BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang
terdapat pada jaringan pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel
saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan
lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan
sosial. Dampak fisik berupa penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang
dioperasi atau di amputasi, rasa nyeri dan perubahan fisik karena efek samping
dari pengobatan yang dijalani pasien. Dampak psikologis dapat berupa reaksi
psikologis terhadap diagnosa kanker payudara yang harus dihadapi, rangkaian
terapi atau pengobatan yang di jalani pasien dan kondisi fisik yang baru.
Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena kehilangan
pekerjaan dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas karena tidak mampu
melakukan tugasnya sebagai salah satu anggota keluarga (Rachmadahniar,2005).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada
kanker payudara bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di
temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada usia 45-66 tahun.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima
besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus
besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi
di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring.
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka
kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara
merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar
19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada
wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun
wanita. Pada lelaki payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan
wanita menjadi berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ
paling penting bagi wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan
kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan
gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai
efek estetika dan psikologis khusus (bustan, 2000).
Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000
kasus baru dan 40.000 kematian.
Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi
pada wanita usia 50 keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun.
Di Negara Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan
kurang lebih 200 juta populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun (Emir &
Suyatno,2010).
Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita
kanker payudara stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3
%, berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak
dalam stadium dini.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSHS di Provinsi
Jawa Barat selama Tahun 2011 di kutip dari Siahaan (2012) Jumlah kunjungan
pasien dengan keluhan menderita benjolan pada payudara atau kanker payudara
mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebanyak 1.502 terdiri dari criteria
remaja berumur 11-24 tahun sebanyak 45 orang sedangkan usia 25-44 tahun sebnyak
673 orang dan usia lebih dari 45 tahun sebagai sisanya masih menempati urutan
pertama jumlah penderita kanker payudara.
Menurut Dinkes Jawa Barat, pada tahun 2014 Deteksi
Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis Payudara (CBE) dilakukan di 8
Kab/Kota (29%), dengan jumlah pemeriksaan sebanyak 6.512 orang dan sasaran yang
harus diperiksa 4.413.523 orang sehingga cakupan sebesar 0,15%. Tersebar di
Kab.Pangandaran 1.531 pemeriksaan (0,84%), Kota Sukabumi 1.323 pemeriksaan
(0,68%), Kab Subang 550 pemeriksaan (0,59%), Kab.Indramayu 618 pemeriksaan
(0,24%), Kab.Bandung Barat 1.249 pemeriksaan (0,21%), Kab.Kuningan 1.007
pemeriksaan (0,07%), Kota Tasikmalaya 217 pemeriksaan (0,04%) dan Kota Bekasi
17 pemeriksaan (0,002%).
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien
kanker payudara yaitu melalui upaya promotif,prepentif,kuratif dan
rehabilitas.Upaya promotif meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang
penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post
op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik,upaya
kuratif meliputi pemberian pengobatan dan penganjuran klien untuk mematuhi
terapi,serta upaya rehabilitative meliputi perawatan luka di rumah dan
menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan.Peran perawat dalam
aspek psikologis yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada jlien
tentang proses pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative
untuk pengobatan
Berdasarkan data tersebut maka dari itu, penulis
tertarik untuk mengangkat masalah kanker payudara pada studi kasus ini supaya
bisa memberikan asuhan keperawatan secara mendalam terhadap klien dengan
masalah kanker payudara.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut ‘’Bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien
dengan kanker payudara”.
1.3
Tujuan Penulisan
1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan
kanker payudara
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap klien
dengan kanker payudara
3. Mampu membuat perencanaan terhadap klien dengan kanker
payudara
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien
dengan kanker payudara
5. Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan terhadap klien dengan
kanker payudara
6. Mampu melakukan pedokumentasian asuhan keperawatan
terhadap klien dengan kanker payudara.
1.4
Kegunaan
Adapun
manfaat penulisan studi kasus ini adalah :
1.
Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bagi peneliti sendiri dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
2.
Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan
dan informasi bagi institusi kesehatan dan tenaga kesehatan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap kanker payudara.
3.
Bagi Akademik
Dapat dijadikan
sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah wawasan bagi pembaca
tentang payudara.
4.
Bagi Klien dan Keluarga
Dapat
digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang penyakit kanker
payudara serta penatalaksanaanya.
1.5
Sistematika Penulisan
1.
Bab I Pendahuluan
2.
Bab II Tujuan Teoritis
3.
Bab III Tinjauan Kasus
4.
Bab IV Pembahasan
5.
Bab V Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Konsep Dasar
2.1.1
Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan
penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara
tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan
tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalah suatu
penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi
yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel
(Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalaah suatu
penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).
Kanker payudara adalah sekelompok
sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005).
Kanker payudara adalah
pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi
ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu tanggal
29-8-2005,sumber : Harianto,dkk).
Kanker payudara adalah tumor
ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola, dan papila mamae (Taufan
Nugroho,2011).
2.1.2
Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman
yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1.
Stadium I
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari
stadium jaringan sekitarnya, tidak ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan
yang di bawahnya (otot).
Kanker Payudara
Berdasarkan Stadium I
Sumber Harrison ,
2006
Besar tumor 1-2 cm dan tidak
dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba.
Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak
dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita
adalah 70%.
2.
Stadium II
Gambar
2.2 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium II
Sumber Harrison , 2006
Tumor terbebas dalam payudara,
besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa kelenjer getah bening axila yang
masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker
biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk
memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini,
kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3.
Staium III A
Gambar
2.3 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium III A
Sumber Harrison , 2006
Tumor sudah meluas pada payudara,
besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah
bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes, 87% kanker
payudara ditemukan pada stadium ini.
4.
Stadium III B
Gambar
2.4 : Kanker Payudara Berdasarkan Stadium III B
Sumber Harrison , 2006
Tumor melekat pada kulit atau
dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit
payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain atau ke
jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh
bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot
dada.
5.
Stadium IV
Gambar 2.5 : KankerPayudara Berdasarkan
Stadium IV
Sumber Harrison , 2006
Tumor seperti pada stadium
I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening axila supra-klafikula
dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh
lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada
di batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara.
Tujuan pengobatan pada palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
2.1.3
Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik
dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan
kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini. Bukti
yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan
dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih
belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen
normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan kanker
payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam
kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone
mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor
pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner
dan Sudart, 2001).
2.1.4
Anatomi Fisiologi Payudara
Anatomi payudara dan kuadran
letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 : Anatomi
Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara
sumber : Harriston,
2006
Payudara (mammae, susu) adalah
kelenjar yang terletak di bawah
kulit,di atas otot dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya
kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada
payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:
1. Korpus
Korpus (badan ) yaitu bagian yang
membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan
pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan
dari alveolus ke dalam saluran kecil(duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Areola
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.
3. Papilla / Puting
Papila atau Puting,yaitu bagian
yang menonjol di puncak payudara. Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk yang
normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).
2.1.5
Faktor resiko
1.
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
Faktor resiko timbul kanker
payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :
a. Umur
Semakin bertambahnya umur
meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang kanker
payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun
juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan
wanita berusia diatas 40 tahun.
b.
Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya kanker payudara
meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun.
Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormone
estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses
proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
c.
Menoupause usia lanjut
Menopause setelah
usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
d.
Riwayat keluarga
Terdapat
peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA
1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu
kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60%
pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara
bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen probabilitas.
e.
Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita
yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko
untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika
Serikat dengan desain cohort, wanita
yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai
resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali lebih
besar untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
2.
Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)
a.
Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat
melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami kanker payudara. Menurut
penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai
resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum
35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang multipara atau
belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar
dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk
terkena kanker payudara (RR=4,0)
b.
Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat
hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita
pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko
terjadinya kanker payudara.
c.
Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone
berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan
estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi
berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk
waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami kanker payudara sebelum
menopause.
d.
Konsumsi Rokok
Wanita
yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara daripada waita
yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang
dengan desain case control
menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena
kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak
merokok (OR=2,36).
e.
Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi
diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi
ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko
kanker payudara.
Penelitian
Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa
diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari
untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12).
2.1.6
Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan
menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara
namun ap yang menyebabkan genetik masih belum diketahui.Meskipun belum ada
penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa diindentifikasi melalui
beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam membantu mengembangkan program
pencegahan.Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa
kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali
lingkungan hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk
mengalami kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara
untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup
yang harus meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).
Kanker
payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis.
Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia,
Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan
kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak
berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi abnormal
sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam
sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna
dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A
Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker
dibentik dari sel-sel normal dalam suatu
proses rumut yang disebut transformasi,
yang terdiri dari tahap
inisiasi, promosi dan progresi. Pada
tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing
selmenjadi maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen
yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau
penyinaran dan sinar matahari.
Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen
harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan
maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang
terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada
keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan
mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut
deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan
kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut
akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap
irreversible. (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan
genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah
zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan
amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang
telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap
inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan
beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan
peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi
aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini timbul perubahan
benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi secara
lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran
darah, atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh
organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis kanker payudara
biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah diagnosis pertama
dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
Stadium-stadium penyakit kanker
adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat mendiagnosis suatu
penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat penyebaran
kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya di
kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan
suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan
penunjang lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT
Scan, Scintigrafi (Sukarja, 2000).
2.1.7
Manifestasi Klinis
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan
pada stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi
stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil
peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini
maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti:
1. Timbul benjolan
pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan makin keras
dan bentuknya tidak beraturan.
2. Saat benjolan
mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena terbentuk
penebalan pada kulit payudara.
3. Bentuk, ukuran,
berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan.
4. Pembesaran
kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
5. Bentuk atau
arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya
berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
6. Keluar darah,
nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak sedang hamil.
7. Luka pada
payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
8. Kulit payudara
seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat
drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
2.2
Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Ca Mammae
2.2.1
Pengkajian
Pengkajian
merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses keperawatan, suatu
kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan dengan
wawancara dan pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang
kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang membutuhkan
perencanaan untuk mengatasi masalah yang timbul dan muncul.Tujuan utama
pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
pasien yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan kepada klien
dengan mudah.
Pengkajian
yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan yang
meliputi:
1.
Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan, alamat, nomor MR,
tanggal masuk dan penanggung jawab.
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat
Kesehatan Dahulu
1) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
seperti penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.
2) Wanita yang
mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai
resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita dengan
hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit
ini
3) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi
penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti
estrogen suplemen.
4) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi
oral.
5) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak,
dan makanan yang memakai penyedap dan
pengawet.
6) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau
menstruasi pertama pada usia yang relative mudah dan menopause pada usia yang relative lebih
tua
7) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum
pernah melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia yang
relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui
3.
Riwayat kesehatan sekarang
a. Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada
payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin
mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat
benjolan mulai membesar.
c. Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer
dari puting susu pada wanita yang tidak hamil.
d. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
e. Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak
nafsu makan, mual, muntah, ansietas.
f. Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan
kulit, ruam kulit, dan ulserasi.
4.
Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker
terutama ibu, anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua
kali jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko
meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
b. Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang
sama terkena kanker payudara atau ovarium.
c. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.
d. Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena
kanker payudara atau ovarium.
e. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada
keluarga.
5.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran
klien, BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
1) Rambut
Biasanya kulit kepala
dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit
kepala tidak tampak bersih.
2) Wajah
Biasanya tidak
terdapat edema atau hematon.
3) Mata
Biasanya mata
simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
4) Hidung
Biasanya hidung
kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang disebabkan
klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
5) Bibir
Mukosa bibir tampak
pucat dan kurang bersih.
6) Gigi
Biasanya gusi klien
mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
7) Lidah
Lidah biasanya tampak
pucat, dan lidah klien kurang bersih.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
d. Dada atau Thorak
1) Inspeksi
a) Pada stadium 1
biasanya bentuk dada
klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada
payudara, dengan ukuran 1-2 cm.
b) Pada stadium 2
biasanya bentuk dada
klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran
dengan tumor 2,5-5 cm.
c) Pada stadium 3A
biasanya dada klien
juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang
sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
d) Pada stadium 3B
bentuk dada juga
tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker
sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding
dada,tulang rusuk,dan otot dada.
e) Pada stadium 4
Bentuk dada tidak
simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh
keorgan lain seperti paru-paru.
2) Palpasi
a) Pada stadium 1
biasanya taktil
fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain
b) Pada stadium 2
biasanya taktil
fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain
c) Pada stadium 3A
biasanya taktil
fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain
d) Pada stadium 3B
biasanya taktil
fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada .
e) Pada stadium 4
biasanya tidak
fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah metastase
ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru–paru
mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
3) Perkusi
a) Pada stadium 1
biasanya akan
terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
b) Pada stadium 2
biasanya akan
terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena kanker belum mengalami
metastase.
c) Pada stadium 3A
Masih akan terdengar
sonor pada lapangan paru karena kanker belum metastase.
d) Pada stadium 3B
biasanya terdengar
bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim paru
lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi
pleura jika kanker telah bermetastase pada organ paru.
e) Pada stadium 4
biasanya akan
terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari
kanker mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
4) Auskultasi
a)
Pada
stadium 1
biasanya
akan terdengar vesikuler (bunyi hampir
terdengar seluruh lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada,
seprti ronchi (-) dan wheezing (-)
b)
Pada
stadium 2
biasanya
bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan
inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi.
Biasanya buni nafas klien juga dapat terdengar bronkovesikuler dengan
bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)
c)
Pada
stadium 3 A
Biasanya
bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan
inspirasi yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi,
dan bronkovesikuler yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran
antara element vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada,
seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
d)
Pada
stadium 3 B
biasanya
nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras
nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas
tambahan seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar
ke seluruh bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan
otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan
compressive atelektasis.
e)
Pada
stadium 4
biasanya
bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang,
lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan
terdapat suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh
kanker metastase ke bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga
mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis
sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru.
e. Jantung (Kardiovaskuler)
1) Inspeksi
Biasanya iktus tidak
terlihat
2) Palpasi
Biasanya iktus teraba
1 jari medial LMCS RIC V
3) Perkusi
Batas jantung normal,
(batas jantung kanan RIC II, linea staralis dektra, batas jantung kiri RIC V,1
jari media linea clavukularis sinistra)
f. Auskultasi
Biasanya irma jantung
murni,murmur (-)
g. Mammae (payudara)
1) Inspeksi
Biasanya ada benjolan
yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan payudara mengerut
seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Teraba benjolan
payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar
getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
h. Perut
1) Inspeksi
Biasanya tidak ada
pembesaran
2) Palpasi
Biasanya bising usus
(-)
3) Perkusi
Biasanya lien dan
hepar tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
i.
Genitourinaria
Biasanya genetalia
bersih
j.
Ekstremitas
Biasanya ekstremitas
tidak odema,tidak ada lesi
k. Sistem intergument
Biasanya terjadi
perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis
6.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.
Nutrisi
1) Makan
Sehat: biasanya makan
3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya
menghabiskan setengah porsi
2) Minum
Sehat: biasanya minum
6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien
hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari
b.
Eliminasi
1) Miksi
Sehat : biasanya
frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800
cc,karateristiknya warna kekunangan,pekat dan bau khas
2) Defekasi
Sehat : biasanya
frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit : pada
saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna kehitaman atau kemerahan,
konsistensi padat dan bau khas
c.
Istirahat
dan Tidur
Sehat: biasanya jam
tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari
Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa
nyeri yang dirasakan di bagian payudara
d. Kebersihan Diri
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok
gigi 2 kali sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah
mandi
Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali
sehari,menggosok gigi 1 kali sehari,cuci rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti
1 kali sehari.
7.
Data sosial ekonomi
Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan,
sumber penghasilan dalam keluarga dan perubahan yang dialami sejak klien sakit,
penangguang jawab biaya perawatan klien selama sakit dan masalah keuangan yang
dialami saat ini.
8.
Data psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut
di rawat di rumah sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera sembuh
setelah diobati,dukungan dari keluarga baik dalam perubahan terhadap konsep
diri tidak seperti biasanya.
9.
Data spritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit
tertinggal dan agak terganggu di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin
beribadah, pandangan klien terhadap penyakit tetap optimis selama segala
penyakit ada obatnya.
10.
Pemeriksaan laboratorium/penunjang
a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun,
leukosit meningkat, trombosit meningkat.
b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini
meningkat
c. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita
karsinoma mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening
pra-operasi,juga untuk melihat apakah ada penyebaran kanker ke paru-paru,
ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan mammografi untuk membedakan krista
yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
d. Respon Hormone
Diperlukan untuk
mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan progesteron.
e. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di
lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi
jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan
spuit 10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi
anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak
(benigna)
f. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh
sel tumor dan di temukan dalam serum missal CEA, antigen spesifik frosfat,
alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi
lebih bermanfaat sebagai prognostik
g. Tes kimia skrining
1) Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
2) Tes ginjal (BUN)
3) Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
4) Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
h. Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis
11.
Analisa Data
Merupakan proses
intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya fikir berdasarkan
ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di dapat pada pasien
(Gusneli,2007)
2.2.2
Diagnosa dan Rencana Keperawatan
1.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diatas
kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul
adalah:
a. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan
penyakit(kompressi atau dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau
suplai vaskulernya, obtruksi jaringan syaraf inflamasi dan adanya penekanan
masa tumor (Marilynn E.Doenges, 2000)
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan
paru oleh diafragma sekunder terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn
E.Doenges )
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekwensi
kemoterapi, radiasi, pembedahan misalnya, anoreksia, iritasi lambung,
penyimpangan, rasa mual, distress emosional, control nyeri batuk (Marilynn
E.doenges, 2000)
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan
produksi energi, peningkatan energi (status hipermetabolik) kebutuhan
psikologis atau emosional berlebihan dan perubahan kimia tubuh: efek samping
obat-obatan : kemoterapi (Marilynn E.Doenges, 2000)
e. Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan
dengan Penurunan imunologis, Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn E
Dongees,2000).
f. Gangguan rasa nyaman: cemas berhubungan dengan krisis
situasi (kanker) ancaman pada perubahan status kesehatan, fungsi peran, pola
interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga, transmisi atau penularan
perasaan interpersonal, perubahan gambaran tubuh (Marilynn E doenges 2000).
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping
kemoterapi atau radioterapi misal kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan
berat badan, impotensi, sterilisasi, kelelahan berlebihan, nyeri tidak
terkontrol kecacatan bedah (Marilynn E.Doenges 2000).
Kurangnya pengetahuan
tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan penyakit berhubungan dengan
kurang informasi (Marilynn E. Doenges 2000).
Comments
Post a Comment