Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

KONSEP DASAR SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)




KONSEP DASAR SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT  (STBM)

1.        Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.(18) Pendekatan partisipatif ini mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi melalui proses pemicuan yang menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang pencemaran lingkungan akibat BABS.

Sedangkan dasar pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah Keputusan Menteri Kesehatan nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Sejarah lahirnya pedoman ini antara lain didahului dengan adanya kerjasaman antara pemerintah dengan Bank Dunia berupa implementasi proyek Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (SToPS). Kemudian pada tahun 2008 lahir Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional. Strategi ini pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.

2.        Tujuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Tujuan Program Sanitasi Total adalah menciptakan suatu kondisi masyarakat (pada suatu wilayah) :
a.         Mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat
b.         Mencuci tangan pakai sabun dan benar sebelum makan, setelah BAB, sebelum memegang bayi setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan.
c.         Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman.
d.        Mengelola sampah dengan baik.
e.         Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat).
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah social budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar di sembarang tempat, sehingga tujuan akhir pendekatan ini adalah merubah cara pandang dan perilaku sanitasi yang memicu terjadinya pembangunan jamban dengan inisiatif masyarakat sendiri tanpa subsidi dari pihak luar serta menimbulkan kesadaran bahwa kebiasaan BABS adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama.

3.        Prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Prinsip dalam pelaksanaan pemicuan ini yang harus diperhatikan adalah tanpa subsidi, tidak menggurui, tidak memaksa dan mempromosikan  jamban, masyarakat sebagai pemimpin, totalitas dan seluruh masyarakat terlibat.

4.        Tingkat partisipasi masyarakat
Masyarakat sasaran dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tidak dipaksa untuk menerapkan kegiatan program tersebut, akan tetapi program ini berupaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatannya. Tingkat partisipasi masyarakat dalam STBM dimulai tingkat partisipasi yang terendah sampai tertinggi :
a.         Masyarakat hanya menerima informasi; keterlibatan masyarakat hanya sampai diberi informasi (misalnya melalui pengumuman) dan bagaimana informasi itu diberikan ditentukan oleh si pemberi informasi (pihak tertentu).
b.         Masyarakat mulai diajak untuk berunding. Pada level ini sudah ada komunikasi 2 arah, dimana masyarakat mulai diajak untuk diskusi atau berunding. Dalam tahap ini meskipun sudah dilibatkan dalam suatu perundingan, pembuat keputusan adalah orang luar atau orang-orang tertentu.
c.         Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar, pada tahap ini masyarakat telah diajak untuk membuat keputusan secara bersama-sama untuk kegiatan yang dilaksanakan.
d.        Masyarakat mulai mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan, pada tahap ini masyarakat tidak hanya membuat keputusan, akan tetapi telah ikut dalam kegiatan kontrol pelaksanaan program.
Dari keempat tingkatan partisipasi tersebut, yang diperlukan dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah tingkat partisipasi tertinggi dimana masyarakat tidak hanya diberi informasi, tidak hanya diajak berunding tetapi sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan dan bahkan sudah mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya masyarakat itu sendiri serta terhadap keputusan yang mereka buat. Dalam prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat telah disebutkan bahwa keputusan bersama dan action bersama dari masyarakat itu sendiri merupakan kunci utama.

5.        Metode  Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
a.       Alat utama PRA dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pemetaan, yang bertujuan untuk mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat serta sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi masyarakat).
b.      Transect Walk, bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya.
c.       Alur Kontaminasi (Oral Fecal); mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.
d.      Simulasi air yang telah terkontaminasi; mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya
e.       Diskusi Kelompok (FGD); bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Pembahasannya meliputi:
1)        FGD untuk menghitung jumlah tinja dari masyarakat yang BAB di sembarang tempat selama 1 hari, 1 bulan, dan dalam 1 tahunnya.
2)        FGD tentang privacy, agama, kemiskinan, dan lain-lain
3)        Elemen-elemen yang harus dipicu, dan alat-alat PRA yang digunakan untuk pemicuan faktor-faktor tersebut.

6.        Rencana Kerja dan Indikator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
a.       Rencana Kerja
Setiap pelaku pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat mengembangkan rencana aksi serta pembinaannya untuk pencapaian sanitasi total yang disampaikan kepada pemerintah daerah.
b.      Indikator
1)      Output
a)        Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air disembarang tempat (ODF).
b)        Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
c)        Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas tersedia fasilitas cuci tangan sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
d)       Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
e)        Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar
2)      Outcome
Menurunnya kejadian diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. (2)

7.        Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
a.       Penciptaan Lingkungan Yang Kondusif
1)      Prinsip
Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepantingan lainnya dalam meningkatkan perilaku higienis dan saniter.
2)      Pokok Kegiatan
a)      Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang.
b)      Mengambangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah
c)      Meningkatkan kemitraan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
d)     Organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Swasta
b.      Peningkatan Kebutuhan
1)      Prinsip
Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total.
2)      Pokok kegiatan
a)        Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan
b)        Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan perilaku komunitas
c)        Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat.
d)       Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat.
e)        Mengembangkan system penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total.
c.       Peningkatan penyediaan
1)      Prinsip
Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi  yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2)      Pokok kegiatan
a)      Meningkatkan kapasitas produksi swasta local dalam penyediaan sarana sanitasi
b)      Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasa, lembaga keuangan dan pengusaha local dalam penyediaan sarana sanitasi.
c)      Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna
d.      Pengelolaan pengetahuan (Knowledge Management)
1)        Prinsip
Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalam sanitasi total
2)        Pokok kegiatan
a)      Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi
b)      Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi di Indonesia
c)      Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam kurikulum pendidikan.
e.       Pembiayaan
1)      Prinsip
Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar
2)      Pokok kegiatan
a)        Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri
b)        Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong)
c)        Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi komunal
f.       Pemantauan dan Evaluasi
1)        Prinsip
Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.
2)        Pokok kegiatan
a)      Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat
b)      Pemerintah Daerah mengembangkan system pemantauan dan pengelolaan data
c)      Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan-kegiatan lain sejenis
d)     Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan system pemantauan berjenjang (16).


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)