KONSEP DASAR
OPEN DEFECATION FREE (ODF) / BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS)
1.
Pengertian BABS
Perilaku buang air besar sembarangan (BABS/Open defecation)
termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open defecation
adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak –
semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar
mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.
2.
Pengertian Tinja
Tinja adalah bahan buangan
yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari
proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan. Dalam aspek
kesehatan masyarakat, berbagai jenis kotoran manusia yang diutamakan adalah
tinja dan urin karena kedua bahan buangan ini dapat menjadi sumber penyebab
timbulnya penyakit saluran pencernaan.
Manusia mengeluarkan tinja rata – rata seberat 100 - 200 gram
per hari, namun berat tinja yang dikeluarkan tergantung pola makan. Setiap
orang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 85 – 140
gram kering perorang/ hari dan perkiraan berat basah tinja manusia tanpa air
seni adalah 135 – 270 gram perorang/hari. Dalam keadaan normal susunan tinja
sekitar ¾ merupakan air dan ¼ zat padat terdiri dari 30% bakteri mati, 10 – 20%
lemak, 10 – 20% zat anorganik, 2 – 3% protein dan 30 % sisa – sisa makanan yang
tidak dapat dicerna.
3.
Permasalahan yang
Timbul Akibat Tinja
Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan
akibat buruknya penanganan buangan tinja:
a. Mikroba
Tinja
manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja.
Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab
hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi
yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPENNAS menyebutkan, tifus mencapai 800
kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara
lain sudah sangat jarang.
b.
Materi Organik
Kotoran
manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tida k tercerna. Ia dapat
berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel
mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg
BODS (kandungan bahan organik).
c.
Telur Cacing
Seseorang
yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing.
Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing
gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing
yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian
yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan
cacing gela ng. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
d.
Nutrien
Umumnya
merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa
protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium,
sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung
amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu
pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang
menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.(16)
4.
Pengertian Open
Defecation Free (ODF)
Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja
yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan
rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada
jamban (sehat) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas. Sedangkan Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation
Free) adalah Desa/kelurahan yang
100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu mencapai
perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (1)
5.
Karakteristik Desa ODF
(Open Defecation Free)
Satu
komunitas/masyarakat dikatakan telah ODF jika :
a. Semua masyarakat telah BAB hanya di
jamban dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban.
b.
Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan
sekitar.
c.
Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan
tinja/kotoran manusia.
d.
Ada peningkatan kualitas jamban yang ada
supaya semua menuju jamban sehat.
e.
Ada mekanisme monitoring peningkatan
kualitas jamban.
f.
Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya
lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
g.
Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat
masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.
h.
Di sekolah yang terdapat di komunitas
tersebut, telah tersedia sarana jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun)
yang dapat digunakan murid-murid pada jam sekolah.
i.
Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten
menjadi sangat penting untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan
kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat
tercapai.
6.
Persyaratan Jamban
sehat
Kementerian
Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh
kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:
a. Tidak mencemari air
b. Saat menggali tanah untuk lubang
kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah
maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester. Jarang lubang kotoran ke sumur
sekurang-kurangnya 10 meter Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak
sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut.
c. Tidak mencemari tanah permukaan
d. Tidak buang besar di sembarang
tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir
jalan. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya,
atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
e. Bebas dari serangga
f. Jika menggunakan bak air atau
penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk
mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.
g. Ruangan dalam jamban harus terang.
Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. Lantai jamban diplester rapat
agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga
lainnya Lantai jamban harus selalu bersih dan kering Lubang jamban, khususnya
jamban cemplung, harus tertutup.
h. Tidak menimbulkan bau dan nyaman
digunakan
i.
Aman digunakan oleh pemakainya
j.
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau
bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat
k. Mudah dibersihkan dan tak
menimbulkan gangguan bagi pemakainya
l.
Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran
Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran
karena dapat menyumbat saluran Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau
lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh Hindarkan cara penyambungan
aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan
pipa dengan kemiringan minimal 2:100
m. Tidak menimbulkan pandangan yang
kurang sopan
n. Jamban harus berdinding dan
berpintu. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar
dari kehujanan dan kepanasan (5)
maaf min, untuk sumber dan referensi apakah tidak ada? sehingga saya bisa mencitasi web ini dan sumbernya. terimakasih
ReplyDeleteBudiman. Buku Ajar Isu Tataran Kesehatan masyarakat. Jakarta: Refika Aditama:2015.h.100.h.72.h.110
ReplyDeleteDainur, Dr. Ilmu Kesehatan Masyarakat Jakarta: Widya Medika; 2006
Soemirat, Juli. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press ; 2011
Sumantri, Arif. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group ; 2010
terimakasih banyak min sangat bermanfaat
Delete