Rasa takut atau kecemasan
Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping) dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan.
b.      Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stres dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.
c.       Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.
d.      Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
e.       Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.
Teknik pengurangan rasa nyeri saat persalinan
a.       Terapi farmakologis
Harus dokter yang bertindak untuk ngatasinya. Berbagai obat disuntikkan ke ibu, baik itu anastesis umum yang di suntikkan epidural, spinal, ataopun sekedar regional.
b.      Terapi non farmakologis
Terapi yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba
Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit tanpa menggunakan obat obatan diantaranya adalah :
1)      Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan penghiburan dan dorongan orang yang mendukung dengan cara menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan seperti suami, keluarga, atau teman dekat. Suami dan keluarga dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi ibu. Pendamping ibu saat persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu, yang paling penting adalah orang-orang yang diinginkan oleh si ibu untuk mendampinginya selama persalinan. Di beberapa tempat, hanya wanita yang boleh menemani ibu pada saat ia melahirkan. Dalam budaya lain, sudah menjadi kebiasaan bagi suami menjadi pendamping dalam persalinan bahkan menolong persalinan.
2)      Perubahan posisi dan pergerakan Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk mencari dan menemukan posisi yang nyaman, untuk membantu ibu agar ibu tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan posisi yang telah dipilih ibu, bidan hanya menyarankan alternatif-alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif.
Rasa sakit akibat kontraksi akan semakin terasa sesuai dengan bertambahnya pembukaan serviks. Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk mencari dan menemukan posisi yang nyaman. Ada beberapa posisi tertentu yang dapat membantu mengurangi rasa sakit, misalnya posisi duduk, bersandar tegak, bersandar ke depan, berlutut ke depan, mengurut punggung atau bersandar pada suami.
Posisi posisi saat bersalin
a.      Posisi berbaring
Berbaring horizontal (supine): secara umum tidak nyaman. Posisi ini dapat mengakibatkan uterus menekan pembuluh darah vena cava, menurunkan aliran darah ke plasenta, dan menekan diafragma yang membuat ibu sulit untuk bernafas. Untuk meningkatkan kenyamanan dan dukungan, letakkan bantal dibawah lutut dan tekuk lutut sedikit, atau duduk semi fowler dengan kepala dan bahu terangkat dan tersanggah oleh setumpuk bantal.
Kelebihan:
Dokter bisa lebih leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir pun menghadap ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan dan waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat. Kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan.
Kelemahan:
Posisi berbaring membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal ini karena gaya berat tubuh ibu yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi. Posisi ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan. Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke janin melalui plasenta pun jadi relatif berkurang. Hal ini karena letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi. Apalagi jika letak ari-ari juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu.
b.      Posisi berbaring Miring
Berbaring miring (lateral): mencegah terjadinya penekanan pada perineum dan mencegah penekanan pada vena cava sehingga memaksimalkan aliran darah ke uterus dan janin. Pada saat melahirkan, pasangan dapat membantu menyangga kaki ibu yang mencegah penekanan terhadap kepala bayi Ibu terlentang di tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Dilakukan pada kala I dan kala II. caranya: wanita berbaring dengan kedua pinggul dan lutut dalam keadaan fleksi dan diantar kakinya ditempatkan disebuah bantal.
Pengaruh posisi ini:
§  Memungkinkan wanita yang lelah untuk beristirahat
§  Dapat mengatasi masalah detak jantung jika berkaitan dengan terjadinya hipotensi
§  Menghindarkan tekanan terhadap tulang sacrum Posisi miring tidak dianjurkan, jika wanita menolak posisi tersebutdan merasakan nyeri yang amat sangat dan menginginkan posisi yang lain.
Kelebihan:
Selain peredaran darah balik ibu bisa mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Sehingga proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman.
Kelemahan:
Posisi miring ini menyulitkan dokter untuk membantu proses persalinan karena letal kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun diarahkan. Dokter pun akan mengalami kesulitan saat melakukan tindakan episiotomy.
c.       Posisi setengah duduk
Posisikan si Ibu dengan bantal di punggungnya, atau minta suami untuk duduk membelakangi si Ibu. Pada waktu kontraksi, bungkukkan badan ke depan atau tarik kaki ke atas. Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu nyaman. Posisi setengah duduk dilakukan pada kala I dank Kala II.
Kelebihannya:
Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung secara maksimal.
Kelemahan:
Posisi dapat menimbulkan rasa lelah dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama
d.      Bergoyang-goyang sambil duduk
Pada waktu melahirkan, pergerakan yang berirama dapat membuat nyaman. Gerakan badan perlahan-lahan ketika duduk di atas bola hamil (sebuah bola karet besar biasanya digunakan sebagai alat untuk melahirkan secara natural), di pinggir kasur atau di kursi yang kuat. Kalau si Ibu duduk di atas kursi, mintalah seseorang untuk duduk di lantai sambil bersandar ke kaki si Ibu. Bila si Ibu duduk sambil bersandar ke kursi, tekanan pada lutut nya bisa mengurangi sakit punggung si Ibu.
e.       Bergoyang-goyang sambil berdiri
Berdiri atau berjalan menolong proses kelahiran untuk mendapatkan momentum, terutama di tahap-tahap awal. Bersandar pada suami untuk menahan selagi kontraksi berlangsung. Atau lingkarkan tangan si Ibu ke leher suami dan mulai bergoyang-goyang, seperti sedang slow dance. Posisi ini juga enak untuk mengelus punggung.

f.       Bersandar ke depan
Kalau punggung si Ibu terasa sakit, bersandar ke depan bisa membuat lebih enak. Duduk di kursi seperti di gambar atau bersandar ke atas meja. Posisi ini juga enak untuk mengelus punggung.
Manfaatnya: Mengurangi nyeri punggung
g.      Bersandar ke kaki
Ibu boleh bersandar ke depan waktu berdiri. Angkat satu kaki ke atas kursi. Perlahan-lahan bersandar kedepan sewaktu kontraksi. Gunakan kursi yang kecil agar tidak terlalu tinggi dan terasa nyaman. si Ibu bisa bersandar tanpa kursi bila diinginkan, letakkan satu kaki di depan, dan tekuk ke depan perlahan-lahan.
h.      Duduk dengan satu kaki di atas
Posisi yang tidak simetris memberikan banyak variasi. Cobalah mengangkat satu kaki waktu duduk. Si Ibu sebaiknya agak sedikit membungkuk ke arah kaki yang di angkat sewaktu kontraksi.
i.        Berlutut
Kadang kala berlutut menolong rasa sakit di punggung. Gunakan bola hamil atau bantal yang banyak. Di Rumah Sakit, angkat kasur dibagian kepala. Berlutut di bagian bawah kasur sambil mengistirahatkan tangan dan badan bagian atas di atas kasur.
j.        Jongkok
Posisi jongkok menolong membuka pelvis si Ibu, memberikan si bayi ruang untuk berputar sewaktu bergeran melalui lorong rahim. Jongkok juga membuat si Ibu mendorong lebih efektif sewaktu melahirkan. Gunakan kursi yang kuat atau palang jongkok yang disediakan di kasur untuk menahan. Jongkok dengan bertahan ke tembok atau ke suami juga diperbolehkan. Dilakukan terutama pada kala II.
Manfaatnya:
o   Membutuhkan usaha mengejan yang lebih sedikit
o   Meningkatkan perasaan ingin mengejan
o   Dapat mendorong penuruna janin
o   Dapat mengurangi nyeri punggung
o   Posisi jongkok tidak baik digunakan apabila ektremitas bawah cidera atau adanya kelemahan kaki.
o   Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi.
Kelebihan:
Merupakan posisi melahirkan yang alami karena memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah terlalu kuat mengejan.
Kekurangan:
Selain berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan
tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi.
k.      Merondang/Posisi Berpijak pada Tangan dan Lutut
Tidak perlu merasa malu untuk berposisi merondang sewaktu melahirkan. Posisi ini mengurangi tekanan pada tulang punggung, sehingga sakit punggung tidak akan terasa dan menolong memutar si Bayi ke posisi yang lebih enak untuk melahirkan. Posisi merondang juga memberikan si Bayi suplai oksigen lebih banyak.
Manfaatnya:
·         Mengurangi nyeri punggung
·         Mengurangi hemoroid
·         Dapat mengatasi detak jantung janin khususnya jika berkaitan dengan kompresi tali pusat
l.        Posisi dada-lutut terbuka
Posisi ini dapat digunakan pada kala I dan kala II. Caranya:
Wanita berlutut, bersandar kedepan untuk menyangga gaya berat tubuhnya pada kedua tangan. Lalu dada direndahkan kearah lantai, sehingga bokongnya lebih tinggi dbandingkan dengan dada. Pada posisi ini, kedua pinggul kurang fleksi (sudut > 90) dibandingkan dengan posisi dada-lutut tertutup yang biasa. Posisi yang lebih terbuka membuat panggul berada pada sudut yang sangat berbeda dibandingkan jika lutut ditarik kebawah batang tubuh.
Manfaatnya:
*      melindungi dari terjadinya gawat janin dengan prolaps tali pusat.
*      Dapat mengatasi masalah detak jantung janin.
*      Mengurangi nyeri punggung
*      Mengurangi hemoroid
3)      Sentuhan dan Massase
Relaksasi sentuhan mungkin akan membantu ibu rileks dengan cara pasangan menyentuh atau mengusap bagian tubuh ibu. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selam atahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorphin yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak.
Dalam persalinan, pijat juga membantu ibu merasa lebiih dekat dengan orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan sumber kenikmatan saat ibu sakit, lelah dan takut. Bagian tubuh ibu yang dapat dipijat adalah kepala, leher, punggung dan tungkai. Saat melakukan pemijatan dapat menggunakan minyak sayur, minyak pijat atau sedikit bedak supaya tangan agak licin dan ibu merasa nyaman.
Umumnya, ada 2 teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalinan, yaitu effluerage dan counterpressure. Effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan, effluerage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekana kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit.
Masase sangat baik dan merupakan cara lembut untuk membantu Anda merasa lebih segar selama persalinan. Sentuhan dan kelembutan masase membuat Anda relaks. Satu penelitian menunjukan bahwa wanita yang mendapat masase selama 20 menit setiap jam selama fase persalinan aktif merasa lebih tenang dan lebih terbebas dari nyeri.
Banyak bagian tubuh dari wanita yang menjalani persalinan dapat dimasase. Memijat kepala, leher, punggung, dan tungkai dapat memberikan kenyamanan dan relaksasi. Individu yang melakukan pemijatan harus benar-benar memberikan perhatian pada respon wanita yang dipijat untuk menentukan apakah tekanan diberikan dengan tepat.
Berbagai tipe pijatan memberikan efek pada wanita yang dipijat dengan berbagai cara berbeda. Anda dan pasangan Anda mungkin ingin melakukan dua jenis masase yang diuraikan di bawah ini baik untuk sebelum persalinan maupun untuk digunakan selama persalinan.
Effluerage Adalah masase dengan ujung jari yang ditekankan dengan lembut dan ringan di atas perut dan di atas paha. Masase ini digunakan selama persalinan dini. Mengusapnya dengan ringan, tetapi tidak memberikan tekanan yang kuat, dan ujung jari tidak pernah terlepas dari permukaan kulit. Mulailah dengan tangan pada kedua sisi pusar. Gerakan tangan ke arah atas dan ke arah luar pusar, dan kembali ke bagian pubik. Kemudian pindahkan kembali tangan ke arah pusar. Masase dapat diperluas sampai paha. Masase ini juga dapat dilakuakn sebagai gerakan saling menyilang, di sekitar sabuk pemantau janin.
4)      Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament
Pijatan Counterpressure Merupakan cara terbaik dalam menghilangkan nyeri punggung akibat persalinan. Letakkan tumit tangan atau bagian datar dari kepalan tangan (Anda juga dapat menggunakan bola tenis) di atas tulang ekor. Berikan tekanan kuat dalam gerakan melingkar kecil.
Pijat counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis. Tekanan dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif menghilangkan sakit punggung akibat persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi menerima rangsangan apapun pada tubuh. Bidan harus memahami hal ini dan menghormati keinginan ibu
5)      Pijatan ganda pada pinggul
Pijatan atau sentuhan pada area tertentu ternyata dapat mereduksi nyeri pasangan. Adapaun area yang bida dilakukan pemijatan yakni di area pinggul, punggung, dan lutut. Sirkulasi darah juga menjadi lancar sehingga nyeri berkurang.
6)      Penekanan pada lutut
7)      Kompres hangat dan kompres dingin
Memang tak menghilangkan keseluruhan nyeri namun setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air panas yang dibungkus handuk dan dicelup ke air dingin mengurangi pegal di punggung dan kram bila ditempel di punggung. Menaruh handuk dingin di wajah juga bisa mengurangi ketegangan
Pemanasan merupakan metode sederhana yang digunakan pada ibu untuk meredakan rasa sakit. Dalam persalinan, panas buatan dapat dilakukan dengan cara meletakkan botol air panas yang dibungkus dengan handuk di punggung, menggunakan kantong kain berisi kulit ari beras/gandum yang dipanaskan beberapa menit di microwave, melakukan pemijatan denagn cara menggosokkan tangan pendamping persalinan di punggung ibu. Pijatan ini akan menghangatkan kulit sekaligus merangsang tubuh melepaskan senyawa alamiah pereda sakit. Dingin buatan dapat dilakukan dengan cara mengompres punggung ibu menggunakan air es mengunakan washlap atau kantong kompres khusus untuk es.
Kompres biasanya dapat mengendalikan rasa nyeri juga memberikan rasa nyaman sekaligus meredakan ketegangan. Bungkus botol air panas dengan handuk dan celupkan kedalam air dingin untuk mengurangi pegal punggung dank ram. Gunakan pula handuk dingin di wajah untuk mengurangi ketegangan.
8)      Berendam
Air dapat menagtasi rasa sakit karena dapat menyebabkan relaksasi. Jika ibu merasa tegang, kontraksi menjadi sangat menyakitkan sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks tidak lancar. Air membantu ibu lebih rileks dan lebih dapat mengedalikan diri menghadapi kontraksi sehingga tidak terlalu menyakitkan. Selain itu di dalam air otot-otot ibu mengendur
9)      Teknik pernafasan yang tepat dapat mengurangi rasa sakit persalinan.
Teknik pernafasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teknik pernafasan pada kala I awal dan teknik pernafasan pada kala I akhir.
Ø  Teknik pernafasan kala I awal
Dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi dari awal sampai akhir kontraksi ibu diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan teratur melalui hidung dan keluarkan lewat mulut. Pada puncak kontraksi bernafaslah dengan ringan dan pendek-pendek melalui mulut tetapi jangan terlalu lama karena bisa mengakibatkan ibu kekurangan oksigen.


Ø  Teknik pernafasan kala I akhir
Kontraksi pada kala I akhir akan terjadi selama satu menit dan bisa terasa setiap menit. Agar ibu tidak mengejan terlalu awal minta ibu untuk mengatakan “huh-huh, pyuh”, sambil bernafas pendek-pendek lalu bernafaslah panjang. Setelah itu, bernafaslah perlahan dan teratur. Masa transisi ini merupakan masa yang paling sulit karena kontraksi akan sangat kuat, tetapi serviks belum membuka seluruhnya. Pada tahap ini, minta ibu jangan mengejan terlebih dahulu karena akan menyebabkan serviks oedema.
10)  Visualisasi dan pemusatan perhatian
Para penggagas metode ini percaya melahirkan dapat menyenangkan jika ibu melibatkan otak kanan dalam proses persalinan. Sehari-hari, manusia lebih banyak bekerja dengan menggunakan otak kiri. Di sisi lain, otak kanan yang menyimpan memori tentang keindahan, keyakinan, imajinasi, dan fantasi sering tidak diberdayakan. Padahal, dengan otak kanan kita mampu menyembuhkan diri dan menghilangkan rasa sakit termasuk dalam persalinan.
Pemberdayaan otak kanan untuk persalina yang bebas sakit pada dasarnya menanamkan keyakinan “melahirkan itu tidak sakit”. Hal ini tidak mudah diterima begitu saja sehingga otak kanan harus difungsikan meyakininya. Otak kanan adalah bagian yang mampu memvisualisasikan sesuatu seolah-olah itu nyata. Misalnya membayangkan seolah-olah sedang berada di taman bunga dan bayi sudah bersama ibu. Saat otak kanan mencapaii 8 – 13 Hz ternyata kondisi ini merupakan gelombang alfa atau relaksasi. Seseorang lebih mudah untuk memvisualisasikan serta merasa lebih nyaman dan tenang. Sementara pada ukuran 13-26 Hz, otak sangat lelah sehingga tingkat stress tinggi.
Orang mudah merasa sakit, letih dan jenuh. Setiap ibu bisa melakukan visualisasi. Sebaiknya latihan dilakukan sejak kandungan berusia dua bulan atau paling lambat tujuh bulan. Dengan visualisasi, ibu juga dibantu untuk tenang dan menghilangkan trauma atau naluri ekstra bawah sadar. Ibu dapat berlatih visualisai dalam waktu 7 x 2,5 jam (lebih baik di bawah bimbingan pelatih prof Tekhnik ini dengan mengarahkan sang ibu membayangkan sesuatu yang dapat membuatnya nyaman.
Ajak dia membayangkan sesuatu tempat yang memberikan dirinya tenang, seperti sawah yang terhampar luas dengan hijaunya dedaunan padi yang melambai-lambai ditiup angin sore. Atau ajak dia ke suasana laut yang mengajak kita untuk mendengarkan deburan ombak yang perlahan mengenai kaki kita yang tercelup dalam air laut di tepian pantai. Atau hal lainnya dimana Anda lebih tau bagaimana memberikan ketenangan pada istri Anda saat ia membutuhkan ketenangan ituesional).
11)  Musik
Musik dapat membantu ibu mengalihkan perhatian dari rasa nyeri sehingga ibu merasa rileks. Hal ini ditujukan bagi Anda yang memang suka dengan yang namanya mendengarkan alunan nada. Baik itu berupa alunan ayat Al-Qur’an yang Anda dengarkan, atau musik alam seperti suasana air terjun dengan gemricik air yang turun, atau dengan musik klasik
E.     PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIK DAN PSIKOLOGI IBU DAN ANAK
Pemenuhan Kebutuhan Fisik
ü  Kebersihan dan kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan berkeringat banyak, karena itu akan sangat mendambakan kesempatan untuk mandi atau bersiram jika ia bisa. Jika si ibu bisa berdiri ia akan senang bila bisa digosok tubuhnya dengan spons, khususnya bagian muka dan lehernya dengan air dingin. Sebuah gaun yang bersih dan adem akan sangat disukai dan sebuah kipas angin akan sangat menyejukkan. Mulutnya bisa disegarkan dengan jalan menggosok gigi. Ia mungkin pula ingin mengulum – ngulum es.
ü  Posisi
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari dan mau tak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya, menyarankan alternatif – alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bila ada anggota keluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendukung ibu, maka bidan bisa menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu tersebut.

ü  Kontak fisik
Si ibu mungkin tidak ingin bercakap – cakap tetapi ia mungkin akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Partnernya hendaknya didorong untuk mau berpegangan tangan dengannya, menggosok punggungnya, menyeka wajahnya dengan spons atau mungkin hanya mendekapnya. Sebagian pasangan suami istri mungkin ingin mempraktekkan dimana partnernya mengelus – elus perut dan paha wanita atau tehnik – tehnik lain yang serupa.
Mereka yang menginginkan kelahiran yang aktif bisa mencoba stimulasi puting dan klitoris untuk mendorong pelepasan oksitosin dari kelenjar pituitary dan dengan demikian merangsang kontraksi uterus secara alamiah. Hal ini juga akan merangsang produksi endogenous opiates, yang memberikan sedikit analgesia alamiah.
ü  Pijatan
Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin akan merasakan pijatan sangat meringankan. Sebagian wanita mungkin akan merasakan pijatan pada abdominal menyenangkan; elusan ringan diatas seluruh perut emang bisa terasa enak, dengan menggunakan kedua tangan dan melakukan ujung jari menyentuh daerah symphysis pubis, melintas diatas fundus uterus dan kemudian turun ke kedua sisi perut. 
ü  Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-tanda persalinan yang mempunyai sifat intermiten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris serta terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis. Karena his sifatnya menimbulkan rasa sakit, maka ibu disarankan menarik napas panjang dan kemudian anjurkan ibu untuk menahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his.
ü  Pemberian cairan dan nutrisi
Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu memastikan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan kelahiran bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin mengkonsumsi cairan. Maka bidan menganjurka anggota keluarga untuk menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan, karena makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi ini bila terjadi akan memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur.
Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
ü  Persiapan untuk persalinan
Pada suatu tahap dalam masa persalinannya semua wanita akan menyadari keharusan untuk melahirkan anaknya.
ü  Memberikan informasi
Idealnya setiap wanita yang hamil haruslah memperoleh kesempatan untuk membentuk hubungan dengan seorang bidan tertentu agar supaya advis bisa diberikan secara konsisten dan wanita tersebut akan merasa rileks dan bisa bebas meminta informasi. Dengan cara demikian setiap wanita akan bisa mendapatkan informasi sebanyak yang diinginkannya.
ü  Mengurangi kecemasan
Meskipun setiap wanita mungkin akan merasa sedikit takut tentang beberapa aspek dari kehamilan dan persalinan, banyak diantaranya merasa bahwa hal tersebut tidaklah berdasar.
ü  Keikutsertaan dalam perencanaan
Pasangan – pasangan yang bisa berpartisipasi dalam perencanaan asuhan mereka dengan cara ini akan merasa bahwa hal tersebut akan dianggap penting bagi para pemberi asuhan dan akan merasa lebih tenang dalam menghadapi seluruh pengalaman memasuki rumah sakit. Bidan harus ingat bahwa bagi pasangan – pasangan muda, sebuah rumah sakit itu bagaikan benda asing, lingkungan yang belum dikenal yang dihubungkan dengan sakit dan mati dan bahwa mungkin saja mereka belum pernah datang ke tempat seperti itu.



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)