Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

ASUHAN KEPERAWATAN POST OP DEBRIDEMENT CA MAMAE

ASUHAN KEPERAWATAN POST OP DEBRIDEMENT CA MAMAE








BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik berupa penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi, rasa nyeri dan perubahan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani pasien. Dampak psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa kanker payudara yang harus dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di jalani pasien dan kondisi fisik yang baru. Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas karena tidak mampu melakukan tugasnya sebagai salah satu anggota keluarga (Rachmadahniar,2005).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada kanker payudara bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada usia 45-66 tahun.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ paling penting bagi wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan psikologis khusus (bustan, 2000).
Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000 kematian.
Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun.
Di Negara Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan kurang lebih 200 juta populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun (Emir & Suyatno,2010).
Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita kanker payudara stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium dini.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSHS di Provinsi Jawa Barat selama Tahun 2011 di kutip dari Siahaan (2012) Jumlah kunjungan pasien dengan keluhan menderita benjolan pada payudara atau kanker payudara mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebanyak 1.502 terdiri dari criteria remaja berumur 11-24 tahun sebanyak 45 orang sedangkan usia 25-44 tahun sebnyak 673 orang dan usia lebih dari 45 tahun sebagai sisanya masih menempati urutan pertama jumlah penderita kanker payudara.
Menurut Dinkes Jawa Barat, pada tahun 2014 Deteksi Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis Payudara (CBE) dilakukan di 8 Kab/Kota (29%), dengan jumlah pemeriksaan sebanyak 6.512 orang dan sasaran yang harus diperiksa 4.413.523 orang sehingga cakupan sebesar 0,15%. Tersebar di Kab.Pangandaran 1.531 pemeriksaan (0,84%), Kota Sukabumi 1.323 pemeriksaan (0,68%), Kab Subang 550 pemeriksaan (0,59%), Kab.Indramayu 618 pemeriksaan (0,24%), Kab.Bandung Barat 1.249 pemeriksaan (0,21%), Kab.Kuningan 1.007 pemeriksaan (0,07%), Kota Tasikmalaya 217 pemeriksaan (0,04%) dan Kota Bekasi 17 pemeriksaan (0,002%).
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yaitu melalui upaya promotif,prepentif,kuratif dan rehabilitas.Upaya promotif meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik,upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan penganjuran klien untuk mematuhi terapi,serta upaya rehabilitative meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan.Peran perawat dalam aspek psikologis yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada jlien tentang proses pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan
Berdasarkan data tersebut maka dari itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kanker payudara pada studi kasus ini supaya bisa memberikan asuhan keperawatan secara mendalam terhadap klien dengan masalah kanker payudara.

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ‘’Bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara”.

1.3         Tujuan Penulisan
1.       Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kanker payudara
2.       Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
3.       Mampu membuat perencanaan terhadap klien dengan kanker payudara
4.       Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
5.       Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan terhadap klien  dengan kanker payudara
6.       Mampu melakukan pedokumentasian asuhan keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara.

1.4         Kegunaan
Adapun manfaat penulisan studi kasus ini adalah :
1.       Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sendiri  dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
2.       Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi kesehatan dan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap kanker payudara.
3.       Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang payudara.
4.       Bagi Klien dan Keluarga
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang penyakit kanker payudara serta penatalaksanaanya.

1.5         Sistematika Penulisan
1.      Bab I Pendahuluan
2.      Bab II Tujuan Teoritis
3.      Bab III Tinjauan Kasus
4.      Bab IV Pembahasan
5.      Bab V Penutup



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1         Konsep Dasar
2.1.1        Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu tanggal 29-8-2005,sumber : Harianto,dkk).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola, dan papila mamae (Taufan Nugroho,2011).

2.1.2        Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1.      Stadium I
 Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot).
http://warungbidan.blogspot.com/
Kanker Payudara Berdasarkan Stadium I
Sumber Harrison , 2006

Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium  ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.

2.      Stadium II
http://warungbidan.blogspot.com/
Gambar 2.2 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium II
Sumber Harrison , 2006

Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.

3.      Staium III A
http://warungbidan.blogspot.com/ 
Gambar 2.3 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium III A
 Sumber Harrison , 2006
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes, 87% kanker payudara  ditemukan pada stadium ini.
4.      Stadium III B
 http://warungbidan.blogspot.com/
Gambar 2.4 : Kanker Payudara Berdasarkan Stadium III B
Sumber Harrison , 2006
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

5.      Stadium IV
http://warungbidan.blogspot.com/
 Gambar 2.5 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium IV
 Sumber Harrison , 2006
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).

2.1.3        Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan Sudart, 2001).

2.1.4        Anatomi Fisiologi Payudara
Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
http://warungbidan.blogspot.com/
Gambar 2.1 : Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara
sumber : Harriston, 2006

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah    kulit,di atas otot dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:
1.       Korpus
Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2.       Areola
 Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3.       Papilla / Puting
Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).

2.1.5        Faktor resiko
1.      Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :

a.       Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.
b.      Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
c.       Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
d.      Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas.


e.       Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).

2.      Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)
a.       Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0)
b.      Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker payudara.
c.       Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.
d.      Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
e.       Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko kanker payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12).

2.1.6        Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara namun ap yang menyebabkan genetik masih belum diketahui.Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam membantu mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali lingkungan hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker dibentik  dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut yang disebut transformasi,  yang terdiri dari  tahap inisiasi,  promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus,  radiasi atau  penyinaran dan sinar  matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible.      (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan, Scintigrafi (Sukarja, 2000).
                                   
2.1.7        Manifestasi Klinis
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin  banyak , seperti:
1.      Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
2.      Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
3.      Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan.
4.      Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
5.      Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
6.      Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita    yang tidak sedang hamil.
7.      Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
8.      Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

2.2         Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Ca Mammae
2.2.1        Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan yang meliputi:
1.        Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
2.        Riwayat Kesehatan
a.        Riwayat Kesehatan Dahulu
1)      Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.
2)      Wanita  yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini
3)      Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.
4)      Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.
5)      Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan  yang memakai penyedap dan pengawet.
6)      Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia yang relative mudah  dan menopause pada usia yang relative lebih tua
7)      Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui

3.        Riwayat kesehatan sekarang
a.       Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b.      Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai membesar.
c.       Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil.
d.      Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
e.       Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan, mual, muntah, ansietas.
f.       Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan ulserasi.

4.        Riwayat Kesehatan Keluarga
a.       Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
b.      Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga  yang  sama terkena kanker payudara atau ovarium.
c.       Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.
d.      Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau ovarium.
e.       Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

5.        Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b.      Kepala
1)       Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.
2)       Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
3)       Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan  oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.
4)       Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
5)       Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
6)       Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
7)       Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
c.       Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
d.      Dada atau Thorak
1)      Inspeksi
a)      Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada payudara, dengan ukuran 1-2 cm.
b)      Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
c)      Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
d)     Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot dada.

e)      Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
2)      Palpasi
a)      Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain
b)      Pada stadium  2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain
c)      Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain
d)     Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada .
e)      Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru–paru mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
3)      Perkusi
a)      Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
b)      Pada stadium  2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena kanker belum mengalami metastase.
c)      Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum metastase.
d)     Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada organ paru.
e)      Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
4)      Auskultasi
a)      Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir  terdengar seluruh lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)
b)      Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti ronchi    (-) dan wheezing (-)
c)      Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
d)     Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis.
e)      Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya seperti paru­pare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru.
e.       Jantung (Kardiovaskuler)
1)      Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2)      Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V


3)      Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis sinistra)
f.       Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
g.      Mammae (payudara)
1)      Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2)      Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
h.      Perut
1)      Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran
2)      Palpasi
Biasanya bising usus (-)
3)      Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba
4)      Auskultasi
Tympani
i.        Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih
j.        Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
k.      Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis

6.        Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.        Nutrisi
1)       Makan
Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit  : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah porsi
2)       Minum
Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari
b.        Eliminasi
1)       Miksi
Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit  : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya warna kekunangan,pekat dan bau khas
2)       Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit  :  pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna kehitaman atau kemerahan, konsistensi padat dan bau khas
c.        Istirahat dan Tidur
Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari
Sakit  : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang dirasakan di bagian payudara
d.       Kebersihan Diri
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah mandi
Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali sehari,cuci rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti 1 kali sehari.

7.        Data sosial ekonomi
Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber penghasilan dalam keluarga dan perubahan yang dialami sejak klien sakit, penangguang jawab biaya perawatan klien selama sakit dan masalah keuangan yang dialami saat ini.
8.        Data psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di rumah sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera sembuh setelah diobati,dukungan dari keluarga baik dalam perubahan terhadap konsep diri tidak seperti biasanya.
9.        Data spritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan agak terganggu di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah, pandangan klien terhadap penyakit tetap optimis selama segala penyakit ada obatnya.
10.    Pemeriksaan laboratorium/penunjang
a.       Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat.
b.      Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat
c.       Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening pra-operasi,juga untuk melihat apakah ada penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan mammografi untuk membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
d.      Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan progesteron.
e.       Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna)
f.       Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di temukan dalam serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik
g.      Tes kimia skrining
1)      Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
2)      Tes ginjal (BUN)
3)      Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
4)      Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
h.      Sinar X dada
Menyelidiki  penyakit paru metastasis
11.    Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di dapat pada pasien (Gusneli,2007)

2.2.2        Diagnosa dan Rencana Keperawatan
1.      Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul   adalah:
a.       Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi atau dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya, obtruksi jaringan syaraf inflamasi dan adanya penekanan masa tumor (Marilynn E.Doenges, 2000)
b.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru oleh diafragma sekunder terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn E.Doenges )
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi, pembedahan misalnya, anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa mual, distress emosional, control nyeri batuk (Marilynn E.doenges, 2000)
d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi, peningkatan energi (status hipermetabolik) kebutuhan psikologis atau emosional berlebihan dan perubahan kimia tubuh: efek samping obat-obatan : kemoterapi (Marilynn E.Doenges, 2000)
e.       Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan Penurunan imunologis, Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn E Dongees,2000).
f.       Gangguan rasa nyaman: cemas berhubungan dengan krisis situasi (kanker) ancaman pada perubahan status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga, transmisi atau penularan perasaan interpersonal, perubahan gambaran tubuh (Marilynn E doenges 2000).
g.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau radioterapi misal kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan berat badan, impotensi, sterilisasi, kelelahan berlebihan, nyeri tidak terkontrol kecacatan bedah (Marilynn E.Doenges 2000).
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan penyakit berhubungan dengan kurang informasi (Marilynn E. Doenges 2000).






2.      Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit (kompressi atau dekstruksi, jaringan syaraf, infiltrasi syaraf, adanya  penekanan tumor.
Tujuan :
nyeri teratasi
Kriteria hasil:
a.         klien menyatakan nyeri  berkurang atau hilang
b. Nyeri tekan tidak ada
c. Ekspresi wajah tenang
d. Luka sembuh dengan baik


Mandiri:
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi nyeri, frekuensi durasi dan intensitas (skala nyeri 0-10), dan tindakan penghilang yang digunakan
b. Evaluasi atau sadari therapy tertentu misalnya: pembedahan, radiasi, khemoterapi, bioterapi,  ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya dan apa yang diharapkan
c. Berikan tindakan kenyamanan dasar (misal : reposisi gosokan punggung) dan aktivitas menyenagkan seperti mendengarkan musik dan menonton tv, membaca buku.
d.         Dorong penggunaan keterampilan manajement nyeri (misal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) tertawa, musik,dan sentuhan teraupetik

Kolaborasi
a.       kembangkan rencana manajemen nyeri dengan klien dan dokter




b.      Berikan analgesik sesuai dengan indikasi

a.         Informasi data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi

b. Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum (misal nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala) tergantung pada prosedur atau agen yang digunakan
c.         Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian


d.         Memungkinkan klien untuk berpartisipasi cara efektif dan meningkatkan rasa kontrol



a.       rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri terutama dengan nyeri kronis, klien atau orang terdekat harus aktif menjadi partisipasin dalam manajemen nyeri di rumah
b. Nyeri tekan adalah komplikasi dari kanker, meskipun respon individual berbeda.saat perubahan penyakit atau pengobatan terjadi,penilaian dosis dan pemberian akan di perlukan
2.
Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan efek dari desakan paru oleh difragma sekunder terhadap ancites dan efusi pleura
Tujuan :
pola nafas kembali efektif
Kriteria hasil :
a. Bunyi nafas vesikuler
b. RR normal(20-24x/menit)
c. Tidak ada tanda-tanda sianosis dan pucat
d. Tidak ada sputum
Mandiri:
a. Atur posisi klien senyaman mungkin dengan meninggikan daerah kepala

b. Monitor vital signs



c.         Anjurkan klien nafas dalam dengan menarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan melalui mulut secara pelan-pelan
d.         Diskusikan penyebab dari sesak nafas klien


Kolaborasi:
a.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen



b.      Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan (ekspektoran dan  bronkodilator)

a.         Isi rongga abdomen terdorong kebawah sehingga tidak mendesak diafragma
b.         Perubahan dari vital sisgn dapat di jadikan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan dalam tindakan selanjutnya
c.         Dengan nafas dalam diharapkan dapat mempelancar O2 keparu-paru

d. Dengan adanya diskusi dengan klien diharapkan klien menerima Apa penyebab dari sesak nafas


a.         pemberian oksigen yang sesuai dengan program akan lebih bermanfaat bagi klien dalam mengatasi sesak nafas dan mensuplai O2 yang mencukupi
b.         Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan secret dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial
3.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,mual dan muntah
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
a. nafsu makan meningkat
b. klien tidak lemah
c. Penambahan berat badan yang progresif,dan bebas dari tanda-tanda malnutrusi
d. Hb normal(12-14 gr/dl)
Mandiri:
a.       pantau masukan makanan setiap hari. biarkan pasien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai dengan indikasi
b.       Ukur tinggi, berat badan, dan ketebalan trisep (atau pengukuran antropometrik lain sesuai dengan indikasi, timbang berat badan setiap hari)

c.       Dorong klien makan diet tinggi kalori kaya nutrient , dengan masukan cairan adekuat
d.      Nilai diet sebelum dan segera pengobatan misal makanan bening, cairan dingin, skrekers kering, roti panggang, minuman karbonat, berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 jam setelah makan
e.       Control faktor lingkungan misalnya bau kuat atau tidak sedap atau kebisingan.hindari makanan terlalu manis, berlemak atau makanan pedas
Kolaborasi:
a.       tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai dengan indikasi misal limfosi total , transferin serum,dan albumin

a.       Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi

b.      Membantu dalam
mengidentifikasi malnutrisi protein, kalori, khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometri kurang dari normal
c.  Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan(untuk menghilangkan produk sisa)
d.      Keefektifan penilaian diit sangat individual dalam penghilangan mual pasca terapi


e. Dapat menriger respon mual atau muntah



a.       Membantu mengidentifikasi derajat ketidakseimbangan biokimia atau malnutrisi dan mempengaruhi pilihan intervensi diet
4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energy,peningkatan energy (status hipermetabolik)
Tujuan: kembali melakukan aktivitas
Kriteria :
a.       Melaporkan perbaikan rasa berenergi
b.      Melakukan aktivitas dan berpartisipasi dalam beraktivitas yang di inginkan pada tingkat kemampuan
Mandiri :
a.       Rencana keperawatan untuk memungkinkan periode istirahat

b.      Buat tujuan aktivitas realitas dengan pasien
c.       Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin misalnya mandi duduk,bangun dari kursi, dan berjalan. tingkat aktivitas sesuai dengan kemampuan.
d.      Pantau respon fisiologi aktivitas,perubahan pada TD atau frekuensi jantung/pernafasan.
Kolaborasi :
a.       Berikan 02 suplemen sesuai indikasi

a.       Periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki atau menghemat energi
b.      Memberikan rasa control dan mampu menyelesaikan
c.       Meningkatkan kekuatan/stamina dan memampukan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
d.      Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit.


a.       Adanya anemia/ hipoksemia menurunkan ketersediaan 02 untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan.
5
Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman pada perubahan status kesehatan,fungsi peran perubahan gambaran tubuh
Tujuan : Kecemasan berkurang
Kriteria hasil :
a.       klien tampak tenang
b.      Mau berpartisipasi dalam program terapi
Mandiri :
a.       Tinjauan ulang pengalaman pasien / orang terdekat sebelumnya dengan kanker.


b.      Mendorong perasaan pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

c.       Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk menduskusikan atau menolak untuk bicara.

d.   Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengalami dan mengklasifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi
rasa takut.



e.   Mempertahankan kontrak sering dengan pasien,bicara dengan menyentuh pasien dengan tepat.

f.    Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya.


g.   Diskusikan tanda dan gejala depresi.

a.       Membantu dalam mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker.
b.      Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realitas serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
c.       Membantu pasien untuk merasa di terima pada adanya kondisi tanpa ada perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan kontrol.
d.      Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang berbeda. dukungan dan konseling sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut dan untuk meyakini bahwa strategi kontrol atau koping tersedia.
e.       Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau di tolak : berikan respek dan penerimaan individu.
f.       Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.
g.      Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat di kenali dan di ukur.








3.      Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and Sorensen, 2000).

4.      Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Pengkajian data
1.      Identitas pasien
Nama                          : Ny. J
Umur                          : 18 thm
Jenis kelamin              : Perempuan
Agama                        :
Pendidikan                 : SMA
Alamat                        : XXX
Tanggal masuk            : 28 januari 2016
No Medrec                 :
Ruang                         :
Diagnosa medis          : ca mamae
Tgl pengkajian            : 03  februari 2016 
2.      Identitas penanggung jawab
Nama                          : Tn. R
Umur                          : 58 thn
Jenis kelamin              : laki laki
Agama                        :
Pendidikan                 : s1
Pekerjaan                    :
3.      Keluhan utama: nyeri pada bagian mamae sinistra
4.      Riwayat kesehatan sekarang: klien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Klien mengatakan nyerinya semakin bertambah ketika klien melakukan aktifitas terbangun dari tempat tidur dan berjalan. Nyeri tersebut berpusat di mammae sinistra. Nyeri dirasakan seperti di sayat-sayat dengan skala nyeri 6 (skala 1-10). Klien mulai merasakan nyerinya semenjak operasi.
5.      Riwayat kesehatan dahulu: klien mengatakan belum pernah mengalami sakit kronis seperti ca mamae dan tdak pernah mengidap penyakit yang serius
6.      Keadaan kesehatan keluarga: dari kluarga klien bahwa di keluarga tidak ada yang menderita penyakit ca mamae sinistra
7.      Data psikologis :klien tampak gelisah, dan cemas
8.      Data sosial:
Data komonikatif: klien dapaat berkomunikatif dengan kluarga dengan baik
Lingkungan: klien menjaga baik dengan lingkungan sekitar nya terbukti dengan adanya kerabat yang menjenguk nya
9.      Data spiritual: klien beragama non islam

DATA pemeriksaan umum:
1.      Pemeriksaan umum
Penampilan umum       : baik
Kesadaran                    : composmentis [sadar penuh]
Berat badan                 : 55 kg
Tinggi adan                  : 160 cm
Tekanan darah             :110/80 mmhg
Nadi                             : 85 x/mnt
Respirasi                      : 18xmnt
Suhu                            : 36,1 drajat
2.      Kepala                         : inspeksi: Bentuk simetris, arna  rambut hitam bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada udem
3.      Mata                            : Inspeksi, bentuk simetris, konjungtifa ananemis, sklera tampak putih bersih, pupil isokor, pupil yang satu dengan yang lain nya sama, penglihatan normal dapat melihat dengan jelas
4.      Telinga                         : Inspeksi, bentuk simetris satu dengan yang lain nya sama,tidak ada lesi di bagian telinga, fungsi pendengaran normal.
5.      Mulut                           : Inspeksi,  tidak ada cariess gigi,gigi masih lengkap dengan mukpsa bibir lembab, tidak  ada stomatitis, fungsi pengecap normal.
6.      Hidung                        : Inspeksi, hidung bersih tidak ada polip hidung, tidak ada udem
Palpasi, tidak ada nyeri tekan fungsi penciuman normal.
7.      Leher                           : palpasi, tidak ada benjolan,tidak ada pembesaran kelenjar thiroid mobilitas leher terganggu karna menahan rasa nyeri pada payudara sebelah kiri,
8.      Dada                            : inspeksi: bentuk dada sebelah kiri dan kanan simetris, terdapat luka operasi pada payudara sebelah  kanan frekuensi  napas normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di dada sebalah kanan
9.      Abdomen                     : inspeksi: turgor kulit baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada semua kudran abdomen.
10.  Punggung                    : palpasi, bentuk punggung simetris
Inspeksi, turgor kulit lembab, tidak ada lesi, tidak ada udem
11.  Ektremitas atas            : Inspeksi, tangan kanan dan kiri simetris, jari jari  lengkap, terpasang infus di tangan kanan dengan cairan infus rl 20 tpm dan terpasang pemplon di tangan kiri
12.  Ektremitas bawah        : Inspeksi, jari- jari kaki lengkap, kaki kanan dan kiri simentris, Tidak ada lesi pada kaki dan tidak ada udem
KEBIASAAN SEHARI HARI
No
Jenis kegiatan
Pola di rumah
Pola di rumah sakit
1.
Nutrisi
Makan
Jenis makanan
Pantangan
Minum
Jenis minum

3xsehari habis satu porsi
Nasi, sayur, daging
Tidak ada
8-9 gelas perhari
Air putih

3x sehari
Nasi, bubur, sayur
Tidak ada
5 gelas sehari
Air putih
2
Eliminasi
BAB
Arna
Konstipasi
BAK
Arna
keluhan

1x sehari
Kuning
 padat
4x sehari
Kuning jernih
Tidak ada

1x sehari
Kuning
Padat
5x sehari
Kuning pekat
Tidak ada
3
Istirahat dan tidur
Siang hari
Gangguan
Malam hari
Gangguan

2 jam sehari
Tidak ada
8 jam sehari
Tidak ada

3 jam /hari
Tidak ada
5-6 jam/hari
Rasa sakit pada luka operasi
4
Personal hygiene
Mandi
Gosok gigi
keramas

2x sehari
3x sehari
3x sehari

Di lap1x/hari
3 x/hari
tidak pernah keramas



terapi obat
Pada tgl 05 06 07 januari 2016 hari jumat ,sabtu, mimggu
Jenis obat
cara pemberian
dosis
Meropenem
iv
2x1
Ranitidin
iv
2x1
Ketorolak
iv
2x1
metronidazole
inf



pemeriksaan dignostik
1.      Laboratorium
no.lab               : 1602002710
asal                   : family bedah
no.mr                : a365161
jovial 18 th
ket.klinis          : susp ca mamae post debridemen

Pemeriksan
Hasil
Nilai rujukan
Interpretasi
Hematologi



..hemoglobin
10,1 g/dl
13-17
Dibawah normal
..Leukosit
10,900 /ul
4,000-10,000
Diatas normal
..hematokrit
31%
40-54
Dibawah normal
..eritrosit
3,5 Juta/ul
4,4-6,0
Dibawah normal
Index eritrosit



..mcv
88 Fl
80-100
Normal
..mch
29 Pg
26-34
Normal
..mchc
33 g/dl
32-36
Normal
..trombosit
597,000/ul
150,000-450,000
Diatas normal
Catatan : pos tranpusi




resume kasus
No
Data fokus
Etiologi
Masalah
1
Ds: -klien mengatakan nyeri pada luka operasi
Do :- klien tampak  meringis kesakitan
- terdapat luka operasi pada bagian mamae -sebelah sinistra
-skla nyeri 6 dari 1-10
 -td: 110/80 mmhg
-rr: 21 x/mnt
-nadi: 85  xmnt
-suhu: 36,1 drajat

Tindakan pembedahan
Terputus nya kontinuitas jaringan
Merangsang saraf pefiper
Menimbulkan rangsangan nyeri
Implus di kirim otak bagian thalamus
Nyeri di persepsikan
Nyeri
Nyeri
2
Ds :-
Do: terdapat luka oprasi pada bagian mamae sebelah sinistra
Luka operasi
Jalan masuk mikro organisme
Resiko tinggi terjadi infeksi
Resiko tinggi infeksi

3.2    Daftar diagnosa keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan agent injuri (luka insisi operasi )
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi



3.3    Rencana asuhan keperaWatan
a.       Nama/umur           : ny. J
b.      Diagnosis Medis   : Post Op Debridament
c.       No.med.rec           : a365161
Hari tanggal
dx.kep
Tujuan  dan kriterian hasil
(format s-m-a-r-t)
Intervensi/planning
Rasional
Kamis,
Nyeri, berhubungan dengan agent injuri (luka insisi operasi)
Ds:
-     Klien mengatakan nyeri pada luka operasi
-     Kien mengatakan skala nyeri luka 6 dari 1-10
Do:
-     Eksprsi wajah klien meringis
-     Terdapat luka operasi mamae sinistra dengan panjang
Setelah di lakukan tindakan keperaatan selama 1x24 jam
Pasien tidak mengalami nyeri dengan kriteria hasil :
-     mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu mengunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri .
-     melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

-     mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,frekuensi, dan tanda nyeri
-     Menyatakan rasa nyaman
-     kaji tingkat nyeri,catat lokasi,karakteristik (skala 1-10)
-     pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler/dengan posisi nyaman
-     ajarkan teknik relaksasi
-     kolaborasi dengan dokter untuk memberkan. berikan analgetik  agar mengurangi nyeri
-     Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat di kaji dengan menggunakan skla nyeri,dan berguna dalam pengaasan keefektifan obat dan kemajuan penyembuhan
-     Grafitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam tegangan leher .
-     Menurunkan tingkat nyeri
-     menghilangkan nyeri




2
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi di mamae sinistra dan terpasang infus di tandai dengan :
Ds:-
Do:
-kondisi luka baik tidak terdapat tanda tanda infeksi
-terpasang infus di extremitas superior sinistra dan pemplon di ektremitas superior dekstra
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
Pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :
·         tidak ada tanda-tanda infeksi
-panas
-bengkak
-nyeri
-warna kemerahan
-kehilangan fungsi
·         menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
·         menujukan prilaku hidup sehat
1.observasi  vital sign
2.observasi keadaan luka operasi,insisi dan bantuan untuk karakteristik luka, tempat pemasangan infus
3. mencuci tangan  sebelum dan sesudah tindakan
4. kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat sesuai program terapi
1. Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis,abses,
2. memberikan deteksi dini terjadinya infeksi
3.agar tidak menyebarkan kuman



3.4    Implementasi keperawatan
DX.KEP
WAKTU
TINDAKAN
SOAP HARIAN
TTD
1.Nyeri berhubungan agent injuri (luka insisi operasi)
DS: klien mengatakan nyeri pada luka operasi
Klien mengatakan skala nyeri 6 (skala 1-10) DO: ekspresi wajah klien meringis, terdapat luka operasi di mammae sinistra dengan diameter ±20cm



2.resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
DS: -
DO: terdapat luka operasi di mammae sinistra
-terpasang infus di extremitas superior sinistra dan pemplon di ektremitas superior dekstra
Kamis,04-02-2016
-          Mengobsrvasi ttv
-          Td :110/80 mmhg
N  :80 x/mnt
R  :18 xmnt
Sh :36oC
-          mengkaji skala nyeri pada klien
-          Mempertahankan dan membantu posisi klien senyaman mungkin
-          menganjurkan dan memebantu klien untuk teknik relaksasi yaitu tariknafas lewat hidung dan menghembuskan lewat mulut
-          memberikan obat sesuai kolaborasi




-          mengobservasi ttv
Td:110/80 mmhg
N:80 x/mnt
Rr:18 x/mnt
Sh:36 oC
-          mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan memakai handscoeen
-          merawat luka dengan steril
-          mengganti balutan perban
-          memberikan obat sesuai program terapi
S:
-          klien mengatakakan nyeri pada luka operasi di mamae sistra
-          klien mengatakan nyeri  terasa seperti di tusuk-tusuk
-          klien mengatakan  skala nyeri 6 dari 1-10
-          klien mengeluh  perih pada lambung
O:
-          ekspresi wajah meringis bila nyeri terasa
-          terdapat luka oprasi pada mamae  sinistra dengan panjag atau digram kurang lebih 18 cm
A: masalah belum teratasi
P: intervesi di lajutkan

S:-
O: - di luka operasi tidak ada pus
-tidak ada tanda-tanda infeksi
A: - resiko infeksi  tidak terjadi
P:-intervensi di pertahannkan


1.nyeri berhubungan dengan agen injuri (luka insisi operasi)
DS: klien mengatakan nyeri pada luka operasi
Klien mengatakan skala nyeri 6 (skala 1-10) DO: ekspresi wajah klien meringis, terdapat luka operasi di mammae sinistra dengan diameter ±20cm

2.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
DS: -
DO: terdapat luka operasi di mammae sinistra
-terpasang infus di extremitas superior sinistra dan pemplon di ektremitas superior dekstra
Jum’at 05-02-2016
-          mengobservasi ttv
Td :120/80 mmhg
N  :79 x/mnt
Rr :18 xmnt
S :36,5 drajat
-          mengkaji skala nyeri pada klien dengan skala nyeri  6 dari 1-10
-          Luka operasi di mamae sinistra
-          mengajarkan klien untuk teknik relaksasi yaitu tarik napas dari hidung dan mengeluarkan dari mulut
-          Bila terasa nyeri memberikan obat terapi / obat analgetik


-          mengobservasi ttv
Td :10/80 mmhg
N :79  x/mnt
Rr :17 x/mnt
S :36.5 oC
-          mengobservasi luka klien tidak terdapat pus
-          luka klien tampak membaik
-          Membersihkan luka
Dengan cairan nacl
-          mengganti perban
-          memberikan obat sesuai kolaborasi
S:- klien mengatakan nyeri pada luka operasi di mamae sinistra
Dengan skla nyeri  6 dari 1-10
O:
- ekspresi wajah meringis kesakitan bila nyeri timbul
- terdapan luka opersi di mamae sinistra dengan panjang 17cm dan lebar 15 cm
A: - masalah belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan





S:
O:-terdapat luka operasi di mamae sinistra
-luka operasi membaik
Di tandai dengan di sekitar luka tampak memerah tumbuh jaringan baru
A:- resiko infeksi  tidak terjadi
P:intervensi di pertahankan


1.nyeri berhubungan dengan agent injuri (luka insisi operasi )
DS: klien mengatakan nyeri pada luka operasi
Klien mengatakan skala nyeri 6 (skala 1-10) DO: ekspresi wajah klien meringis, terdapat luka operasi di mammae sinistra dengan diameter ±20cm
2.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
DS: -
DO: terdapat luka operasi di mammae sinistra
-terpasang infus di extremitas superior sinistra dan pemplon di ektremitas superior dekstra
Sabtu ,06-02-2016
-          melakukan obeservasi ttv
Td :120/80 mmhg
N  :80 x/mnt
Rr :18 x/mnt
S :36 x/mnt
-          mengkaji skala nyeri pada klien dengan skala nyeri 6 dri 1-10
-          Luka operasi di mamae sinistra
-          Menganjurkan teknik relaksasi yaitu tarik nafas dari hidung dan mengeluarkana dari mulut
-          memberikan obat sesuai kolaborasi/obat analgetik

-          Mengobservasi ttv
Td :120/80 mmhg
N  :80 x/mnt
Rr :18x/mnt
S  :36 oC
-          Mengobservasi luka klien ,luka baik tidak ada tanda-tanda infksi
-          membersihkan luka operasi
-          mengganti balutan perban
-          memberikan obat sesuai kolaborasi
S:
-klien mengatakan nyeri pada luka operasi bila sedang melakukan pembersihan dan mengganti perban
O:
-terdapat luka operasi di mamae sinistra
A:
-masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi di lanjutan




S:
-
0:
-luka operasi tampak membaik, tidak ada tanda-tanda infeki
A  :
-resiko infeksi tidak terjadi
P:
-intervensi di hentikan



3.5    Catatan perkembangan

dx . kep
Tanggal/waktu
Evaluasi (format s-o-a-p)
1.      Nyeri berhubungan dengan agen injuri (luka insisi operasi)
Minggu
S:
-klien mengatakan nyeri pada luka operasi sedikit berkurang
O:
-klien masih terlihat meringis kesakitan bila timbul nyeri dengan skal nyeri 5
-td  : 110/80 mmhg
N   : 78 x/mnt
Rr  :17 x/mnt
S    :36,4 oC
A:
- masalah teratasi sebagian
P:
-intervensi di lanjutkan dengan perawatan palliatif, yaitu dengan pemberian penkes (mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan luka, cara memberihkan luka sendiri) dan pemberian obat selama di rumah pasien.
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi

S:
-klien mengatan pada bagian luka operasi  tidak terasa  gatal dan tidak panas
O:
-tidak ada tanda-tanda infeksi , tidak ada pus
A:
-Resiko infeksi tidak terjadi
P:
Intervensi  di lanjutkan dengan perawatan palliatif, yaitu dengan pemberian penkes (mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan luka, cara memberihkan luka sendiri) dan pemberian obat selama di rumah pasien.





BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang kelompok lakukan pada tanggal 3 februari diperoleh data bahawa keluhan utama klien adalah klien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Klien mengatakan nyerinya semakin bertambah ketika klien melakukan aktifitas terbangun dari tempat tidur dan berjalan. Nyeri tersebut berpusat di mammae sinistra. Nyeri dirasakan seperti di sayat-sayat dengan skala nyeri 6 (skala 1-10). Klien mulai merasakan nyerinya semenjak operasi.

4.2  Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil kajian dan analisa data yang kelompok lakukan, maka muncul 2 priotitas diagnosa keperawatan yaitu :
1.      Nyeri berhubungan dengan agent injuri (luka insisi operasi )
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi

4.3  Perencanaan
Perencanaan yang kelompok ambil berdasarkan dari rumusan diagnosa dan intervensi NIC NOC

4.4  Implementasi
Implementasi yang pengkaji lakukan sesuai dengan yang sudah di susun, yaitu seperti Mempertahankan dan membantu posisi klien senyaman mungkin, menganjurkan dan membantu klien untuk teknik relaksasi seperti tarik nafas lewat hidung dan menghembuskan lewat mulut, memberikan obat sesuai kolaborasi, membersihkan luka dan mengganti perban setiap hari.
Penanganan lanjutan untuk penghilangan rasa nyeri dilakukan dengan perawatan palliatif karena rasa nyeri tidak dapat sembuh secara cepat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.

4.5  Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada Ny. J seperti menghilangkan rasa nyeri belum teratasi karena proses penyembuhan/meringankan rasa nyeri memerlukan waktu yang lama. Namun untuk perawatan resiko infeksi sudah teratasi dengan rutin membersihkan luka dan mengganti perban setiap hari.


BAB V
PENUTUP

5.1.  Kesimpulan
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005).
Dalam kasus Ny. J menderita CA Mamae yang menyebabkan Ny. J harus menjalani operasi pengangkatan jaringan mati pada CA Mammae tersebut. Setelah tindakan operasi ini maka ditegakan 2 diagnosa pada Ny. J yaitu:
1.      Nyeri berhubungan dengan agent injuri (luka insisi operasi)
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
Dari berbagai implementasi yang dilakukan selama proses keperawatan, maka evaluasi yang didapatkan adalah:
1.      Nyeri yang dirasakan Ny. J belum teratasi karena proses penyembuhan/ meringankan rasa nyeri memerlukan waktu yang lama. Untuk itu dilakukan prosedur perawatan palliatif yaitu dengan cara memanggil perawat ke rumah untuk melakukan perawatan dirumah dan membantu meringankan rasa nyeri yang diderita. Selain itu juga diberikan penkes pada klien mengenai cara perawatan luka sendiri di rumah, cara mengkonsumsi obat dan jadwal kontrol ulang ke rumah sakit.
2.      Resiko tinggi infeksi sudah teratasi dengan rutin membersihkan luka dan mengganti perban setiap hari.




JIKA GAMBAR TIDAK MUNCUL SILAHKAN DOWNLOAD VERSI WORD FULL GAMBAR DAN RAPIH >>>> DOWNLOAD


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)