
MAKALAH
Masalah Kesehatan Reproduksi
Dan Penanggualangannya
(PID,
Unwanted Preagnancy & Anborted, HRT)
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Penyakit Radang
Panggul/Pelvic Inflammatory Disease (PID)........... 3
B. Unwanted Preagnancy Dan
Anborted................................................. 6
C. Hormone Replacement Therapy
(HRT)................................................ 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 20
B. Saran..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembagunan
kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi
tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima
kesehatan, anggota keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai
generasi muda.
Kesehatan
dalam Undang-Undang Pokok Kesehatan Nomor 32, Tahun 1992 adalah sehat meliputi
kesehatan badan, rohaniah (mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang
bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Kesehatan reproduksi adalah suatu
kesehatan yang sempurna baik itu fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara
utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses dan
bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spritual, dan
material yang layak, bertakwa pada tuhan yang maha esa, spritual memiliki
hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara anggota keluarga dan antara
keluarga dan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1996).
Permasalahan
yang dihadapi perempuan sangat komplek daripada permasalahan yang dihadapi
laki-laki. dalam setiap fasenya perempuan mmiliki masalah yang berbeda-beda.
Tumbuh kembang merupakan salah satu dari siklus yang penting bagi kelangsungan
hidup perempuan. Tumbuh kembang perempuan harus diperhatikan sejak dini, dari
perempuan dari masa bayi dan anak hingga masa dewasa pertumbuhan dan
perkembangan seseorang sangat perlu perhatian penuh pada masa bayi dan anak,
karena pada masa-masa ini akan dibentuk pola perilaku seseorang kelak.
Apabila
pola perkembanagan danpertumbuhan terlambat masaini seseorang juga akan
mengalami kesulitan menjalani kehidupannya saaat remaja dan dewasa kelak.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dengan banyaknya
faktor yang mempengarui pertumbuhan dan perkembangan maka didapati juga
banyaknya gangguan terjadi pada masa-masa ini, misalnya gangguan bicara dan
bahasa pada orang balita hanya karena kurangnya stimulasi dari kedua orangtua
dan lingkungan sekitar seiiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana konsep Pelvic Inflammatory Disease (PID)?
2. Bagaimana konsep Unwanted Preagnancy Dan Anborted?
3. Bagaimana konsep Hormone Replacement Therapy (HRT)?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui Pelvic Inflammatory Disease (PID)
2. Untuk mengetahui Unwanted Preagnancy Dan Anborted
3. Untuk mengetahui Hormone Replacement Therapy (HRT)
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Penyakit
Radang Panggul / Pelvic Inflammatory Disease (PID)
1. Definisi
Penyakit
radang panggul (salpingitis, PID) adalah suatu peradangan pada peradangan tuba falopii,
terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif, resiko terutama ditemukan
pada wanita yang memakai IUD. Biasanya peradangan menyerang kedua tuba, infeksi
bisa menyebar kerongga perut dan menyebabkan Peritonitis
2. Etiologi
Peradangan
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan
bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii. 90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri
yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonore,
mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus
menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan.
Penularan
yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk kedalam
tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan,
keguguran, aborsi dan biopsy endometrium).
Penyebab
lainnya yang jarang terjadi adalah:
a.
Aktinimikosis
(infeksi bakteri)
b.
Skistosomiasis
(infeksi parasit)
c.
Tuberculosis
d.
Penyuntikan
zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus
Faktor resiko terjadinya
PID:
a.
Aktivitas
seksual pada masa remaja
b.
Berganti-ganti
pasangan seksual tanpa memakai kondom
c.
Pernah
menderita PID
d.
Pernah
menderita penyakit menular seksual
e.
Pemakaian
alat kontrasepsi yang bukan penghalang
f.
Pemakaian
IUD yang terlalu lama
3. Gejala
Gejala
biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya
infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang
tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ
perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam
tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika
abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita
bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam
darah sehingga terjadi sepsis. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
a.
Keluar
cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
b.
Demam
c.
Perdarahan
menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana
dalam
d.
Kram
karena menstruasi
e.
Nyeri
ketika melakukan hubungan seksual
f.
Perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual
g.
Nyeri
punggung bagian bawah
h.
Kelelahan
i.
Nafsu
makan berkurang
j.
Sering
berkemih
k.
Nyeri
ketika berkemih.
l.
Temperatur
diatas 38 ᵒC
m.
Tegang
nyeri pada pergerakan servik
4. Diagnosa
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dilakukan pemeriksaan
panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan
lainnya yang biasa dilakukan:
a.
Pemeriksaan
darah lengkap
b.
Pemeriksan
cairan dari serviks
c.
Kuldosentesis
d.
Laparoskopi
e.
USG
panggul.
5. Bentuk-bentuk
PID
a.
Endometritis
Adalah
peradangan pada yang biasanya disebabkanoleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis
paling sering ditemukan terutama seelah seksio caesarea, partus lama atau pecah
ketuban lama. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik, dan drainase yang
memadai, pemberian cairan intravena yang memadai, penggantian darah. Pada endometritis
akut biasanya ditandai dengan demam, lochia berbau, kalau radang perimetrium tidak
nyeri. Adapun pengobatannya yaitu uterotonik, istirahat lewat fowler, antibiotika
b.
Myometritis
Biasanya
tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, maka gejala dan terapinya
sama dengan endometritis
c.
Parametriris
Yaitu
radang dari jaringan longgar didalam ligamoen latum. Biasanya ditandai dengan suhu
tingi dengan demam menggigil dan nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritonium,
seperti muntah defense, dll.
d.
Salpingitis
akut
Kehamilan
ektopik, tidak ada demam,dan leukositose tidak seberapa.
e.
Pelvioperitonitis
(perimetritis)
Terjadi
sebagai lanjutan dari salphingoopohoritis. Kadang terjadi dari endometritis stsu
parametritis.
6. Pengobatan
PID
tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotic dan penderita tidak perlu dirawat.
Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di
rumah sakit. Antibiotik diberikan secara intravena lalu diberikan per oral. Jika
tidak ada respon terhadap pemberian antibiotic, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan
dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan penderita
sebaiknya menggunakan kondom.
B. Unwanted
Preagnancy Dan Anborted
1. Unwanted
preagnancy
Unwanted
preagnancy atau di kenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu
kondisi dimana pasangan tidak mengendaki adanya proses kelahira dari suatu kehamilan.
Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu perilaku seksual / hubungan seksual
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
a.
Faktor-faktor
penyebab Unwanted Pregnancy
1)
Penundaan
dan peningkatan usia perkawinan, serta semakin dininya usia menstruasi pertama (menarche)
2)
Ketidaktahuan
atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan
3)
Kehamilan
yang diakibatkan oleh pemerkosaan
4)
Persoalan
ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak )
5)
Alasan
karir atau masih sekolah (karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang dianggap
dapat menghambat karir atau kegiatan belajar)
6)
Kehamilan
karena incest
b.
Pencegahan
unwanted pregnancy
1)
Tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2)
Memanfaatkan
waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolah raga ,seni dan keagamaan
3)
Hindari
perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual, seperti meraba-raba
tubuh pasangannya dan menonton video porno.
c.
Akibat
unwanted pregnancy dan aborsi bagi remaja
Angka
kejadian aborsi di indonesia di perkirakan mencapai 2,3 juta pertahun, sekitar 750.000
dilakukan oleh remaja. Program kesehatan reproduksi yang dikembangkan oleh pemerintah
tidak hanya untuk yang sudah menikah dan tidak merujuk pada kebutuhan yang terkait
dengan informasi seksualitas ,edukasi dan penyediaan pelayanan. Bermula dari hubungan
seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang tidak diharapkan (KTD).
Ada 2 hal yang bisa dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan kehamilan dan mengakhiri
kehamilan (aborsi).Semua tindakan tersebut membawa dampak baik fisik, psikis, sosial
dan ekonomi.
d.
Bila
kehamilan diakhiri (aborsi)
Banyak
remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila hamil. Jika di negara maju
yang melegalkan aborsi, bisa dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan berpengalaman.
Di negara kita lebih sering dilakukan dengan cara yang tidak aman bahkan tidak lazim
dan oleh dukun aborsi mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis, dan sosial
terutama bila dilakukan secara tidak aman.
1)
Risiko
fisik
Perdarahan
dan konflikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi yang berulang selain
bisa mengakibatkan kompilikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan
secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
2.
Risiko
psikis
Pelaku
aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut, panuk, tertekan atau setres,
trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah atau
dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi itu juga sering
kehilangan kepercayaan diri.
3.
Risiko
sosial
Ketergantungan
pada pasangan sering kali menjadi lebih besar karena perempuan merasa tidak perawan,
pernah mengalami KTD atau aborsi .Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak
ajakan seksual pasanganya. Resiko lain adalah pendidikan menjadi terputus atau masa
depan terganggu.
4.
Risiko
ekonomi
Biaya
aborsi cukup tinggi bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi.
e.
Penanganan
kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja
Saat
menemukan kasus unwanted pregnancy pada remaja, sebagai petugas kesehatan harus
:
1)
Bersikap
bersahabat dengan remaja
2)
Memberikan
konseling pada remaja dan keluarganya
3)
Apabila
ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila belum
bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli
4)
Memberikan
alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja yaitu:
a)
Diselesaikan
secara kekeluargaan
b)
Segera
menikah
c)
Konseling
kehamilan, persalinan, dan keluarga berencana
d)
Pemeriksaan
kehamilan sesuai standar
e)
Bila
ada gangguan kejiwaan, rujuk kepsikiater
f)
Bila
ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG
g)
Bila
tidak terselesaikan dengan menikah anjurkan pada keluarga supaya menerima dengan
baik
h)
Bila
ingin melakukan aborsi berikan konseling risiko aborsi
2. Aborsi
a. Definisi
Abortion
dalam kamus Inggris-Indonesia diterjemahkan dengan pengguguran kandungan. WHO memperkirakan
ada 4,2 juta aborsi dilakukan per tahun, 750.000 – 1,5 juta dilakukan di Indonesia.
Macam-macam aborsi diantaranya spontaneus, inkompletus, iminen dan sebagainya. Etika
ditinjau dari segi Etika, Agama dan Hukum.
Aborsi
yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau kedua-duanya
(Definisi WHO). Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman,
800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya
13 persen kontribusi Angka Kematian Ibu Global.
Aborsi
mungkin sudah menjadi kebutuhan karena alasan di atas, namun karena adanya larangan
baik hukum maupun atas nama agama, menimbulkan praktek aborsi tidak aman meluas.
Penelitian pada 10 kota besar dan 6 kabupaten memperlihatkan 53 % Jumlah aborsi
terjadi di kota, padahal penduduk kota 1,36 kali lebih kecil dari pedesaan, dan
pelayan aborsi dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih terdapat di 16 % titik
pelayanan aborsi di kota oleh dukun bayi dan 57 % di Kabupaten. Kasus aborsi yang
ditangani dukun bayi sebesar 11 % di kota dan 70 % di Kabupaten dan dari semua titik
pelayanan 54 % di kota dan 85 % di Kabupaten dilakukan oleh swasta/ pribadi (PPKLP-UI,
2001).
Definisi
Aborsi Ensiklopedi Indonesia memberikan penjelasan bahwa abortus diartikan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai
berat 1.000 gram.
Menurut
Eastmen abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
sendiri di luar uterus, karena masih dalam usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
Sama halnya dengan Jefflot memberikan definisi abortus adalah pengeluaran dari hasil
konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by llaous.
Secara
umum pengertian abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini sebelum
bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin
yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis abortus provokatus
kriminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan,
tanpa memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan
mati atau hidup.
b. Jenis-jenis
Aborsi, Abortus spontaneus
Adalah
aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis
semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam Muhdiono menyebutkan
macam-macam aborsi spontan:
1)
Abortus
completes(keguguran lengkap) Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga
rongga rahim kosong.
2)
Abortus
inkompletus (keguguran bersisa) Artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta.
3)
Abortus
iminen Yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini keluarnya fetus
masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti pasmodica
4)
Missed
abortion adalah Keadaan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
5)
Abortus
habitualis atau keguguran berulang Adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran
berturut-turut 3 kali atau lebih.
6)
Abortus
infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital.
Kehilangan
janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu sampai dengan
tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam; panas tinggi;
ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi spontan tidak jarang
janin keluar dalam keadaan utuh.
7)
Abortus
provokatus (indoset abortion) Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua:
8)
Abortus
provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi
medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu.
9)
Abortus
provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan
dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan.
c. Alasan
terjadinya Aborsi
1)
Keluarga
yang tidak siap menerima kehamilan, misal : karena tidak ber-KB atau gagal ber-KB,
membatasi jumlah anak, jarak kehamilan yang terlalu pendek.
2)
Keluarga
yang dikarenakan memiliki ekonomi pas-pasan sehingga cenderung bersikap menolak
kelahiran anak.
3)
Masyarakat
cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita yang hamil di luar nikah, baik secara
sengaja ataupun pada kasus perkosaan. Wanita selalu disalahkan, tidak ditolong atau
dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan dan disudutkan sehingga dalam reaksinya
wanita tersebut akan melakukan aborsi.
4)
Ada
aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya hamil (meskipun punya suami)
selama dalam kontrak dan kalau ketahuan hamil akan dihentikan dari pekerjaannya.
5)
Pergaulan
yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di bangku sekolah, misal SMA, mengakibatkan
kecelakaan dan membuahkan kehamilan. Karena merasa malu, dengan teman-temannya,
takut kalau kesempatan belajarnya terhenti dan barangkali masa depannya pun menjadi
buruk. Ditambah dengan tekanan masyarakat yang menyisihkan sehingga akhirnya ia
melakukan aborsi supaya tetap eksistensi di masyarakat dan dapat melanjutkan sekolah.
6)
Dari
segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Bila seorang wanita
hamil di luar batasan umur itu akan masuk dalam kriteria risiko tinggi. Batasan
ini sering menakutkan, sehingga perempuan yang mengalaminya lebih menjurus menolak
kehamilannya dan ujung-ujungnya akan melakukan aborsi.
7)
Pandangan
sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin antara lain adanya detak jantung
yakni umur sekitar tiga bulan. Maka hal ini akan memicu seorang wanita yang mengalami
suatu masalah akan melakukan aborsi dengan alasan usia bayi belum sampai 3 bulan.
d. Aborsi
dalam etika
Dalam
masyarakat yang kompleks sebagai dampak modernisasi, terjadi pergeseran moral dan
etika ke arah keterpurukan. Untuk mencegah penurunan moral etik, diperlukan sikap
etis yang menunjukkan bahwa sikap tindakan moral terdiri atas hak dan kewajiban
yang ditentukan dengan peraturan yang bertujuan legalisasi dari moral dan moralisasi
dari hukum ”legalism and medical ethics”.
Suatu
contoh konflik moral :
1)
Aborsi
2)
Bayi
tabung
3)
Sewa
rahim
4)
Bank
sperma
5)
Klonning
Untuk
mengatasi konflik moral tersebut, semua pihak harus menyadari hak dan kewajibannya
serta mampu menempatkan diri dalam porsi yang tepat.
C. Hormone
Replacement Therapy (HRT)
1. Pengertian
Hormone Replacement Therapy (HRT) atau Terapi Sulih Hormon (TSH) adalah perawatan
medis yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan setelah menopause
untuk menggantikan hormone yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi secukupnya
lagi akibat kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormone.
Menopause
adalah berhentinya masa haid pada wanita sehingga kemampuan untuk bereproduksi sudah
tiadak ada, hal ini ditandai dengan perubahan hormonal yang nyata pada tubuhnya.
Hal ini juga menyebabkan menurunnya jumlah hormon estrogen, dimana hormon ini merupakan
hormon yang berhunbungan dengan sistem reproduksi, yang menyebabkan wanita merasakan
gejala tak enak, termasuk panas pada wajah, vaginal kekeringan, sifat lekas marah,
dan depresi. TSH secara parsial mengembalikan keseimbangan estrogen di tubuh wanita
untuk mengurangi atau mengeliminasi gejala ini. THS dapat meringankan penderitaan
tidak hanya pada wanita dewasa yang mengalami menopause alami, tetapi juga di wanita
muda yang mungkin mengalami menopause prematur untuk alasan medis, seperti kanker
atau sebab kelainan ovarium yang berhenti menghasilkan estrogen.
Sebagai
tambahan dalam mengurangi gejala asosiasi dengan menopause, TSH memiliki banyak
keuntungan dan bahkan proteksi dari penyakit tertentu, termasuk osteoporosis, penyakit
jantung, dan stroke. Studi medis yang sedang berjalan telahmenunjukkan bahwa menggunakan
TSH, dalam jangka panjang itu tidak selalu berguna, dan dalam beberapa peristiwa
ini mungkin sebenarnya menaikkan resiko kanker, serangan jantung, dan penyakit lain.
2. Penggunaan
Terapi Sulih Hormon
Dimulai
dengan pubertas dan berikut tiga atau empat dasawarsa, tubuh wanita mengalami siklus
hormonal teratur, Hal ini memungkinkan wanita dapat hamil dan melahirkan anak. Estrogen
dan hormon lainnya, progesterone,dikeluarkan oleh ovarium selama ovulasi, sebulan
proses di mana telur dilepaskan dari ovarium dan dipersiapkan untuk fertilization
dengan sperma. Estrogen memiliki peranan dalam hal ini sementara progesterone mempengaruhi
lapisan permukaan jaringan vagina dan rahim, membuat kondisi yang banyak baik bagi
ovum untuk dibuahi. Jika kehamilan tidak terjadi, bagian dari endometrium (bahan
pelapis uterus) akan meluruh melalui vagina selama haid. Sebagai tambahan terhadap
peranan dalam reproduksi, estrogen beredar di aliran darah, mempengaruhi bagian-bagian
lain dari tubuh, termasuk otak, pembuluh darah, tulang, dan sel-sel lemak.
Pada
menopause, yang dialami oleh wanita pada usia 40-an atau awal 50-an, secara berangsur-angsur
ovarie berhenti menghasilkan estrogen, menyebabkan penurunan tingkat estrogen didalam
darah. Setelah lewat beberapa tahun, estrogen ini tidak lagi diproduksi yang menyebabkan
berbagai, perubahan dalam organ tubuh termasuk vagina, rahim, kandung kemih, saluran
kemih, payudara, tulang, hati, pembuluh darah, dan otak.
Permasalahannya
sekarang adalah untuk menentukan apakah HRT harus diberikan secara rutin atau berkala
pada wanita menopause berisiko terhadap osteoporosis dan kardiovaskuler Sudah terbukti
bahwa estrogen dapat mencegah osteoporosis pada menopause. Sebenarnya proses osteoporosis
mulai berlangsung beberapa tahun sebelum menopause, ketika kadar estrogen dalam
darah mulai berkurang yaitu umur 40-50 tahun yang ditandai dengan gangguan haid.
Dari hasil penelitian diketahui 10% kandungan mineral pada tulang wanita tersebut
telah menurun disbanding wanita yang haidnya masih teratur, dengan demikian dianjurkan
supaya HRT sudah dimulai 4-5 tahun sebelum menopause, bila gangguan jangka panjang
seperti osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler hendak dicegah. Terapi ini harus
berlangsung bertahun-tahun yaitu 10-15 tahun sesudah menopause bahkan ada yang mengajnurkan
seumur hidup, karena dapat disangsikan daya cegah estrogen akan menghilangkan bila
substitusinya dihentikan dan proses pengeroposan tulang yang akan dilanjutkan.
Adapun
strategi yang dilakukan sebagai berikut.
a.
Terapi
selama 2-3 tahun untuk menghilangkan gejala akut, sesudah itu dihentikan. Bila gejala
kembali kambuh terapi diulang dan diteruskan sampai tidak berulang lagi di bawah
pengawasan dokter.
b.
Terapi
jangka panjang paling sedikit selama 5 tahun mungkin sampai 10-15 tahun ditujukan
untuk mencegah gejala menahun menopause seperti osteoporosis dan penyakit jantung
koroner.
c.
Untuk
menghindari timbul kembali symptom yang akut, penghentian terapi dilakukan secara
bertahap yaitu dengan menurunkan dosisnya.
3. Kontra
indikasi HRT
Mutlak : tromboemoloisme
(thrombosis), anemia sel sabit, penyakit serebro, hipertensi berat, uji fungsi hati
setelah hepatitis abnormal, gangguan enzim.
Relatif : penyakit
kardiovaskuler, DM, penyakit ginjal, TBC, kanker payudara, fibroadenasis, caendometrium,
migraine dan epilepsy.
4. Efek
samping umum HRT
Mual,
sakit kepala, perdarahan, depresi, perubahan emosi, nyeri tekanan pada payudara,
perut kembung, siklus menstruasi yang berkepanjangan, kegagalan untuk mengurangi
gejala-gejala. Efek samping HRT (estrogen) adalah kanker payudara, kanker endometrium,
tromboplebitis, perdarahan bercak.
Jika
sediaan progesteron digunakan bersama dengan sediaan estrogen, sebagian besar akan
mengalami perdarahan bulanan sebagaimana layaknya siklus menstruasi. Efek sampingan
yang mungkin dialami para wanita pengguna terapi hormon di antaranya mual, payudara
menjadi lebih besar dan lebih lembut, puting payudara berdiri, dan menjadi lebih
gemuk. Efek itu mungkin akan semakin berkurang seiring dengan lamanya masa terapi.
Sedangkan efek sampingan yang agak jarang dijumpai, antara lain kekurangan dorongan
untuk berhubungan intim, depresi, perdarahan di tengah-tengah siklus menstruasi,
sakit pada dada dan persendian (kaki).
5. Petunjuk
praktis penggunaan HRT
Setiap
perempuan adalah unik. Ada yang secara alami mempunyai kadar hormon estrogen tinggi
dalam darahnya, ada pula yang rendah. Pemeriksaan kadar hormon dapat mendeteksi
masalah ini. Semua wanita yang akan menggunakan pengobatan HRT harus memahami dan
mengerti bahwa pemberian HRT bukan untuk memperlambat menopause melainkan untuk
mengurangi atau mencegah keluhan atau penyakit akibat kekurangan estrogen. Adapun
wanita-wanita yang direkomendasikan untuk diberi HRT adalah :
a.
Semua
wanita klimaterik, tanpa kecuali yang ingin menggunakan HRT untuk pencegahan (meskipun
tanpa keluhan)
b.
Semua
wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis
c.
Semua
wanita dengan keluhan klimaterik
Penggunaan
HRT sebagi pencegahan baru akan memiliki khasiat setelah 5 tahun. Anamnesis yang
dilakukan dengan baik dapat mempermudah dalam menegakkan diagnosis, indikasi serta
dapat memberikan informasi tentang risiko dan adanya kontraindikasi. untuk dapat
menilai keluhan klimaterik dapat digunakan Menopause Rating Scale(MRS) dari
green yang biasa dikenal dengan skala klimaterik green. Skala ini dapat mengukur
3 kelompok keluhan yaitu :
a.
Keluhan
psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang atau tekanan, sulit tidur, mudah
tersingung, mudah panic, sulit berkonsentrasi, mudah lelah, hilang minat pada banyak
hal, perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis.
b.
Keluhan
somatic berupa perasaan pusing, badan terasa tertekan, sebagaian tubuh terasa tertusuk
duri, sakit kepala nyeri otot atau persendian tangan atau kaki terasa gatal, dan
kesulitan bernafas.
c.
Keluhan
vasomotor, berupa gejolak panass (hot flushes) dan berkeringat di malam hari
6. Keputusan
Untuk menggunakan HRT
Untuk
meningkatkan kepatuhan wanita dalam HRT, mereka perlu dijelaskan tentang untung
dan ruginya, serta berikan waktu pada wanita tersebut untuk mengambil keputusan
dalam penggunaan HRT. Ada beberapa hal yang harus dijelaskan dan dipantau kepada
seorang wanita sebelum diberikan HRT yaitu
a.
Pemeriksaan
fisik lengkap termasuk laboratorium disamping anamnesis umum dan khusus mengenai
organ reproduksi
b.
Jelaskan
efek samping dari HRT seperti perdarahan peningkatan berat badan, dan kemungkinan
terjadinya kanker payudara.
c.
Jelaskan
cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet, krem,plester, injeksi serta susuk.
d.
Khasiat
pengobatan umumnya baru terlihat >6 bulan dan apabila belum terlihat khasiat
yang diinginkan, maka dosis obat perlu dinaikkan.
e.
Pada
tahap awal HRT diberrikan 5 tahun dulu dan jika dianggap perlu pengobatan dapat
dilanjutkan
f.
Pemeriksaan
rutin setiap 6 bulan, dan setiap 1-2 tahun perrlu dilakukan mamografi serta pap
smear setiap 6 bulan
7. Konseling
yang efektif pada penggunaan HRT
Hubungan
antara bidan dan klien dalam pemberian informasi tentang HRT sangatlah penting,
karena sampai saat ini masalah menopause masih sampai kontroversi, dimana klien
masih merasa takut menggunakan pengobatan hormone. Klien mendapatkan informasi tentang
menopause dan pengobatan hormon. Klien mendapat informasi tentang menopause dan
pengobatan hormone kebanyakan dari teman, keluarga, dan media. Informasi tersebut
justru menambah kebingungan mereka. Informasi dari tenaga kesehatan sangatlah mereka
butuhkan dan bagi tenaga kesehatan hendaknya meluangkan waktu untuk dapat memberikan
informasi tersebut dengan benar. adapun tujuan dari konseling secara obyektif yaitu
:
a.
Memberitahukan
klien bahwa HRT dapat mengurangi atau mengatasi keluhan pada saat menopause
b.
Dapat
mencegah dampak kekurangan estrogen dalam jangka waktu yang panjang
c.
Dapat
meningkatkan kualitas hidup
Kunci
keberhasilan konseling pada HRT adalah bagaimana konseling tersebut dapat berkesinambungan
dan tidak hanya sekali pertemuan saja. Apabila klien telah menggunakan HRT konseling
dapat dimanfaatkan untuk menanyakan dampak serta efek samping yang dialami oleh
klien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam konseling berkesinambungan
yaitu :
a.
Menanyakan
keluhan dapat teratasi atau tidak
b.
Memperhatikan
tentang efek samping yang dialami oleh klien
c.
Melakukan
evaluasi terhadap klien
d.
Bila
perlu ganti pengobatan
e.
Mendiskusikan
lamanya pengobatan
f.
Memberikan
materi pendidikan yang mudah dimengerti
g.
Tujuan
informasi yang baru, bila memang ada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit
radang panggul (salpingitis, PID) adalah suatu peradangan pada peradangan tuba
falopii, terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif, resiko
terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Biasanya peradangan menyerang
kedua tuba, infeksi bisa menyebar kerongga perut dan menyebabkan Peritonitis
Unwanted
preagnancy atau di kenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan
suatu kondisi dimana pasangan tidak mengendaki adanya proses kelahira dari
suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu perilaku
seksual / hubungan seksual baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Aborsi
yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang
dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur
kesehatan atau kedua-duanya (Definisi WHO). Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta
dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi
aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen kontribusi Angka Kematian Ibu
Global.
B. Saran
Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari pembaca semua terutama dari dosen pengampu
demi menyempurnakan isi makalah ini dan semakin menambah wawasan dan kemampuan
kami dalam menulis makalah-makalah lainnya di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro,Hanifa.2008.
Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Djuwantoro, Tono. dkk.
2008. Hanya 7 Hari Memahami Infertilitas. Banndung: Refika Aditama.
Permadi. 2008. Mengatasi
Infertilitas. Bandung: PT Grafindo.
Baziad, Ali. (1992). “Nyeri
Haid: Tamu Bulanan Pengganggu Kerja”. Higina, No.11,P 18 -27
Manuaba, Ida Bagus Gde.
(1998). “Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita”. Jakarta ;Arcan
Mansjoer, Arif, dkk.
(2000). “Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3”. Jakarta; Media Aesculapius.
Comments
Post a Comment