Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Pengaruh Latihan Fisik Teratur Terhadap Perubahan Tekanan Darah




Pengaruh Latihan Fisik Teratur Terhadap Perubahan Tekanan Darah

Latihan fisik atau senam akan memberikan pengaruh yang baik terhadap berbagai macam sistem yang bekerja di dalam tubuh, salah satunya adalah sistem kardiovaskuler, dimana dengan latihan fisik yang benar dan teratur akan terjadi efisiensi kerja jantung.
Efisiensi kerja jantung ataupun kemampuan jantung akan meningkat sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Hal tersebut dapat berupa perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup, dan curah jantung (Daenuri dalam Syatria, 2006). Menurut Kusmana (dikutip dalam Anggraini, 2012), latihan fisik teratur akan menghasilkan penurunan tekanan darah dan akan menetap selama latihan fisik terus dilakukan.
Senam aerobik yang teratur dapat meningkatkan kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL, menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat, dan konsumsi oksigen miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin (Price & Wilson, 2006). Selain itu senam juga dapat mengontrol tekanan darah yang membantu menguatkan otot jantung dan memperbesar bilik jantung. Kedua hal ini akan meningkatkan efesiensi kerja jantung. Elastisitas pembuluh darah akan meningkat sehingga aliran darah akan lebih lancar (Kushartanti, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Barz (2011), menemukan bahwa latihan fisik pada usia lanjut efektif menurunkan tekanan darah dengan penurunan rata-rata pada tekanan darah sistolik 7,7 mmHg dan tekanan darah diastolik 4,2 mmHg. Penelitian Tristyaningsing (2009) juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi. Astari (2012) juga menemukan adanya penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi setelah melakukan senam lansia selama dua pekan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rismayanti dan Alim (2011) tentang pengaruh olahraga terprogram terhadap tekanan darah dan daya tahan kardiorespirasi, hasil penelitian didapatkan bahwa ada penurunan yang signifikan (p<0.05) tekanan darah pada atlet Pelatda Sleman Cabang tenis lapangan setelah mengikuti olahraga terpogram secara teratur selama 12 minggu.
Pada saat melakukan aktifitas fisik atau senam aerobik, tekanan darah akan meningkat. Naiknya tekanan darah tersebut merupakan bagian dari proses untuk mempersiapkan dan mempertahankan tubuh, karena selama beraktifitas terjadi peningkatan aliran darah ke otot-otot besar tubuh tetapi kenaikan tersebut hanya sebentar dan bersifat sementara (Oktavia, et al). Namun, setelah senam selesai tekanan darah akan turun sampai dibawah normal dan berlangsung selama 30-120 menit. Itulah sebabnya latihan olahraga secara teratur akan dapat menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang. Frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu, dengan lama latihan 20 - 60 menit sekali latihan (Sumosardjono, 2006).
Menurut Kusmana (dikutip dalam Anggraini, 2012), latihan fisik teratur akan menghasilkan penurunan tekanan darah dan akan menetap selama latihan fisik terus dilakukan. Menurut Syatria (2006), Penurunan tekanan darah ini antara lain terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Lama-kelamaan, latihan olahraga dapat melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, olahraga dapat mengurangi tahanan perifer
Penelitian menemukan bahwa lansia yang kurang aktifitas fisik lebih beresiko terkena hipertensi dibandingkan lansia yang aktif secara fisik (Kusumaratna & Gandasentana, 2011). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung maka olahraga akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah dan mencegah hipertensi (Libonati, 2012). Selain itu, Sukartini dan Nursalam (2006) juga menemukan bahwa latihan senam tera dapat meningkatkan kebugaran yang ditunjukkan dengan tekanan darah pada lansia yang stabil. Veronique & Robert (dikutip dalam Astari, 2012) menyatakan bahwa latihan aerobik dapat diterapkan sebagai manajemen hipertensi bukan hanya untuk pencegahan tetapi juga dapat menjaga kesehatan lansia.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)