Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN

ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN

ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN

Jumlah warga usia lanjut di Indonesia yang semakin banyak agaknya tidak terbendung lagi seiringnya usia harapan hidup. Diproyeksikan populasi orang usia lanjut pada tahun 1990-2025 akan naik 414 % suatau angka tertinggi didunia berbagai masalah fisik, psikologi dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua dan atau penyakit degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang.
Tentu tidak mudah untuk membedakan apakah masalah yang muncul merupakan akibat proses menua atau akibat dari penyakit kronik degeneratif yang diderita sejalan dengan berjalan usia seseorang. Keadaan ini dapat mengakibatkan masalah-masalah yang muncul pada seorang usia lanjut menjadi tidak terkelola dangan baik karena dianggap suatu proses terjadi akibat penuaan atau sebaliknya. Justru ditangani secara berlebihan. Padahal merupakan masalah yang muncul akibat proses menua.
Secara umum proses menua didefenisikan sebagai perubahan yang dikaitkan dengan waktu, akibat universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat berkurang kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan untuk dapat bertahan hidup. Proses menua antar individu dan antar organ tubuh tidaklah sama proses menua amat dipengaruhi oleh penyakit-penyakit degeneratif, kondisi lingkungan serta gaya hidup. Berbagai pihak menyadari bahwa warga usia lanjut Indonesia yang semangkin bertambah akan membawa pengaruh besar dalam pengelolaan masalah kesehatan. Pengaruh besar tidak saja dari segi kuantitas namun juga kualitas, baik kualitas pelayanan kesehatan. Warga usia lanjut tetap sehat dan mengupayakan agar deteksi dini dapat dilakukan dengan baik merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan dan kualitas terhadap usia lanjut. 
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakuai bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi pada lansia. Proses menua sudah mulai berlangsung setiap seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya pada otot, pengindaraan baik itu indra penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran dan pengecapan. 
Maka dari pada itu, kelompok sangat tertarik untuk membahas yang terkait dengan masalah-masalah yang terjadi pada usia lanjut. Khususnya gangguan pengindraan yang dialami oleh usia lanjut.  
Mata adalah organ sensorik yang mentrasmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi tentunya banyak perubahan yang terjadi.

Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat penuaan :
Perubahan Normal yang b.d Penuaan
Implikasi Klinis
1.    Penurunan kemampuan akomodasi.
2.    Kontriksi pupil sinilis.
3.    Peningkatan kekeruhan lensa dengan perubahan warna menjadi menguning.
1.    Kesukaran dalam membaca huruf-huruf yang kecil.
2.    Penyempitan lapang pandang
3.    Sensitivitas terhadap cahaya
Penurunan penglihatan pada malam hari
Kesukaran dengan persepsi kedalamam

Sistem penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi (old sight). Lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh/dekat berkurang. Ketajaman penglihatan dan daya akomodasidari jarak jauh/dekat berkurang. Penggunaan kaca mata dan system penerangan yang baik dapat digunakan untuk mengkompensasi hal tersebut.

untuk versi word lengkap dan rapi silahkan download dari link dibawah ini
DOWNLOAD 

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)