Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH KOMPUTERISASI SOAP DAN SOAPIER



MAKALAH



KOMPUTERISASI SOAP DAN SOAPIER







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... Ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
A.    Model Pendokumentasian Asuhan Kebidanan..................................... 2
1.      POR (Problem Oriented Record)................................................... 2
2.      SOR (Source Oriented Record)...................................................... 5
3.      CBE (Charting By Exeption)......................................................... 5
4.      Kardeks........................................................................................... 7
5.      Komputerisasi................................................................................. 7
B.     Catatan Perkembangan......................................................................... 8
1.      SOAP.............................................................................................. 8
2.      SOAPIER....................................................................................... 12
3.      DAR............................................................................................... 13
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .......................................................................................... 15
B.     Saran..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pelayanan keperawatan/kebidanan merupakan pelayanan profesional dari pelayanan  kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan demikian, pelayanan keperawatan  dan kebidanan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit dan puskesmas.
Dokumentasi keperawatan dan kebidanan tidak hanya merupakan dokumen sah tapi juga instrumen untuk melindungi para pasien, perawat dan bidan secara sah; oleh karena itu, perawat/bidan  diharapkan  dapat bekerja  sesuai dengan standar profesional.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, antara lain:
1.         Definisi dari  dokumentasi
2.         Tujuan pendokumentasian dalam keperawatan/kebidanan
3.         Prinsip-prinsip pendokumentasian
4.         Teknik dokumentasi dalam pelayanan keperawatan/kebidanan
5.         Berbagai macam metode pendokumentasian

C.    Tujuan
1.         Untuk mengetahui apa itu dokumentasi
2.         Untuk memahami tujuan dokumentasi
3.         Untuk mengetahui prinsip-prinsip dokumentasi
4.         Untuk mengetahui teknik pendokumentasian
5.         Untuk mengetahui bagaimana menerapkan pelayanan keperawatan / kebidanan melalui pendokumentasian

BAB  II
PEMBAHASAN

            Tungpalan  (1983)  mengatakan bahwa “Dokumen  adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan  bukti  dalam persoalan hukum“.  Sedangkan pendokumentasian   adalah pekerjaan mencatat  atau merekam  peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting .
            Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan  dan  kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan  oleh perawat dan bidan  setelah memberi asuhan kepada pasen. Dokumentasi  merupakan suatu informasi  lengkap  meliputi  status kesehatan pasen, kebutuhan  pasen, kegiatan  asuhan keperawatan/kebidanan serta respons pasen  terhadap asuhan yang diterimanya.  Dengan demikian dokumentasi keperawatan/ kebidanan mempunyai porsi yang besar  dari catatan klinis pasen  yang menginformasikan  faktor tertentu atau  situasi yang terjadi  selama asuhan dilaksanakan. Disamping  itu catatan juga dapat sebagai wahana  komunikasi dan koordinasi  antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan.  
            Dokumentasi asuhan  keperawatan/kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan /kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar  dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap  tenaga keperawatan/kebidanan agar mampu  membuat dokumentasi keperawatan/kebidanan  secara baik dan benar.

A.         MODEL PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
Model Pendokumentasian ada 5, yaitu :
1.      POR (Problem Oriented record).
Pendekatan orientasi masalah pertama kali dikenalkan oleh Dr. Lawrence Weed tahun 1960 dari Amerika Serikat yang kemudian disesuaikan pemakaiannya oleh perawat. Dalam format aslinya pendekatan orientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegritas dengan sistem ini semua tim petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah.

Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu :
a.       Data Dasar
Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk Rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian keperawatan, riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien.
b.      Daftar Masalah
Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah. Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang yang diberi tanggung jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosio kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan.
c.       Daftar Awal Rencana Asuhan
Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis instruksinya, sedang perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan.
d.      Catatan Perkembangan (Progress Notes).
Progress Notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap – tiap masalah yang telah dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang sama. Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain :
SOAP (Subyektif data, Obyektif data, Analisis/Assesment dan Plan)
SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi)
PIE (Problem – Intervensi – Evaluasi).
Keuntungan :
1)      Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah klien dan proses penyelesaian masalah dari pada tugas dokumentasi
2)      Pencatatan tentang kontinuitas dari asuhan keperawatan
3)      Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat. Data disusun berdasrakan masalah yang spesifik
4)      Daftar masalah merupakan “checklist” untuk diagnosa keperawatan dan untuk masalah klien. Daftar masalah tersebut membantu mengingatkan perawat untuk suatu perhatian
5)      Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana tindakan keperawatan

Kerugian
:
1)      Penekanan pada hanya berdasarkan amalah, penyakit dan ketidak mampuan dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negative
2)      Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan tindakan atau timbulnya masalah yang baru
3)      Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah
4)      SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat
5)      Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet untuk pencatatan tidak tersedia
6)      P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan keperawatan.

2.      SOR (Source Oriented record).
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatn masing-masing.
Keuntungan :
1.      Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi
2.      Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana informasi akan dicatat
3.      Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan, intervensi dan respon klien atau hasil
Kerugian :
1.      Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi karena tidak berdasarkan urutan waktu
2.      Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya, tanpa harus mengulang pada awal
3.      Superficial pencatatan tanpa data yang jelas
4.      Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan tindakan kepada klien
5.      Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak
6.      Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa 
7.      Perkembangan klien sulit di monitor.

3.      CBE (Charting By Exeption).
CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Keuntungan CBE yaitu mengurangi penggunaan waktu untuk mencatat sehingga lebih banyak waktu untuk asuhan langsung pada klien, lebih menekankan pada data yang penting saja, mudah untuk mencari data yang penting, pencatatan langsung ketika memberikan asuhan, pengkajian yang terstandar, meningkatkan komunikasi antara tenaga kesehatan, lebih mudah melacak respons klien dan lebih murah.
CBE mengintegrasikan 3 komponen penting, yaitu :
a)      Lembar alur (flowsheet)
b)      Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik
c)      Formulir diletakkan di tempat tidur klien sehingga dapat segera digunakan untuk pencatatan dan tidak perlu memindahlan data.
Keuntungan :
1.         Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi
2.         Data yang tidak normal nampak jelas
3.         Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami
4.         Data normal atau respon yang diharapkan tidak menganggu informasi lain
5.         Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan
6.         Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi
7.         Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya
8.         Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien
9.         Jumlah halaman lebuh sedikit digunakan dalam dokumentasi
10.     Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen

Kerugian :
1.         Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada “checklist” 
2.         Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada
3.         Pencatatan rutin sering diabaikan
4.         Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan
5.         Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain
6.         Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian.

4.      Kardeks.
Sistem ini terdiri dari serangkaian kartu yang disimpan pada indeks file yang dapat dengan mudah dipindahkan yang berisikan informasi yang diperlukan untuk asuhan setiap hari. Informasi yang terdapat dalam kardeks meliputi : data demografi dasar, diagnosis medik utama, instruksi dokter terakhir yang harus dilaksanakan perawat, rencana asuhan keperawatan tertulis 9digunakan jika rencana formal tidak ditemukan dalam catatan klien), instruksi keperawatan, jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan, tindak pencegahan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan serta faktor yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari.
Potter dan Perry (1989) menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan rencana asuhan pada kardeks, yaitu : rencana asuhan ditulis ketika perawat :
a)      Membahas tentang masalah kebutuhan klien
b)      Melakukan rode setelah identifikasi atau peninjauan masalah klien
c)      Setelah diskusi dengan anggota tim kesehatan lain yang bertanggung jawab terhadap klien
d)     Setelah berinteraksi dengan klien dan keluarganya.

5.      Komputerisasi.
Sistem dokumentasi dengan menggunakan komputer sudah makin luas digunakan di Rumah sakit dan instruksi pelayanan kesehatan terutama di negara yang telah berkembang. Perawat adalah pemakai utama sistem yang mengintegrasikan semua sumber informasi ini, serta memungkinkan semua tenaga kesehatan untuk dapat menggunakan informasi tersebut.



B.     CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Ada  beberapa bentuk  format  dokumentasi  yang dapat  digunakan   perawat  untuk  mengidentifikasi dan  mengatasi  masalah  pasen  antara lain :

1.      S O A P

Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasen.

S        : Subjective     à Pernyataan atau keluhan dari pasen

O       : Objective       à Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.

A       : Analisys        à Kesimpulan dari objektif dan subjektif

P        : Planning        à Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis

 

Contoh   S O A P  :      

TGL.
WAKTU
MASALAH
S . O . A . P
30/6/01             
Jam  14.00          
Integritas  kulit
S  : pasien mengeluh  rasa nyeri sekitar    luka ketika dipalpasi



O : pada balutan  luka terlihat warna  jambu dan tidak berbau
A  : luka memperlihatkan tanda awal dari
       penyembuhan
 P : teruskan  perawatan  luka.    

 

Tanda tangan   : Zr   Aminah

 



Contoh Kasus I :
TINJAUAN KASUS Ibu Hamil 
Ny. A berumur 28 tahun datang ke Puskesmas untuk periksa hamil tanggal 7 Maret 2007. hamil ini adalah kehamilan yang kedua dan belum pernah abortus, HPHT : 28 Mei 2006. Ibu mengatakan pusing, lemas, pandangan berkunang-kunang. Dari hasil pemeriksaan ditemukan TD : 100/90 mmhg, S : 36 oC, M : 80 x / mnt, Rr “ 20 x / mnt, Hb : 8 gram%, kunjungtiva pucat dan DJJ 144 x / mnt teratur, terdengar di perut ibu sebelah kiri.
S = Subjek
Ny. A umur 28 tahun, periksa hamil tanggal 7 Maret 2007.
Dengan keluhan pusing, lemas, dan pandangan mata berkunang-kunang.
Diketahui HDHT : 28 Mei 2006.
O = Objektif
K/U ibu baik, kesadaran composmentis.
Pemeriksaan TTV
TD = 100 / 90 mmHg M = 80 x / mnt
S = 36 oC Rr = 20 x / mnt
Pemeriksaan fisik
Head to toe
Pemeriksaan Palpasi
Leopold I = TFU : 30 cm, teraba bagian bulat, lunak, tidak ada lentingan (bokong janin).
Leopold II = - Sebelah kanan ibu teraba bagan-bagian kecil janin (eksterminas
janin).
-          Sebelah kiri ibu teraba bagian keras, panjang ada tahanan
(punggung janin).
Leopold III = Teraba bagian bulat, keras ada lentingan (kepala janin)
Leopold IV = Konvergen 5/5 bagian.
Pemeriksaan Auskultasi
DJJ : 144 x / mnt
PM : terdengar jelas, 2 jam dibawah pusat kiri ibu
Pemeriksaan Laboratorium 
Hb : 8 gram%
A = Assesment
G2P1AO hamil pada 32 minggu umur 28 tahun
Janin hidup tunggal intra uterin, letak memanjang, presentasi kepala, PUKL 5/5 bagian

Primuda dengan anemia ringan
P = Planning
Beritahu hasil pemeriksaan.
Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perkerjaan yang terlalu berat.
Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan makan dilakukan lebih sering dalam jumlah lebih sedikit.
Anjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan perjalanan jauh.
Anjurkan kepada ibu untuk melakukan konsumsi vitamin setiap hari 1 tablet.
Anjurkan kepada ibu untuk minum obat zat besi dan asam sulfat.
Anjurkan kepada ibu untuk olahraga ringan di pagi hari sebelum melakukan aktivitas.
Anjurkan kepada ibu untuk periksa laboratorium untuk mengetahui apakah Hbnya sudah naik atau belum.
Anjurkankepada ibu untuk kontrol ulang 2 minggu lagi.
E = Evaluasi
Ibu mengerti hasil pemeriksaan.
Ibu bersedia melaksanakan semua anjuran dari bidan.
ibu mau datang dan periksa 2 minggu lagi.

Contoh kasus 2 :
Ny. Anna usia 26 tahun melakukan kunjungan ANC kedua hamil kedua melahirkan 1 kali 2 kali tidak pernah abortus. Dia sudah pernah melakukan kunjungan ANC I 3 bulan yang lalu usia kehamilan pada saat itu 12 minggu ia mengatakan bahwa ia baik-baik saja pembesaran perut sesuai kehamilan. Ia mengeluh sering merasa letih, pernah operasi usus buntu pada usia 17 tahun ia mengalami konstipasi dan gusi berdarah Djj 140 x/mnt, tekanan darah 160/100, 37 oC, nadi 84 x/mnt, pernafasan 16/mnt, TFU 23 cm, Hb 12 gr %, kaki eodem
Jawab :
S : Ny. Anna 26 tahun mengeluh sering letih, pernah operasi usus buntu saat 17 tahun, konstipasi dan gusi berdarah, merasa baik-baik saja, ANC I 3 bulan yang lalu, hamil 2 melahirkan 1 x tidak pernah gbr
O : G2 P1 Ao hamil 24 minggu. Px fisik Djj 140 x/mnt, TD 160/100 mmHg, suhu 37 oC, N : 84 x/mnt, R : 16 x/mnt, TFU 23 cm. Px lab 12 gr %, kaki oedem, perbesarn perut sesuai untuk
A : Umur 26 tahun G2 P1 Ao hamil 24 minggu janin 1 hidup intrauterin dengan PER, konstipasi dan gusi bedarah
P : - Kaji tanda-tanda bahaya kejang, perdarahan
-          Diit vitamin
-          Pemeriksaan lab : proteiniuri
-          Asuhan rutin, pemberian tablet fe 30-50 mg/hari, asam folat 50 mg/hari
-          Perencanaan kunjungan ulang
-          Konseling gizi, higiene
Konstipasi dan gusi berdarah Å  dx nomenklatur Å  RS ketidaknyamanan biasa pada kehamilan
Ny. Anna 26 tahun Å  dx kebidanan
Janin 1 hidup Å  dx masalah
-          Menjelaskan pada ibu bahwa ibu menderita PEB
-          Kolaborasi
-          Diet TKTP


Contoh kasus 3 :
Ibu Sofi melakukan kunjungan antenatal ketiga pada usia 31 tahun G3 P2 Ao terakhir datang 11 minggu yang lalu. Ketika ia sudah hamil (21 minggu) bayinya yang kedua lahir dengan prematur persis 1 tahun yang lalu, tetapi keadaannya baik-baik saja.
Ia mengeluh pergelangan kakinya yang bengkak dan merasa terganggu dengan rasa sakit dibagian belakang dan panas dalam TD 110/60 mmHg, Djj 140 x/menit, TFU : 31,5 cm, edema kaki positif dua-duanya. Px lab Hb : 11,5 gr %
Jawab
S : Ny. Sofi 31 tahun kunjungan ANC II
-          ANC 11 minggu yang lalu
-          Bayi yang kedua lahir prematur 1 tahun lalu, keadaannya baik-baik saja
-          Ia mengeluh pergelangan kakinya bengkak, rasa sakit dibagian belakang dan panas dalam
O : G3 P2 Ao hamil 32 minggu
Djj 140 x
TD 110/60 mmHg
TFU 31,5 cm
Edema kaki + dua-duanya
Px lab Hb 11,5 gr %
A : Ny. Sofi umur 31 tahun G3 P2 Ao hamil 32 minggu janin 1 hidup intra uterin dengan rasa ketidaknyamanan biasa pada kehamilan
P : Menjelaskan pada ibu bahwa ibu menderita ketidaknyamanan biasa pada kehamilan konselin gizi, higiene tubuh dan vulva
-          Asuhan rutin pemberian Fe 30-50 mg/hari, vitamin C dan asam folat 50 mg/hari
-          Anjurkan ibu berbaring meninggikan kaki untuk menghilangkan bengkak pada pergelangan kaki
-          Anjurkan ibu berbaring miring ke kiri untuk mengurangi rasa sakit dibagian belakang

2.      S  O A P I E R

Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.
S            : Subjective                 à Pernyataan atau keluhan pasien
O            : Objective       à Data yang diobservasi
A            : Analisis         à Kesimpulan berdasarkan data objektif dan subjektif
P            : Planning                    à Apa yang dilakukan terhadap masalah
I : Implementation         à Bagaimana dilakukan
E            : Evaluation                 à Respons pasen terhadap tindakan keperawatan
R            : Revised         à Apakah rencana keperawatan akan dirubah

CONTOH   S O A P I E R :

TGL.                

WAKTU

     MASALAH

S . O . A . P . I . E . R
30/6/01


17.00
Luka  Infeksi
  
S :  Pasien mengeluh  nyeri sekitar  luka    ketika dipalpasi
O : Pada  balutan luka terlihat  ada   nanah dan  berbau
A : Terjadi infeksi  pada luka

P  : Teruskan  perawatan luka

I   :  Basahi luka  dengan NaCl   0,9% sesuai instruksi
E  : Luka masih  bernanah
R  : Ganti balutan menjadi 2 kali/hari

3.      D  .  A  .  R.

Format dokumentasi  D. A. R membantu perawat untuk mengatur pemikirannya dan memberikan struktur yang dapat meningkatkan pemecahan masalah yang kreatif. Komunikasi yang terstruktur akan mempermudah konsistensi penyelesaian masalah di antara tim kesehatan.
D

Data.   Data objektif dan subjektif yang mendukung masalah
A

Action. Tindakan yang segera harus dilakukan untuk mengatasi   masalah
R

Respons.          Respons pasen terhadap tindakan perawat sekaligus melihat tindakan yang telah dilakukan berhasil/tidak







CONTOH    D . A . R
TGL.

WAKTU

MASALAH
D . A . R
3/2/99

21.00
Nyeri/Pain

D :  Pasien  menangis ketika  mau  b.a k.   karena merasa panas  dan nyeri.
A :  Diberikan Pyiridium  200 mg sesuai   
       instruksi dokter
R : Pasen masih kesakitan.
3/2/99


23.00              
Potensial Infeksi




Peningkatan Suhu



D : Penting, pasien, malam hari, b.a.k (6     
      kali, warna kuning butek.
A :  Urin kultur, awasi tanda vital, 
        banyak minum, bed rest.

D  : Suhu  39,5 0C
A  : Oral antipiretik sesuai instruksi
R  : Tidak ada rasa sakit, b a k (1 kali), suhu 39,3 0C

                                                                                    Tanda tangan ---------Zr. Ana.












BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa pendokumentasian metode komputerisasi mengenai SOAP dan SOAPIER merupakan suatu hal yang penting bagi tenaga kesehatan khususnya bagi bidan, karena sebagai catatan otentik yang penting dalam memberikan asuhan kebidanan.
Keperawatan dan  Kebidanan di Indonesia sebagai suatu profesi  yang sedang  dalam  proses  memperjuangkan  penerimaan  profesi yang mandiri  oleh masyarakat membutuhkan upaya aktualisasi diri dalam memberikan  pelayanan  profesional. Semua ini dapat dicapai  apabila perawat/bidan mampu menunjukan kemampuannya baik dalam bidang  pengetahuan, sikap,  dan  ketrampilan  yang didasari oleh ilmu yang jelas, serta mendokumentasikan  semua hasil kerja yang telah dilaksanakan  secara baik dan benar. Akhirnya dokumentasi dapat meningkatkan  kesinambungan perawatan pasen, dan menguatkan akontabilitas, dan tanggungjawab  perawat/bidan  dalam mengimpelemen-tasikan,  dan mengevaluasi  pelayanan  yang diberikan  serta membantu  institusi  untuk memenuhi  syarat akreditasi dan hukum.

B.       Saran
Dalam penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan  bagi semua pembaca makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E & Burley. T.J. (1995) Aplication of Nursing Process and Nrusing Diagnosis.  Pennsylvania USA.

Eggland, E., Th, (1994) Nursing Documentation; Charting, Recording, Reporting, J.B. Lipppincot Company.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)