Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (BBL)





Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (BBL)



PENDAHULUAN

Menurut Who Health Organization (WHO) proporsi kematian bayi baru lahir di dunia sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru lahir pertahun dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir pada bulan pertama di Asia tenggara. Hanya sedikit negara di Asia Tenggara yang mempunyai sistem registrasi kelahiran yang baik sehingga tidak diperoleh data yang akurat tentang jumlah kematian bayi baru lahir atau pun kematian pada bulan pertama. Dalam Kenyataannya, penurunan angka kematian bayi baru lahir di setiap negara di Asia Tenggara masih sangat lambat. Perkiraan kematian yang terjadi karena tetanus adalah sekitar 550.000 lebih dari 50 % kematian yang terjadi di Afrika dan Asia Tenggara disebabkan karena Infeksi pada tali pusat pada umumnya menjadi tempat masuk utama bakteri, terutama apabila diberikan sesuatu yang tidak steril (Sarwono, 2008).
Merawat tali pusat juga penting untuk mencegah tetanus neonatorum, yang dapat menyebabkan kematian. Tubuh bayi yang baru lahir belum cukup kuat menangkal kuman infeksi. Karena itu, tali pusat harus dalam keadaan bersih dan tetap kering sampai tali pusat mengering, menyusut, dan lepas dari pusat bayi (Iis Sinsin, 2008).
Tetanus pada bayi yang baru lahir disebabkan kuman Clostridium tetani. Biasanya terjadi pada bayi berusia kurang satu bulan akibat pemotongan tali pusat tidak bersih. Selain itu, tetanus dapat disebabkan tali pusat yang diberi macam-macam ramuan. Ibu yang tidak mendapat suntikan tetanus toksoid lengkap sewaktu hamil akan membuat ibu dan bayi berisiko terserang kuman tetanus (Iis Sinsin, 2008).
Sehingga penulis menyusun makalah satuan acara penyuluhan (SAP) dengan tema Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (BBL).




SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik                 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Subtopik            : Perawatan Tali Pusat Sehari – hari
Sasaran              : Ibu Hamil
Jumlah sasaran : 10 orang
Hari/tanggal       :
Waktu                : 30 menit
Tempat               :
A.    TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat mengerti dan memahami tentang perawatan tali pusat sehari – hari  yang baik dan benar.
B.     \\
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan peserta \dapat mengeti dan mampu menjelaskan kembali tentang perawatan tali pusat bayi \baru lahir yang baik dan benar.

C.     MATERI
Terlampir

D.    MEDIA
1.      Materi SAP
2.      Leaplet

E.     METODE
Ceramah Tanya jawab






F.      KEGIATAN PENYULUHAN

No
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Ibu
1.
Pembukaan
(5 menit)
-     Mengucapkan salam
-     Menyampaikan tujuan
-     Menjawab salam
-     Mendengarkan
2.
Inti
(15  menit)
-Memberikan pengetahuan tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yang baik dan benar
-Memeragakan dan melatih teknik perawatan tali pusat yang baik dan benar
-Menggali pengalaman peserta setelah dilakukan tindakan.  
-   Mendengarkan
-Memperhatikan
- menceritakan pengalamannya dan berdiskusi dengan mahasiswa (penyuluh
3.
Penutup
(10 menit)
-     Tanya jawab
-     Evaluasi
-     Menyimpulkan hasil penyuluhan
-     Menutup penyuluhan dengan Salam
-     Megajukan pertanyaan,
-     Menjawab
-     Menjawab salam


G.    EVALUASI
Metode Evaluasi    : Diskusi dan Tanya Jawab
Jumlah soal           : 4  soal
Jenis pertanyaan    :
1)      Apa yang di maksud dengan perawatan tali pusat ?
2)      Apa Tujuan dari perawatan tali pusat ?
3)      Apa yang akan terjadi jika perawtan tali pusat kurang baik ?
4)      Bagaimana Cara Perawatan Tali Pusat yang benar ?


PERAWATAN TALI PUSAT
1.      Pengertian Tali pusat
Tali pusat atau dalam istilah medis dikenal dengan funiculus umbilikalis merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjang normal kurang dari 40 cm. Tali pusat merupakan jembatan penghubung antara plasenta dan janin. Jadi tali pusat tidak hanya mencakup fungsi pernapasan saja, tapi seluruh aktivitas yang ada di plasenta yakni menyalurkan zat-zat yang dibutuhkan oleh janin, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serta berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa yang tidak dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida. Lalu, akan dikembalikan ke peredaran darah ibu yang kemudian dieksresikan dari tubuh ibu (Riksani, 2012).
Tali pusat adalah jaringan unik yang terdiri dari dua arteri dan satu vena yang tertutup oleh jaringan pengikat mukoid yang dikenal sebagai Wharton’s jelly, yang ditutup oleh satu lapisan tipis membrane mukosa (kelanjutan dari amnion). Selama hamil, plasenta menyediakan semua nutrient untuk pertumbuhan dan menghilangkan produk sisa secara terus-menerus melalui tali pusat. Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras dan berubah warnanya menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering). Proses ini dibantu oleh paparan udara. Pembuluh umbilical tetap berfungsi selama beberapa hari, setelah resiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali pusat terpisah (Trotter, 2010)
Tali pusat terdiri dari bagian maternal (desidua basalis) dan bagian janin (vili korionik). Permukaan maternal lebih memerah dan terbagi menjadi beberapa bagian (kotiledon). Permukaan fetal ditutupi dengan membran amniotik dan merupakan membran yang halus serta berwarna kelabu dengan tonjolan pembuluh darah sehingga tali pusat tidak hanya sebagai penyalur sumber makanan dan sebagai penyaring bagi janin (Sarwono, 2010)
Jadi kesimpulnnya Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan.  Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin.  Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.

2.      Pengertian Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat (Sodikin, 2009).
Perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat bayi, alat dan bahan yang digunakan hanya kassa steril, air dan sabun. (Hidayat, 2009).
Perawatan tali pusat adalah upaya untuk mencegah infeksi tali pusat dengan tindakan sederhana yakni tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat (Sodikin,2012)
Jadi kesimpulannya perawatan tali pusat merupakan suatu tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput, dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat/ puput tali pusat.

3.      Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan dari perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009) ada empat, yaitu:
a.       Mencegah terjadinya infeksi.
b.      Mempercepat proses pengeringan tali pusat.
c.       Mempercepat terlepasnya tali pusat.
d.      Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.

4.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009), yaitu :
a.       Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.
b.      Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan bersih
c.       Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
d.      Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat.
e.       Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat
f.       Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas kesehatan.
g.       
5.      Waktu Perawatan Tali Pusat Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009), yaitu :
a.       Sehabis mandi pagi atau sore.
b.      Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh air kencing atau kotoran bayi.
c.       Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.

6.      Hal-hal yang akan terjadi jika perawatan tali pusat kurang baik
Menurut Sodikin (2012), Perawatan tali pusat tidak steril akan mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan pada bayi, diantaranya tetanus neonatorum dan omfalitis. Untuk mencegah hal tersebut ibu di tekankan untuk mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi tali pusat bayi mereka yang dapat disebabkan karena spora Clostridium tetani dan bakteri stapilokokus, streptokokus, atau bakteri gram negatife.  tanda dan gejala infeksi tali pusat pada bayi yaitu bayi tiba-tiba panas dan tidak mau menetek atau tidak dapat menyusu karena trismus (sebelumnya bayi menyusu seperti biasa), adanya mulut yang mencucu seperti mulut ikan (karpermond), mudah dan sering kejang disertai sianosis, suhu meningkat, kuduk kaku, sampai opistotonus.
Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan tetanus bayi, yang ditandai dengan :
1)        Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor, yang kemungkinan tapi pusat bernanah.
2)        Kesulitan menyusui
3)        Mulut tidak bisa dibuka
4)        Kejang-kejang bila disentuh, kena sinar atau mendengar suara keras
5)        Kadang demam (Iis Sinsin, 2008).

7. Cara Perawatan Tali Pusat
Menurut rekomendasi WHO, untuk perawatan sehari-hari tali pusat cukup dengan membersihkan tali pusat dengan air dan sabun. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Dore membuktikan adanya perbedaan perawatan antara perawatan tali pusat yang menggunakan alkohol pembesih dan dibalut kain steril. Ia menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan cara alami lebih cepat dalam waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan alkohol.                         Penelitian lainnya yang dilakukan Kurniawati menyimpulkan bahwa perawatan tali pusat dengan menggunakan prinsip udara terbuka (tidak menutup tali pusat menggunakan kassa/pembalut), waktu yang dibutuhkan untuk mengering lebih cepat dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan Air Susu Ibu (ASI).
Menurut Surat edaran tentang panduan ini, pertama kali dipublikasikan pada tahun 2004 dan sesuai dengan nasihat terbaru berdasarkan bukti yang ada (Trotter,2008b) memberitahukan perawatan tali pusat dengan menjagalah area sekitar tali pusat agar tetap bersih dan kering. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan membiarkan daerah ini dan tidak memberikan apapun setelah mandi pertama kali dalam air bersih biasa, tepuk-tepuk agar kering dengan handuk bersih. Lipat kembali popok, pada setiap kali ganti, sampai tali pusat lepas (Trotter, 2010).
Kesimpulannya Menurut saya, perawatan tali pusat yang baik yaitu tali pusat harus tetap bersih dan kering ditutup dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun, dan juga perlu diperhatikan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan tali pusat, berbau dan bernanah, serta suhu tubuh bayi meningkat.

Penatalaksanaan perawatan tali pusat (Panduan APN, 2010)
Peralatan Yang Dibutuhkan: 
1.        2 Air DTT, hangat, (a) untuk membasahi dan menyabuni, (b) untuk membilas 
2.        Washlap kering dan basah 
3.        Sabun bayi 
4.        Kassa steril 
5.        1 set pakaian bayi

Prosedur Perawatan Tali Pusat: 
1.             Cuci tangan. 
2.             Dekatkan alat. 
3.             Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju, bedong yang sudah digelar. 
4.             Buka bedong bayi. 
5.             Lepas bungkus tali pusat. 
6.             Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka sampai kaki/ atas ke bawah. 
7.   Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih. 
8.   Bersihkan tali pusat, dengan cara:
a.  Pegang bagian ujung
b. Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang
c. Disabuni pada bagian batang dan pangkal
d. Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang
e. Keringkan sisa air dengan kassa steril
f. Tali pusat tidak dibungkus. 
9.  Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di pinggir. Keuntungan : Tali pusatnya tidak lembab, jik0a pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian popok dulu. 
10.  Bereskan alat. 
11.  Cuci tangan.



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)